32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Istri Hamil Tua, Sales Humoris Gantung Diri

Foto: Anita/PM
Imam Babarsa Harahap, sales kelontong yang humoris, ditemukan tewas gantung diri di ruang tengah rumah kontrakannya di Dusun V Teknol, Desa Sempajaya, Berastagi, Sabtu (6/5) sekira pukul 21.00 wib.

KARO, SUMUTPOS.CO – Sehari-hari, Imam Babarsa Harahap (22) dikenal sebagai pria ramah dan humoris oleh teman-temannya sesama sales kelontong. Karena itu pula, banyak rekan terkejut mengetahui dia tewas gantung diri.

Pria beristri ini ditemukan tergantung di ruang tengah rumah kontrakannya di Dusun V Teknol, Desa Sempajaya, Berastagi, Sabtu (6/5) sekira pukul 21.00 wib.

Jasadnya pertama kali ditemukan tetangga yang hendak memeriksa air. Korban dan tetangganya tersebut memang kerap berbagi air. Lehernya terlilit tali kambing berwarna orange yang diikat pada galangan atas rumah.

Posisinya tepat di depan tipi yang masih menyala. Diduga, warga Batangkuis ini sengaja membiarkan tipi menyala agar tetangga tidak mengetahui upaya bunuh dirinya.

“Padahal orangnya baik, sesama rekan kerja suka ngobrol ketawa-ketawa. Gak nampak kalau dia ada masalah. Kami semua bekerja sebagai sales kelontong. Karena dia sudah berkeluarga, tempat tinggal kami berbeda dengannya. Kami tinggal Trimurti sedangkan korban dan istrinya di Teknol,” ujar Syaiful Syafri (33), rekan kerja korban, Sabtu (6/5) di ruang jenasah RSUD Kabanjahe.

Hal senada juga dikatakan Lembok Ginting (24), juga teman kerja korban. Disebutkan, setiap Minggu mereka semua pulang ke kampung halaman masing-masing.

“Senin kami balik lagi ke Tanah Karo untuk jualan kebutuhan rumah tangga (kelontong). Istrinya sedang hamil tua di kampung. Kemarin diantarnya, karena disana ada yang menjaganya. Kalau disini gak ada temannya di rumah. Korban dan kami semua tak tentu-tentu pulang ke rumah kontrakan. Makanya istrinya diantar ke kampung. Selama ini gak pernah dia cerita kalau ada masalah. Orangnya enjoy, entah kenapa bisa dia gantung diri,” ujarnya sedih.

Sedangkan orangtua korban, Falyan Harahap (45) yang profesinya sama dengan korban terlihat sedih melihat anaknya yang sudah terbujur kaku. “Sayapun gak tau kenapa dia sampek melakukan hal ini. Selama ini tak pernah dia mengeluh atau cerita soal rumah tangganya. Gak sangka lah dia mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini,” ujarnya.

Menurutnya, biasanya korban setelah pulang dari berjualan datang ke tempat kontrakannya di Lau Gumba. Namun begitu, keluarga sudah ikhlas dan tak ingin jasad korban di otopsi. “Dia akan kami bawa pulang ke kampung halaman untuk disemayamkan,” ujar ayah korban.

Kapolsekta Berastagi, Kompol Agustinus Sitepu menyebutkan, dari hasil penyelidikan tidak ditemukan adanya tindak kekerasan di tubuh korban. Sementara itu, sejumlah warga mengatakan jika korban terakhir kali terlihat pada Kamis (4/5) sekira pukul 14.00 wib. (ita/bry/ras)

Foto: Anita/PM
Imam Babarsa Harahap, sales kelontong yang humoris, ditemukan tewas gantung diri di ruang tengah rumah kontrakannya di Dusun V Teknol, Desa Sempajaya, Berastagi, Sabtu (6/5) sekira pukul 21.00 wib.

KARO, SUMUTPOS.CO – Sehari-hari, Imam Babarsa Harahap (22) dikenal sebagai pria ramah dan humoris oleh teman-temannya sesama sales kelontong. Karena itu pula, banyak rekan terkejut mengetahui dia tewas gantung diri.

Pria beristri ini ditemukan tergantung di ruang tengah rumah kontrakannya di Dusun V Teknol, Desa Sempajaya, Berastagi, Sabtu (6/5) sekira pukul 21.00 wib.

Jasadnya pertama kali ditemukan tetangga yang hendak memeriksa air. Korban dan tetangganya tersebut memang kerap berbagi air. Lehernya terlilit tali kambing berwarna orange yang diikat pada galangan atas rumah.

Posisinya tepat di depan tipi yang masih menyala. Diduga, warga Batangkuis ini sengaja membiarkan tipi menyala agar tetangga tidak mengetahui upaya bunuh dirinya.

“Padahal orangnya baik, sesama rekan kerja suka ngobrol ketawa-ketawa. Gak nampak kalau dia ada masalah. Kami semua bekerja sebagai sales kelontong. Karena dia sudah berkeluarga, tempat tinggal kami berbeda dengannya. Kami tinggal Trimurti sedangkan korban dan istrinya di Teknol,” ujar Syaiful Syafri (33), rekan kerja korban, Sabtu (6/5) di ruang jenasah RSUD Kabanjahe.

Hal senada juga dikatakan Lembok Ginting (24), juga teman kerja korban. Disebutkan, setiap Minggu mereka semua pulang ke kampung halaman masing-masing.

“Senin kami balik lagi ke Tanah Karo untuk jualan kebutuhan rumah tangga (kelontong). Istrinya sedang hamil tua di kampung. Kemarin diantarnya, karena disana ada yang menjaganya. Kalau disini gak ada temannya di rumah. Korban dan kami semua tak tentu-tentu pulang ke rumah kontrakan. Makanya istrinya diantar ke kampung. Selama ini gak pernah dia cerita kalau ada masalah. Orangnya enjoy, entah kenapa bisa dia gantung diri,” ujarnya sedih.

Sedangkan orangtua korban, Falyan Harahap (45) yang profesinya sama dengan korban terlihat sedih melihat anaknya yang sudah terbujur kaku. “Sayapun gak tau kenapa dia sampek melakukan hal ini. Selama ini tak pernah dia mengeluh atau cerita soal rumah tangganya. Gak sangka lah dia mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini,” ujarnya.

Menurutnya, biasanya korban setelah pulang dari berjualan datang ke tempat kontrakannya di Lau Gumba. Namun begitu, keluarga sudah ikhlas dan tak ingin jasad korban di otopsi. “Dia akan kami bawa pulang ke kampung halaman untuk disemayamkan,” ujar ayah korban.

Kapolsekta Berastagi, Kompol Agustinus Sitepu menyebutkan, dari hasil penyelidikan tidak ditemukan adanya tindak kekerasan di tubuh korban. Sementara itu, sejumlah warga mengatakan jika korban terakhir kali terlihat pada Kamis (4/5) sekira pukul 14.00 wib. (ita/bry/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/