26.6 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Bocah Ini Tewas Dipatuk Cobra Saat Tidur

Foto:  Eko Hendriawan/Metro Siantar Jasad Julpriadi Siagian, murid kelas V SD yang meninggal setelah dipatuk ular kobra. Tampak jenazahnya dipindahkan ke dalam peti, pada upacara pengembumian, Selasa (10/2/2015).
Foto: Eko Hendriawan/Metro Siantar
Jasad Julpriadi Siagian, murid kelas V SD yang meninggal setelah dipatuk ular kobra. Tampak jenazahnya dipindahkan ke dalam peti, pada upacara pengembumian, Selasa (10/2/2015).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Leher membengkak, bagian atas wajah membiru. Julpriadi Siagian (10) tewas usai dipatuk ular cobra saat sedang tidur di rumahnya.

Peristiwa itu terjadi Minggu (8/2) sore di KUD, Marihat Lambau III, Pematangsiantar. Biasanya ayah korban, Usaha Tumakor Siagian (45) kerap membunuh ular-ular yang masuk ke tempat tinggalnya. Tapi sore itu, ular keempat yang akan dibunuh berhasil lolos.

Tumakor mengira ular tersebut sudah berhasil diusir pergi. Dia pun tidur bersama Roida Nainggolan, istrinya dan dua anaknya. Ternyata tidak. Senin (9/2), sekira pukul 03.00 WIB kehebohan terjadi. Julpriadi tiba-tiba menjerit sejadinya. Mendengar teriakan anaknya, Tumakor kontan lompat dan mengecek Julpriadi.

Tumakor mendapati ular sedang menggigit anaknya. Penuh emosi, buruh tani itu kemudian membunuh cobra tersebut. “Setelah itu langsung dilarikan ke rumah sakit,” ujar EF Mindo Nainggolan (39), paman korban.

Setelah ditangani tim medis, sekira pukul 12.00 WIB, kondisi korban semakin lemah. Leher sebelah kanan bekas patokan ular terus membengkak.

Kondisi Julpriadi yang masih duduk di kursi kelas 5 SD Negeri 121246, terus menurun. Dua jam kemudian, korban dirujuk ke rumah sakit di Medan. “Belum sempat sampai Medan, bereku itu meninggal dunia. Waktu itu sudah sore, sekira jam empat,” jelas Mindo.

Pantauan Metro Siantar (grup SUMUTPOS.CO) Selasa (10/2), sebelum dikebumikan jenazah korban disemayamkan di rumah opung di Kelurahan Pematang Marihat, Kecamatan Siantar Marimbun. Di persemayaman, suara tangis pecah di setiap sudut rumah. Adik korban, yang waktu itu berada persis di depan jenazah, terlihat menangis histeris.

Begitu juga dengan orang tua Julpriadi, keduanya menangis histeris. Tumakor saekan tak percaya dengan peristiwa yang dialami putra ketiganya. Dia terus mengelus-elus kepala anaknya. Sedangkan istrinya yang duduk disebelah terus menatap kosong jasad si anak. Sekira pukul 14.00 WIB, ketika jasad korban hendak dimasukkan ke dalam peti jenazah, suara tangis kembali pecah.

 

SUKA BELA DIRI

Selama acara adapt, kedua orang tua korban belum bisa memberikan keterangan. Hanya Mindo yang bersedia meladeni wartawan. Mindo mengatakan, keponakannya itu dikenal sebagai anak yang pintar dan suka bela diri.

Di sekolah, korban mendapat rangking 5. Korban juga diketahui salah satu siswa kesayanngan guru. Itu diketahuinya dari kepala sekolah dasar Negeri 121246 Pak Haloho. Sejak lahir, korban bersama keluarganya tinggal di KUD, Marihat Lambau III. Mereka terpaksa tinggal disana karena terbentur ekonomi. “Kalau bapak bereku itu sehari-hari markomben nya. Jadi tidak mampu menyewa rumah. Mereka terpaksa tinggal di KUD,” terangnya.

Sepulang sekolah, mulai pukul 14.00 WIB – 17.00 WIB, korban belajar bela diri taekwondo di Cinta Rakyat, Jalan Sibolga. Edu Situmorang, teman sekolah yang juga teman seperguruan korban saat ditanyai, mengaku sekarang korban masuk di sabuk kuning. “Jago kali dia bang, tendengannya lurus,” kata Edu.

