33 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Di Sebuah SD di Padangsidimpuan, Oknum Guru Olahraga Lecehkan Belasan Murid

PROTES: Orangtua anak didik dari Kota Padangsidimpuan bertemu pihak PPA Kota Padangsidimpuan, Senin (2/3) di gedung sekolah. Pertemuan ini untuk memprotes perbuatan oknum guru olahraga yang melecehkan belasan muridnya. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
PROTES: Orangtua anak didik dari Kota Padangsidimpuan bertemu pihak PPA Kota Padangsidimpuan, Senin (2/3) di gedung sekolah. Pertemuan ini untuk memprotes perbuatan oknum guru olahraga yang melecehkan belasan muridnya. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

PADANGSIDEMPUAN, SUMUTPOS.CO – Belasan murid dari kelas dua sampai kelas lima di Sekolah Dasar (SD) Negeri yang ada di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Sumatera Utara, diduga menjadi korban sodomi oleh oknum gurunya. Dugaan itu muncul setelah salahsatu murid melaporkan apa yang dialaminya pada orangtua.

Bermula pada Kamis (27/2) lalu, salahsatu murid yang merupakan penduduk Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan, mengaku ke orangtuanya telah mengalami pelecehan oleh guru olahraganya.

Meski berbeda administrasi pemerintahan, kediaman murid ini tidak jauh dari sekolah. Besoknya pada Jumat (28/2) pagi, keluarga si anak mendatangi sekolah. Namun tidak menemui guru yang dimaksud. Sebab telah pulang lebih dahulu.

Dari kekesalan tidak berhasil menemui oknum guru ini, kemudian informasi berkembang antar orangtua. Hingga didapati ada 16 anak yang mengaku pernah dikerjai oleh guru berinisial RBD (44) itu. Ada 12 anak merupakan masyarakat Tapanuli Selatan dan 4 warga Kota Padangsidimpuan.

RBD diketahui merupakan PNS tahun 2010. Mengajar di SDN ini sejak 31/10/2017. Selama ini, diduga pelecehan sudah dilakukannya pada rentang usia anak kelas lima sampai kelas dua. Bahkan ada yang sudah berulangulang kali, bahkan puluhan kali.

“Kalau anakku ini saja sudah dari kelas dua itu katanya, sekarang sudah kelas tiga. Artinya, sudah ada lebih dari setahun,” kata Ir, ayah seorang anak yang menjadi korban.

Kasus ini telah dilaporkan ke pihak Kepolisian Resort Padangsidimpuan, dan saat ini menurut Kasat Reskrim AKP Bambang Herianto, pihaknya masih melakukan pemeriksaan saksi-saksi dan akan melakukan pendataan lanjutan terhadap jumlah pasti korban. “Masih tahap pemanggilan saksi-saksi,” katanya.

Senin (2/3) pagi, para orangtua memadati gedung sekolah. Di sini, hadir juga dari Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tapsel maupun Kota Padangsidimpuan. Keluarga korban dijanjikan, anaknya akan terus dipantau dan diberikan pendampingan secara mental.

Kepala SDN ini, M, tidak berada di tempat dengan alasan sedang keluar untuk urusan pribadi. Tindakan sekolah yang lamban dan seperti tidak mau tahu, membuat orangtua kesal. Padahal beberapa bulan sebelumnya pun, anak-anak murid di sini sudah biasa membicarakan secara umum dan terbuka, perlakuan oknum guru terhadap mereka.

“Kalau aku dengar sih, mereka di sini biasa itu bicara. Bapak ini (pelaku) mengasih uang, begitu saja cuma cerita uang saja yang saya simak. Maklumlah anak-anak kan ramai, nggak terlalu kita cerna apa percakapan mereka,” cerita NA, ibu tiga anak yang bekerja di sekitaran SD ini.

Salahseorang tua murid yang turut hadir di sekolah ini dengan gamblang menyebut pihak sekolah selama ini kurang peduli dengan anak-anak.

“Sekolah banyak lalainya. Gurunya bahkan tega menyuruh anak-anak menjemput sarapan ke bawah pada saat jam pelajaran. Kepala Sekolahnya juga lamban mendukung pelaporan orangtua ada seperti ini,” kata Damayanti Pulungan, disambut ibu-ibu lainnya.

