26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Menolong Itu Manisnya Tak Terlukiskan, Tour ke LN pun Kalah

Foto: Dame/sumutpos.co Sejumlah kecil relawan operasi katarak gratis 'Buka Mata Lihat Indahnya Dunia' yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, foto bersama, Selasa (26/1/2016) sore.
Foto: Dame/sumutpos.co
Sejumlah kecil relawan operasi katarak gratis ‘Buka Mata Lihat Indahnya Dunia’ yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, foto bersama, Selasa (26/1/2016) sore.

Kata kamus, relawan adalah orang yang tanpa dibayar menyediakan waktunya untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi jelas, uang bukan motif mereka dalam bekerja. Nah… tentu jadi pertanyaan, mengapa ada yang mau jadi relawan? Apa motif mereka? Dan apa yang mereka rasakan saat melayani orang-orang yang tidak memberi keuntungan materi bagi mereka?

————————
Dame Ambarita, Siantar & Psp
————————

Puluhan relawan berbaju atasan warna oranye, putih, dan kuning, berseliweran melayani ratusan pasien yang antri ikut Operasi katarak gratis ’Buka Mata Lihat Indahnya Dunia’, baik di RS Tentara Pematangsiantar maupun di RS Tentara Padangsidimpuan, 19-28 Januari 2016. Para relawan itu terdiri dari staf Tambang Emas Martabe selaku donatur kegiatan sosial tersebut, dibantu relawan dari A New Vision selaku pelaksana kegiatan, mahasiswa, relawan drs Koffie, MBI, dan sejumlah tentara dari Kodam I BB yang ikut memfasilitasi kegiatan.

Para relawan itu terlihat aktif membantu para pasien, mulai dari proses pendaftaran operasi, visus untuk mengukur jarak pandangan, pemeriksaan mata untuk mengetahui katarak atau nonkatarak, pemeriksaan tekanan darah dan gula darah, biometri (pengukuran lensa mata), cukur bulu mata, operasi, dan ruang pemulihan. Semuanya bergerak bertahap.

Persoalannya, pasien katarak datang ratusan orang sekaligus. Dan mereka harus dilayani dalam hitungan hari. Jelas ini membutuhkan energi besar. Energi ekstra besar dari petugas paramedis yang bertugas mengukur, membius, dan mengoperasi pasien sejak pagi hingga tengah malam, plus energi para relawan yang wara-wiri memastikan ratusan pasien terlayani dari a sampai z sesuai prosedur.

Bagaimana rasanya jadi relawan?
”Rasanya nano-nano… Semua pasian pengen dilayani cepat. Ada pasien yang dari tahap a langsung mau ke z, tanpa melewati tahap c dan g. Misalnya, dari meja pendaftaran langsung mau masuk ke ruang operasi. Padahal, masih banyak tahapan yang harus dilewati. Wihhh…,” seru Natalia Situmorang (28), staf Tambang Emas Martabe yang menjadi relawan, dengan nada ceria.

Gadis yang selalu sibuk melayani pasien, kadang di ruang visus, kadang di ruang operasi, kadang menjemput kebutuhan obat, dll, itu mengatakan ia pernah mendapat pasien bapak-bapak, yang saat disuruh melihat ke jari tangannya yang untuk mengetahui jarak pandang mata si pasien, malah mencandai dirinya.

”Coba lihat ini pak, bagaimana!” tanyanya saat itu sambil mengacungkan dua jari.

”Oke… cantik,” respon si bapak rada genit.

Natalia pun harus bersabar dan meminta si bapak untuk menyimak perintah yang diberikan.

Gadis yang sudah stand by di rumah sakit sejak pukul 8 pagi hingga sampai jam 10 malam ini selama jadwal operasi katarak gratis mengaku, kadang kakinya serasa mau copot karena tak henti-henti bergerak sejak pagi hingga malam.

Tapi, lanjutnya lagi, seluruh rasa capek itu hilang begitu melihat pasien berteriak girang setelah matanya bisa melihat dengan jelas.

”Begitu mendengar pasien berkata: ’Sudah terang mataku. Sekarang aku mau lihat Danau Toba’, seluruh rasa capek itu rasanya langsung terbayar. Bahagianya bukan main,” kisahnya seraya tersenyum lebar.

Foto: Istimewa Sejumlah kecil relawan foto bersama pasien operasi katarakgratis 'Buka Mata Lihat Indahnya Dunia' yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, Senin (25/1/2016).
Foto: Istimewa
Sejumlah kecil relawan foto bersama pasien operasi katarakgratis ‘Buka Mata Lihat Indahnya Dunia’ yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, Senin (25/1/2016).

Cerita senada diungkapkan relawan dari A New Vision, Dodi Saputra (25),. Ia mengaku terkadang harus melayani pasien yang ’bandel-bandel’. Misalnya, disuruh ke ruang A, malah pergi ke ruang C.

”Ada nenek-nenek, usai visus disuruh ke ruang pemeriksaan mata, eh malah pergi ke ruang operasi. Begitu ketahuan di sana kalau dia belum diperiksa ini itu, ia malah protes, berpikir dirinya dioper-oper. Duh…,” tuturnya.

Ada lagi oknum yang mendesak agar keluarganya didahulukan. Di sini, Dodi dengan tegas tapi lembut mengatakan agar keluarga pasien bersabar, karena semua pasti dapat giliran.

Namun Dodi sungguh menikmati perannya sebagai relawan. Ia mengaku hidupnya lebih bermakna dengan membantu orang lain yang membutuhkan. ”Ada nenek-nenek yang suka menggandeng saya ke seluruh ruang pemeriksaan, tak mau lepas. Katanya harus saya temani terus. Rasanya gimana gitu…!” cetusnya senang.