“Sedih kali bang, apalagi dia yang baikan, suka melawak. Sering buat kami ketawa-ketawa,” tambah Edu.(end)

Foto:  Eko Hendriawan/Metro Siantar Jasad Julpriadi Siagian, murid kelas V SD yang meninggal setelah dipatuk ular kobra. Tampak jenazahnya dipindahkan ke dalam peti, pada upacara pengembumian, Selasa (10/2/2015).
Foto: Eko Hendriawan/Metro Siantar
Jasad Julpriadi Siagian, murid kelas V SD yang meninggal setelah dipatuk ular kobra. Tampak jenazahnya dipindahkan ke dalam peti, pada upacara pengembumian, Selasa (10/2/2015).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Leher membengkak, bagian atas wajah membiru. Julpriadi Siagian (10) tewas usai dipatuk ular cobra saat sedang tidur di rumahnya.

Peristiwa itu terjadi Minggu (8/2) sore di KUD, Marihat Lambau III, Pematangsiantar. Biasanya ayah korban, Usaha Tumakor Siagian (45) kerap membunuh ular-ular yang masuk ke tempat tinggalnya. Tapi sore itu, ular keempat yang akan dibunuh berhasil lolos.

Tumakor mengira ular tersebut sudah berhasil diusir pergi. Dia pun tidur bersama Roida Nainggolan, istrinya dan dua anaknya. Ternyata tidak. Senin (9/2), sekira pukul 03.00 WIB kehebohan terjadi. Julpriadi tiba-tiba menjerit sejadinya. Mendengar teriakan anaknya, Tumakor kontan lompat dan mengecek Julpriadi.

Tumakor mendapati ular sedang menggigit anaknya. Penuh emosi, buruh tani itu kemudian membunuh cobra tersebut. “Setelah itu langsung dilarikan ke rumah sakit,” ujar EF Mindo Nainggolan (39), paman korban.

Setelah ditangani tim medis, sekira pukul 12.00 WIB, kondisi korban semakin lemah. Leher sebelah kanan bekas patokan ular terus membengkak.

Kondisi Julpriadi yang masih duduk di kursi kelas 5 SD Negeri 121246, terus menurun. Dua jam kemudian, korban dirujuk ke rumah sakit di Medan. “Belum sempat sampai Medan, bereku itu meninggal dunia. Waktu itu sudah sore, sekira jam empat,” jelas Mindo.

Pantauan Metro Siantar (grup SUMUTPOS.CO) Selasa (10/2), sebelum dikebumikan jenazah korban disemayamkan di rumah opung di Kelurahan Pematang Marihat, Kecamatan Siantar Marimbun. Di persemayaman, suara tangis pecah di setiap sudut rumah. Adik korban, yang waktu itu berada persis di depan jenazah, terlihat menangis histeris.

Begitu juga dengan orang tua Julpriadi, keduanya menangis histeris. Tumakor saekan tak percaya dengan peristiwa yang dialami putra ketiganya. Dia terus mengelus-elus kepala anaknya. Sedangkan istrinya yang duduk disebelah terus menatap kosong jasad si anak. Sekira pukul 14.00 WIB, ketika jasad korban hendak dimasukkan ke dalam peti jenazah, suara tangis kembali pecah.

 

SUKA BELA DIRI

Selama acara adapt, kedua orang tua korban belum bisa memberikan keterangan. Hanya Mindo yang bersedia meladeni wartawan. Mindo mengatakan, keponakannya itu dikenal sebagai anak yang pintar dan suka bela diri.

Di sekolah, korban mendapat rangking 5. Korban juga diketahui salah satu siswa kesayanngan guru. Itu diketahuinya dari kepala sekolah dasar Negeri 121246 Pak Haloho. Sejak lahir, korban bersama keluarganya tinggal di KUD, Marihat Lambau III. Mereka terpaksa tinggal disana karena terbentur ekonomi. “Kalau bapak bereku itu sehari-hari markomben nya. Jadi tidak mampu menyewa rumah. Mereka terpaksa tinggal di KUD,” terangnya.

Sepulang sekolah, mulai pukul 14.00 WIB – 17.00 WIB, korban belajar bela diri taekwondo di Cinta Rakyat, Jalan Sibolga. Edu Situmorang, teman sekolah yang juga teman seperguruan korban saat ditanyai, mengaku sekarang korban masuk di sabuk kuning. “Jago kali dia bang, tendengannya lurus,” kata Edu.

“Sedih kali bang, apalagi dia yang baikan, suka melawak. Sering buat kami ketawa-ketawa,” tambah Edu.(end)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/