28.9 C
Medan
Wednesday, May 1, 2024

Pasien BPJS Meninggal, Keluarga Mengamuk

Foto: Dhev Bakkara/Metro Siantar/JPNN Anak dan cucu korban menangis histeris. Korban meninggal usai ditelantarkan pihak RSUD Djasamen Saragih selama 8 jam, Senin (16/2).
Foto: Dhev Bakkara/Metro Siantar/JPNN
Anak dan cucu korban menangis histeris. Korban meninggal usai ditelantarkan pihak RSUD Djasamen Saragih selama 8 jam, Senin (16/2).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Kegaduhan terjadi RSUD Djasamen Saragih, Kota Siantar, kemarin (16/2). Ini dipicu meninggalnya seorang pasien BPJS bernama Menaria Saragih Garingging (77).

Pihak keluarga protes keras, menuding Menaria meninggal karena ditelantarkan hingga 8 jam. Tangisan histeris bercampur umpatan marah terlontar dari keluarga korban.

Sore sekitar pukul 16.00 WIB, saat Metro Siantar (Grup SUMUTPOS.CO) tiba di rumah sakit tersebut, terlihat jelas ekspresi marah dari wajah anggota keluarga dan rekan pasien. Sebagian tampak tersedu dan histeris.

“Ini rumah sakit yang tak bertanggung jawab. Jangan karena pasien BPJS, kalian telantarkan. Kalau memang mau dibayar, bilang. Jangan kalian telantarkan seperti ini. Sekarang sudah mati orangnya,” teriak Ondo Sinaga (34), anak pasien tersebut, di ruang jaga para perawat.

Saat Ondo berteriak, sebagian keluarga yang lain memukul dan menendang pintu di kamar pasien. Mereka membentak para perawat yang ada ruang jaga paviliun itu. Dua orang perawat yang ada di ruangan tersebut, tidak bisa memberi penjelasan sedikitpun. Perawat dengan raut wajah ketakutan, hanya diam dan tertunduk.

Ondo kembali berteriak. Dengan wajah yang memerah dan berlinang air mata, Ondo berulang-ulang mengatakan hal serupa dengan nada yang sangat keras. Begitu juga dengan keluarga yang lain, juga turut mengucapkan sumpah serapah sembari memukul dan menendang meja berulang-ulang.

Tak seorangpun keluarga pasien yang lain menenangkan pria berambut ikal ini. Mereka hanya mengamati Ondo sembari ikut mengutuk dengan suara yang tak begitu keras.

Sekitar 15 menit kegaduhan berlangsung, dr Haposan, yang merupakan dokter jaga di Paviliun B keluar dari ruangannya, yang jaraknya sekitar 20 meter dari kamar pasien.

Foto: Dhev Bakkara/Metro Siantar/JPNN Anak dan cucu korban menangis histeris. Korban meninggal usai ditelantarkan pihak RSUD Djasamen Saragih selama 8 jam, Senin (16/2).
Foto: Dhev Bakkara/Metro Siantar/JPNN
Anak dan cucu korban menangis histeris. Korban meninggal usai ditelantarkan pihak RSUD Djasamen Saragih selama 8 jam, Senin (16/2).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Kegaduhan terjadi RSUD Djasamen Saragih, Kota Siantar, kemarin (16/2). Ini dipicu meninggalnya seorang pasien BPJS bernama Menaria Saragih Garingging (77).

Pihak keluarga protes keras, menuding Menaria meninggal karena ditelantarkan hingga 8 jam. Tangisan histeris bercampur umpatan marah terlontar dari keluarga korban.

Sore sekitar pukul 16.00 WIB, saat Metro Siantar (Grup SUMUTPOS.CO) tiba di rumah sakit tersebut, terlihat jelas ekspresi marah dari wajah anggota keluarga dan rekan pasien. Sebagian tampak tersedu dan histeris.

“Ini rumah sakit yang tak bertanggung jawab. Jangan karena pasien BPJS, kalian telantarkan. Kalau memang mau dibayar, bilang. Jangan kalian telantarkan seperti ini. Sekarang sudah mati orangnya,” teriak Ondo Sinaga (34), anak pasien tersebut, di ruang jaga para perawat.

Saat Ondo berteriak, sebagian keluarga yang lain memukul dan menendang pintu di kamar pasien. Mereka membentak para perawat yang ada ruang jaga paviliun itu. Dua orang perawat yang ada di ruangan tersebut, tidak bisa memberi penjelasan sedikitpun. Perawat dengan raut wajah ketakutan, hanya diam dan tertunduk.

Ondo kembali berteriak. Dengan wajah yang memerah dan berlinang air mata, Ondo berulang-ulang mengatakan hal serupa dengan nada yang sangat keras. Begitu juga dengan keluarga yang lain, juga turut mengucapkan sumpah serapah sembari memukul dan menendang meja berulang-ulang.

Tak seorangpun keluarga pasien yang lain menenangkan pria berambut ikal ini. Mereka hanya mengamati Ondo sembari ikut mengutuk dengan suara yang tak begitu keras.

Sekitar 15 menit kegaduhan berlangsung, dr Haposan, yang merupakan dokter jaga di Paviliun B keluar dari ruangannya, yang jaraknya sekitar 20 meter dari kamar pasien.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/