MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Divisi Pemasyarakat (Kadiv Pas) Kemenkuham Wilayah Sumut, Yhosep Sembiring mengatakan, pelaksanaan serah terima jabatan (Setijab) mendadak dilakukan Kemenkuham Sumut. “Setelah dilakukan cek fisik berapa jumlah tahanan harus ada data dari pejabat lama ke pejabat baru. Baru kita lakukan Sertijab pada Pukul 01.00 WIB tadi malam (kemarin,red),” ungkapnya kepada Sumut Pos.
Dia menilai, pencopotan dua jabatan strategis itu dikarenakan ada unsur kelalaian dan kesengajaan yang dilakukan kedua pejabat itu. Sehingga sanksi berat berupa pencopotan atau dinonjobkan dari jabatan sebelumnya merupakan penindak tegas terhadap dua pejabat itu.
Yhosep juga mengatakan, pihaknya masih menunggu surat keputusan dari Kementerian Hukum dan HAM di Jakarta untuk jabatan Kepala Lapas Lubukpakam definitif. “Untuk jabatan definitifnya, kita menunggu dari Kementerian dan Pak Mentri di Jakarta. Kita sifatnya menunggu dan menunjuk Plh saja untuk saat ini,” tuturnya.
Paskadicopot dari jabatannya, Setia Budi Irianto mengaku ikhlas menerima sanksi yang diberikan. “Jabatan hanyalah titipan. Jadi apa yang diberikan oleh-Nya maka harus disyukuri. Ikhlas saja, itu resiko jabatan,” ungkap Setia Budi Irianto saat dikonfirmasi.
Meski dicopot secara mendadak, Budi tidak akan melakukan perwalan atas nonjob yang diberikan atasannya kepada dirinya.
“Biar ini berlalu, biar adem dulu jangan dipanaskan lagi,” pintanya.
Menurut Budi, dirinya menjabat sebagai Kalapas Lubukpakam sejak November 2013 lalu. 1 Oktober 2016 mendatang, dia akan memasuki masa pensiun.
Mengenai ruang karaoke yang disebut ada di dalam Lapas, menurutnya ruang karaoke itu keberadaannya bukan di dalam kamar hunian.
“Itu di luar dan di blok ukurannya 2×3. Saya hobi musik, makanya ada ruang karaoke untuk pegawai, bukan untuk napi. Di sini saya tegaskan lagi, razia yang dilakukan saat itu, saya sudah tau dan bukan dadakan. Kita sudah rapat dengan polisi dan BNN,” pungkasnya.
Dia juga membeberkan adanya oknum aparat yang pernah mendatangi TG, napi di Lapas Lubukpakam yang mengendalikan jaringan narkotika internasional. Kedatangan oknum aparat itu disebutnya untuk meminta ‘upeti’ kepada sang bandar di dalam lapas itu.
“Ada oknum datang, pada sore waktu itu, sekitar sebulan lalu. Menurut laporan anak buah saya, ada juga oknum yang datang menjumpai TG ke dalam (lapas). Oknumnya kalau tidak dari BNN itu dari Polisi,” sebutnya.
Dia juga membantah memberikan fasilitas mewah kepada TG. Untuk menggunakan handpone, Budi mengaku tidak tahu hal itu. “Dia (TG) mengumpat (sembunyi-sembunyi, Red) menggunakan handponenya, kalau kita tahu, pastinya kita tindaklah,” pungkasnya.