25.6 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Ibu Asyik Teleponan, Sekujur Tubuh Anak Terbakar

Foto: Samman Siahaan/MT
Atikah melihat bayinya yang terbaring di ruang IGD RSUD Panyabungan, Kamis (6/4) malam.

MADINA, SUMUTPOS.CO -Nahas menimpa bayi berusia 8 bulan, Gusti, di Kelurahan Hutasiantar, Panyabungan, Madina. Bayi laki-laki itu terbakar lantaran lampu teplok di rumahnya terjatuh dan pecah. Akibatnya, bayi tak berdosa itu menderita luka bakar di sekujur tubuhnya.

Peristiwa itu terjadi sekira pukul 21.00 WIB. Saat itu ibunya, Atikah (35), keluar rumah sambil menerima telepon dari kerabatnya yang berada di luar daerah. Asyik bertukar kabar, Atikah baru sadar bahwa lampu yang terbuat dari botol kaca dan diberi sumbu itu terjatuh dan membakar tubuh bayinya, setelah bayinya menangis tak karuan.

Sadar akan bahaya yang dialami bayi laki-lakinya itu, Atikah kemudian berteriak meminta pertolongan suaminya, Asmar Hadi (38), yang berada di luar rumah. Dibantu tetangga serta paman korban, Mahdi kemudian melarikannya ke Rumah Sakit Umum Daerah Panyabungan.

Di instalansi gawat darurat RS plat merah itu, bayi itu sempat dirawat. Keluarga korban yang tergolong kurang mampu itu juga sempat bingung jika harus dirujuk ke luar daerah. Hingga akhirnya setelah beberapa keluarga meyakinkan akan menyelesaikan administrasinya, orangtua korban pun bersedia bayi mereka dirujuk ke Rumah Sakit Dr Djamil di daerah Padang, Sumatera Barat karena luka bakar yang serius mencapai 70 persen.

“Jadi kakak itu (ibu korban) berteleponan dengan keluarga yang ada di Jambi. Di sana mengabarkan ada keluarga yang sakit. Tahu-tahunya sudah terbakar. Kebetulan kan rumahnya masih pakai lampu cemporong (teplok), belum ada sambungan listrik,” cerita Mahdi, paman korban.

Sedangkan Asmar Hadi hanya pasrah dan bingung dengan keadaan yang menimpa bayinya. Apalagi pria yang seharinya bertani itu harus memikirkan biaya perobatan anak pertama tersebut.

“Rumah kami kan masih pakai lampu seperti itu. Belum sanggup pasang listrik. Begini lagi keadaan yang datang jadi bingung. Panas kali lah nak,” ungkapnya sembari merapikan dan mengkipasi tubuh anaknya. Di sebelahnya, tampak Atikah yang merenung menatapi keadaan anaknya itu. Ia tak banyak berucap, hanya menangisi keadaan itu. (san/smg)

Foto: Samman Siahaan/MT
Atikah melihat bayinya yang terbaring di ruang IGD RSUD Panyabungan, Kamis (6/4) malam.

MADINA, SUMUTPOS.CO -Nahas menimpa bayi berusia 8 bulan, Gusti, di Kelurahan Hutasiantar, Panyabungan, Madina. Bayi laki-laki itu terbakar lantaran lampu teplok di rumahnya terjatuh dan pecah. Akibatnya, bayi tak berdosa itu menderita luka bakar di sekujur tubuhnya.

Peristiwa itu terjadi sekira pukul 21.00 WIB. Saat itu ibunya, Atikah (35), keluar rumah sambil menerima telepon dari kerabatnya yang berada di luar daerah. Asyik bertukar kabar, Atikah baru sadar bahwa lampu yang terbuat dari botol kaca dan diberi sumbu itu terjatuh dan membakar tubuh bayinya, setelah bayinya menangis tak karuan.

Sadar akan bahaya yang dialami bayi laki-lakinya itu, Atikah kemudian berteriak meminta pertolongan suaminya, Asmar Hadi (38), yang berada di luar rumah. Dibantu tetangga serta paman korban, Mahdi kemudian melarikannya ke Rumah Sakit Umum Daerah Panyabungan.

Di instalansi gawat darurat RS plat merah itu, bayi itu sempat dirawat. Keluarga korban yang tergolong kurang mampu itu juga sempat bingung jika harus dirujuk ke luar daerah. Hingga akhirnya setelah beberapa keluarga meyakinkan akan menyelesaikan administrasinya, orangtua korban pun bersedia bayi mereka dirujuk ke Rumah Sakit Dr Djamil di daerah Padang, Sumatera Barat karena luka bakar yang serius mencapai 70 persen.

“Jadi kakak itu (ibu korban) berteleponan dengan keluarga yang ada di Jambi. Di sana mengabarkan ada keluarga yang sakit. Tahu-tahunya sudah terbakar. Kebetulan kan rumahnya masih pakai lampu cemporong (teplok), belum ada sambungan listrik,” cerita Mahdi, paman korban.

Sedangkan Asmar Hadi hanya pasrah dan bingung dengan keadaan yang menimpa bayinya. Apalagi pria yang seharinya bertani itu harus memikirkan biaya perobatan anak pertama tersebut.

“Rumah kami kan masih pakai lampu seperti itu. Belum sanggup pasang listrik. Begini lagi keadaan yang datang jadi bingung. Panas kali lah nak,” ungkapnya sembari merapikan dan mengkipasi tubuh anaknya. Di sebelahnya, tampak Atikah yang merenung menatapi keadaan anaknya itu. Ia tak banyak berucap, hanya menangisi keadaan itu. (san/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/