Sampai saat ini, guru yang bermukim di salah satu kelurahan di Padangsidimpuan Utara itu belum diketahui rimbanya. Terakhir, pada Jumat pagi lalu ia ijin pulang karena mengaku sakit setelah digigit serangga. (san/mt/smg)

PROTES: Orangtua anak didik dari Kota Padangsidimpuan bertemu pihak PPA Kota Padangsidimpuan, Senin (2/3) di gedung sekolah. Pertemuan ini untuk memprotes perbuatan oknum guru olahraga yang melecehkan belasan muridnya. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
PROTES: Orangtua anak didik dari Kota Padangsidimpuan bertemu pihak PPA Kota Padangsidimpuan, Senin (2/3) di gedung sekolah. Pertemuan ini untuk memprotes perbuatan oknum guru olahraga yang melecehkan belasan muridnya. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

PADANGSIDEMPUAN, SUMUTPOS.CO – Belasan murid dari kelas dua sampai kelas lima di Sekolah Dasar (SD) Negeri yang ada di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Sumatera Utara, diduga menjadi korban sodomi oleh oknum gurunya. Dugaan itu muncul setelah salahsatu murid melaporkan apa yang dialaminya pada orangtua.

Bermula pada Kamis (27/2) lalu, salahsatu murid yang merupakan penduduk Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan, mengaku ke orangtuanya telah mengalami pelecehan oleh guru olahraganya.

Meski berbeda administrasi pemerintahan, kediaman murid ini tidak jauh dari sekolah. Besoknya pada Jumat (28/2) pagi, keluarga si anak mendatangi sekolah. Namun tidak menemui guru yang dimaksud. Sebab telah pulang lebih dahulu.

Dari kekesalan tidak berhasil menemui oknum guru ini, kemudian informasi berkembang antar orangtua. Hingga didapati ada 16 anak yang mengaku pernah dikerjai oleh guru berinisial RBD (44) itu. Ada 12 anak merupakan masyarakat Tapanuli Selatan dan 4 warga Kota Padangsidimpuan.

RBD diketahui merupakan PNS tahun 2010. Mengajar di SDN ini sejak 31/10/2017. Selama ini, diduga pelecehan sudah dilakukannya pada rentang usia anak kelas lima sampai kelas dua. Bahkan ada yang sudah berulangulang kali, bahkan puluhan kali.

“Kalau anakku ini saja sudah dari kelas dua itu katanya, sekarang sudah kelas tiga. Artinya, sudah ada lebih dari setahun,” kata Ir, ayah seorang anak yang menjadi korban.

Kasus ini telah dilaporkan ke pihak Kepolisian Resort Padangsidimpuan, dan saat ini menurut Kasat Reskrim AKP Bambang Herianto, pihaknya masih melakukan pemeriksaan saksi-saksi dan akan melakukan pendataan lanjutan terhadap jumlah pasti korban. “Masih tahap pemanggilan saksi-saksi,” katanya.

Senin (2/3) pagi, para orangtua memadati gedung sekolah. Di sini, hadir juga dari Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tapsel maupun Kota Padangsidimpuan. Keluarga korban dijanjikan, anaknya akan terus dipantau dan diberikan pendampingan secara mental.

Kepala SDN ini, M, tidak berada di tempat dengan alasan sedang keluar untuk urusan pribadi. Tindakan sekolah yang lamban dan seperti tidak mau tahu, membuat orangtua kesal. Padahal beberapa bulan sebelumnya pun, anak-anak murid di sini sudah biasa membicarakan secara umum dan terbuka, perlakuan oknum guru terhadap mereka.

“Kalau aku dengar sih, mereka di sini biasa itu bicara. Bapak ini (pelaku) mengasih uang, begitu saja cuma cerita uang saja yang saya simak. Maklumlah anak-anak kan ramai, nggak terlalu kita cerna apa percakapan mereka,” cerita NA, ibu tiga anak yang bekerja di sekitaran SD ini.

Salahseorang tua murid yang turut hadir di sekolah ini dengan gamblang menyebut pihak sekolah selama ini kurang peduli dengan anak-anak.

“Sekolah banyak lalainya. Gurunya bahkan tega menyuruh anak-anak menjemput sarapan ke bawah pada saat jam pelajaran. Kepala Sekolahnya juga lamban mendukung pelaporan orangtua ada seperti ini,” kata Damayanti Pulungan, disambut ibu-ibu lainnya.

Sampai saat ini, guru yang bermukim di salah satu kelurahan di Padangsidimpuan Utara itu belum diketahui rimbanya. Terakhir, pada Jumat pagi lalu ia ijin pulang karena mengaku sakit setelah digigit serangga. (san/mt/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/