32.8 C
Medan
Monday, May 6, 2024

BNPB-Jepang Jejaki Kerjasama Prediksi Gempa

Alat pendeteksi gempa.

SUMUTPOS.CO  – Gempabumi menjadi salah satu ancaman bencana besar di Indonesia termasuk di Tanah Karo. Hingga kini, prediksi gempa secara pasti masih menjadi masalah. Kita belum mampu memprediksi gempa secara pasti kapan akan terjadi, dimana dan kapan. BMKG telah mampu mendeteksi gempa bumi. Lima menit gempa mampu diketahui, dan disampaikan kepada banyak pihak.

Earthquake Prediction Research Centre Japan (EPRC) telah mengembangkan teknologi yang memungkinkan kita, memprediksi gempa dan tsunami sebagai bencana susulan. Ini mendorong Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), berkepentingan untuk menerapkan teknologi tadi sebagai upaya peringatan dini. Lebih dari 184 juta masyarakat Indonesia terpapar potensi gempabumi pada kategori sedang, hingga tinggi.

Teknologi yang dimaksud, adalah gabungan teknologi canggih seperti satelit, radar, GPS sensor dan peralatan pendukung lain seperti pendeteksi gelombang elektromagnetik. Di samping itu, dukungan teknologi ini tentu disertai beragam data seperti tinggi muka air. Data yang digunakan berasal dari data yang diperoleh dari satelit milik Amerika Serikat, Rusia, Jerman dan Jepang. Beragam data tadi kemudian diolah, dan dianalisis dengan supercomputer artificial intelligence.

Harapan dari pengembangan teknologi ini, terwujudnya International Surface Artificial intelligence Communicator (ISACO). Nanti, setiap orang yang berada di wilayah rawan bencana akan mendapatkan informasi potensi ancaman gempa. Email peringatan dini dapat diakses melalui smartphone yang memberitahukan 1 hari jelang gempa berkekuatan 5 atau lebih terjadi. Namun demikian, pengetahuan risiko dan kesigapan untuk melakukan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi juga sangat penting dipahami oleh setiap individu.

Analisis dari teknologi yang digunakan menunjukkan hasil yang mencengangkan. Persentase akurasi dalam kurun waktu 3 tahun (1 Februari 2013 – 31 Januari 2016) menunjukkan nilai tinggi. Gempa dengan kekuatan magnitude 6 terjadi 38 kali dan terdeteksi sebelum gempa terjadi sebanyak 31 kali atau akurasi mencapai 82%. Gempa dengan magnitude 5 – 5,9, nilai akurasi sebesar 77%.

Melalui teknologi canggih ini, Jepang telah dapat memprediksi potensi gempa sehingga masyarakat dapat siap siaga mengantisipasi risiko terburuk. Jepang memprediksi gempa besar yang kemudian memicu tsunami. Apabila bencana itu terjadi, 323.000 jiwa di 30 prefektur terpapar bahaya tersebut. Menurut perhitungan EPRC, potensi kejadian berdasarkan data sudah mencapai 80%. Potensi gempa tersebut diperkirakan terjadi karena aktivitas lempeng tektonik Great Nankai Trough.

Alat pendeteksi gempa.

SUMUTPOS.CO  – Gempabumi menjadi salah satu ancaman bencana besar di Indonesia termasuk di Tanah Karo. Hingga kini, prediksi gempa secara pasti masih menjadi masalah. Kita belum mampu memprediksi gempa secara pasti kapan akan terjadi, dimana dan kapan. BMKG telah mampu mendeteksi gempa bumi. Lima menit gempa mampu diketahui, dan disampaikan kepada banyak pihak.

Earthquake Prediction Research Centre Japan (EPRC) telah mengembangkan teknologi yang memungkinkan kita, memprediksi gempa dan tsunami sebagai bencana susulan. Ini mendorong Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), berkepentingan untuk menerapkan teknologi tadi sebagai upaya peringatan dini. Lebih dari 184 juta masyarakat Indonesia terpapar potensi gempabumi pada kategori sedang, hingga tinggi.

Teknologi yang dimaksud, adalah gabungan teknologi canggih seperti satelit, radar, GPS sensor dan peralatan pendukung lain seperti pendeteksi gelombang elektromagnetik. Di samping itu, dukungan teknologi ini tentu disertai beragam data seperti tinggi muka air. Data yang digunakan berasal dari data yang diperoleh dari satelit milik Amerika Serikat, Rusia, Jerman dan Jepang. Beragam data tadi kemudian diolah, dan dianalisis dengan supercomputer artificial intelligence.

Harapan dari pengembangan teknologi ini, terwujudnya International Surface Artificial intelligence Communicator (ISACO). Nanti, setiap orang yang berada di wilayah rawan bencana akan mendapatkan informasi potensi ancaman gempa. Email peringatan dini dapat diakses melalui smartphone yang memberitahukan 1 hari jelang gempa berkekuatan 5 atau lebih terjadi. Namun demikian, pengetahuan risiko dan kesigapan untuk melakukan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi juga sangat penting dipahami oleh setiap individu.

Analisis dari teknologi yang digunakan menunjukkan hasil yang mencengangkan. Persentase akurasi dalam kurun waktu 3 tahun (1 Februari 2013 – 31 Januari 2016) menunjukkan nilai tinggi. Gempa dengan kekuatan magnitude 6 terjadi 38 kali dan terdeteksi sebelum gempa terjadi sebanyak 31 kali atau akurasi mencapai 82%. Gempa dengan magnitude 5 – 5,9, nilai akurasi sebesar 77%.

Melalui teknologi canggih ini, Jepang telah dapat memprediksi potensi gempa sehingga masyarakat dapat siap siaga mengantisipasi risiko terburuk. Jepang memprediksi gempa besar yang kemudian memicu tsunami. Apabila bencana itu terjadi, 323.000 jiwa di 30 prefektur terpapar bahaya tersebut. Menurut perhitungan EPRC, potensi kejadian berdasarkan data sudah mencapai 80%. Potensi gempa tersebut diperkirakan terjadi karena aktivitas lempeng tektonik Great Nankai Trough.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/