Foto: Dame/sumutpos.co Sejumlah kecil relawan operasi katarak gratis 'Buka Mata Lihat Indahnya Dunia' yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, foto bersama, Selasa (26/1/2016) sore.
Foto: Dame/sumutpos.co
Sejumlah kecil relawan operasi katarak gratis ‘Buka Mata Lihat Indahnya Dunia’ yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, foto bersama, Selasa (26/1/2016) sore.

Kata kamus, relawan adalah orang yang tanpa dibayar menyediakan waktunya untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi jelas, uang bukan motif mereka dalam bekerja. Nah… tentu jadi pertanyaan, mengapa ada yang mau jadi relawan? Apa motif mereka? Dan apa yang mereka rasakan saat melayani orang-orang yang tidak memberi keuntungan materi bagi mereka?

————————
Dame Ambarita, Siantar & Psp
————————

Puluhan relawan berbaju atasan warna oranye, putih, dan kuning, berseliweran melayani ratusan pasien yang antri ikut Operasi katarak gratis ’Buka Mata Lihat Indahnya Dunia’, baik di RS Tentara Pematangsiantar maupun di RS Tentara Padangsidimpuan, 19-28 Januari 2016. Para relawan itu terdiri dari staf Tambang Emas Martabe selaku donatur kegiatan sosial tersebut, dibantu relawan dari A New Vision selaku pelaksana kegiatan, mahasiswa, relawan drs Koffie, MBI, dan sejumlah tentara dari Kodam I BB yang ikut memfasilitasi kegiatan.

Para relawan itu terlihat aktif membantu para pasien, mulai dari proses pendaftaran operasi, visus untuk mengukur jarak pandangan, pemeriksaan mata untuk mengetahui katarak atau nonkatarak, pemeriksaan tekanan darah dan gula darah, biometri (pengukuran lensa mata), cukur bulu mata, operasi, dan ruang pemulihan. Semuanya bergerak bertahap.

Persoalannya, pasien katarak datang ratusan orang sekaligus. Dan mereka harus dilayani dalam hitungan hari. Jelas ini membutuhkan energi besar. Energi ekstra besar dari petugas paramedis yang bertugas mengukur, membius, dan mengoperasi pasien sejak pagi hingga tengah malam, plus energi para relawan yang wara-wiri memastikan ratusan pasien terlayani dari a sampai z sesuai prosedur.

Bagaimana rasanya jadi relawan?
”Rasanya nano-nano… Semua pasian pengen dilayani cepat. Ada pasien yang dari tahap a langsung mau ke z, tanpa melewati tahap c dan g. Misalnya, dari meja pendaftaran langsung mau masuk ke ruang operasi. Padahal, masih banyak tahapan yang harus dilewati. Wihhh…,” seru Natalia Situmorang (28), staf Tambang Emas Martabe yang menjadi relawan, dengan nada ceria.

Gadis yang selalu sibuk melayani pasien, kadang di ruang visus, kadang di ruang operasi, kadang menjemput kebutuhan obat, dll, itu mengatakan ia pernah mendapat pasien bapak-bapak, yang saat disuruh melihat ke jari tangannya yang untuk mengetahui jarak pandang mata si pasien, malah mencandai dirinya.

”Coba lihat ini pak, bagaimana!” tanyanya saat itu sambil mengacungkan dua jari.

”Oke… cantik,” respon si bapak rada genit.

Natalia pun harus bersabar dan meminta si bapak untuk menyimak perintah yang diberikan.

Gadis yang sudah stand by di rumah sakit sejak pukul 8 pagi hingga sampai jam 10 malam ini selama jadwal operasi katarak gratis mengaku, kadang kakinya serasa mau copot karena tak henti-henti bergerak sejak pagi hingga malam.

Tapi, lanjutnya lagi, seluruh rasa capek itu hilang begitu melihat pasien berteriak girang setelah matanya bisa melihat dengan jelas.

”Begitu mendengar pasien berkata: ’Sudah terang mataku. Sekarang aku mau lihat Danau Toba’, seluruh rasa capek itu rasanya langsung terbayar. Bahagianya bukan main,” kisahnya seraya tersenyum lebar.

Foto: Istimewa Sejumlah kecil relawan foto bersama pasien operasi katarakgratis 'Buka Mata Lihat Indahnya Dunia' yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, Senin (25/1/2016).
Foto: Istimewa
Sejumlah kecil relawan foto bersama pasien operasi katarakgratis ‘Buka Mata Lihat Indahnya Dunia’ yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, Senin (25/1/2016).

Cerita senada diungkapkan relawan dari A New Vision, Dodi Saputra (25),. Ia mengaku terkadang harus melayani pasien yang ’bandel-bandel’. Misalnya, disuruh ke ruang A, malah pergi ke ruang C.

”Ada nenek-nenek, usai visus disuruh ke ruang pemeriksaan mata, eh malah pergi ke ruang operasi. Begitu ketahuan di sana kalau dia belum diperiksa ini itu, ia malah protes, berpikir dirinya dioper-oper. Duh…,” tuturnya.

Ada lagi oknum yang mendesak agar keluarganya didahulukan. Di sini, Dodi dengan tegas tapi lembut mengatakan agar keluarga pasien bersabar, karena semua pasti dapat giliran.

Namun Dodi sungguh menikmati perannya sebagai relawan. Ia mengaku hidupnya lebih bermakna dengan membantu orang lain yang membutuhkan. ”Ada nenek-nenek yang suka menggandeng saya ke seluruh ruang pemeriksaan, tak mau lepas. Katanya harus saya temani terus. Rasanya gimana gitu…!” cetusnya senang.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/