29 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Pengungsi Memohon Raja Gunung Bujuk Penguasa Sinabung

Foto: PM Sebanyak 30 pengungsi dan warga desa di Tanah Karo, Sumut, berdoa di hutan keramat di Desa Gurusinga, memohon penguasa hutan membujuk penguasa Gunung Sinabung.
Foto: PM
Sebanyak 30 pengungsi dan warga desa di Tanah Karo, Sumut, berdoa di hutan keramat di Desa Gurusinga, memohon penguasa hutan membujuk penguasa Gunung Sinabung.

KARO, SUMUTPOS.CO – Tak sekedar menetap di posko saja, pengungsi di Jambur Korpri yang berasal dari Desa Kuta Rayat dan Dusun Lau Kawar, bersama warga Desa Gurusinga, menggelar ritual. Mereka berdoa dan meminta Gunung Sinabung kembali normal seperti dulu.

Sedikitnya, 30 pengungsi dan warga desa, bergotong royong dan berdoa di hutan keramat di Desa Gurusinga yang berbatasan dengan perladangan warga, pekan lalu. Di sana, tepatnya di salah satu area yang berdiri 2 pohon besar, warga mengelar ritual tersebut.

Para pria membakar rokok dan diselipkan di antara belahan batang bambu kecil. Sementara para perempuan, meletakkan sirih di atas daun pisang. Menurut tetua adat setempat, konon lokasi kedua pohon besar tersebut merupakan pintu masuk gaib bagi arwah leluhur, Raja Gunung, penemu Desa Gurusinga yang dulunya merupakan Guru Simbelin (orang sakti).

Seraya meletakkan rokok dan daun sirih, warga melakukan doa bagi leluhur desa agar Desa Gurusinga selalu aman, tenteram, dan hasil panen pertanian dapat kembali melimpah. Juga bagi warga pengungsi asal Kuta Gugung yang telah 1 bulan lebih berada di area pengungsian persisnya ‘Jambur Korpri’ di Desa Gurusinga dapat terhindar dari amuk bencana Gunung Sinabung dan dapat kembali pulang ke desanya.

Konon pula, Raja Gunung yang dipercaya menghuni hutan keramat tersebut, masih ‘bersenina’ (bersaudara) dengan penguasa Gunung Sinabung. Beranggapan masih memiliki hubungan, warga serta pengungsi di desa Gurusinga pun menyampaikan hasrat hati mereka, agar penguasa Gunung Sinabung sudi menghentikan amarahnya.

P br Tarigan, salah satu pengungsi mengungkapkan, niatnya mengunjungi hutan keramat, hanya berharap Raja Gunung dapat menyalurkan aspirasi mereka kepada penguasa Gunung Sinabung agar para pengungsi terhindar dari bencana erupsi Gunung Sinabung dan dapat kembali pulang ke desanya.

Sementara, Pesta Gurusinga (kordinator pengungsi/aparat desa) mengatakan, aksi gotong royong membersihkan hutan keramat itu, merupakan penghormatan terhadap leluhur. “Tanpa mengeyampingan agama yang telah kita anut, tradisi ini untuk menghormati leluhur kami yang pernah ada. Sekaligus kami meminta agar para leluhur selalu memberi pertolongan terhadap bencana Gunung Sinabung dan khususnya bagi warga Desa Guru Singa,” tukas Pesta Gurusinga di lokasi hutan keramat.

Sementara, Gunung Sinabung masih berstatus Awas. Pada Selasa (21/7), terjadi guguran lava pijar yang menyembur sejauh 500 hingga 1500 meter ke sektor tenggara dan timur serta 1500 meter hingga 2000 meter ke sektor tenggara.

Sejak pukul 00.00-06.00, terjadi gempa seismik disertai 21 kali guguran dengan amplitudo setebal 6 hingga 115 millimeter, selama 25-170 detik.

Sejak pukul 06.00-12.00, Gunung Sinabung mengalami erupsi 1 kali dengan melontarkan kolom abu setinggi 300 meter. Teramati guguran lava pijar menyembur dari puncak gunung sejauh 500 hingga 1000 meter ke sektor tenggara dan timur dan 1000 meter ke sektor selatan. Gempa seismik masih terjadi sebanyak 29 kali guguran dengan Amplitudo 6 hingga 105 millimeter dengan lamanya gempa berkisar 35 hingga 165 detik. Juga terjadi 1 kali erupsi dengan amplitudo 75 millimeter dengan kelamaan gempa 51 detik.

Sebelumnya, pada Minggu (19/7) pukul 15.05-16.07, terjadi satu kali semburan awan panas guguran sejauh 1500 meter ke arah selatan dan tenggara. Semburan awan panas guguran membentuk kolom abu yang ditutupi kabut dan disertai turunnya
hujan gerimis. Keesokannya, Senin (20/7), ada guguran lava pijar menyembur sejauh 500 hingga 1500 meter ke sektor tenggara dan timur serta 1000 meter ke sektor selatan.(cr8/trg)

Foto: PM Sebanyak 30 pengungsi dan warga desa di Tanah Karo, Sumut, berdoa di hutan keramat di Desa Gurusinga, memohon penguasa hutan membujuk penguasa Gunung Sinabung.
Foto: PM
Sebanyak 30 pengungsi dan warga desa di Tanah Karo, Sumut, berdoa di hutan keramat di Desa Gurusinga, memohon penguasa hutan membujuk penguasa Gunung Sinabung.

KARO, SUMUTPOS.CO – Tak sekedar menetap di posko saja, pengungsi di Jambur Korpri yang berasal dari Desa Kuta Rayat dan Dusun Lau Kawar, bersama warga Desa Gurusinga, menggelar ritual. Mereka berdoa dan meminta Gunung Sinabung kembali normal seperti dulu.

Sedikitnya, 30 pengungsi dan warga desa, bergotong royong dan berdoa di hutan keramat di Desa Gurusinga yang berbatasan dengan perladangan warga, pekan lalu. Di sana, tepatnya di salah satu area yang berdiri 2 pohon besar, warga mengelar ritual tersebut.

Para pria membakar rokok dan diselipkan di antara belahan batang bambu kecil. Sementara para perempuan, meletakkan sirih di atas daun pisang. Menurut tetua adat setempat, konon lokasi kedua pohon besar tersebut merupakan pintu masuk gaib bagi arwah leluhur, Raja Gunung, penemu Desa Gurusinga yang dulunya merupakan Guru Simbelin (orang sakti).

Seraya meletakkan rokok dan daun sirih, warga melakukan doa bagi leluhur desa agar Desa Gurusinga selalu aman, tenteram, dan hasil panen pertanian dapat kembali melimpah. Juga bagi warga pengungsi asal Kuta Gugung yang telah 1 bulan lebih berada di area pengungsian persisnya ‘Jambur Korpri’ di Desa Gurusinga dapat terhindar dari amuk bencana Gunung Sinabung dan dapat kembali pulang ke desanya.

Konon pula, Raja Gunung yang dipercaya menghuni hutan keramat tersebut, masih ‘bersenina’ (bersaudara) dengan penguasa Gunung Sinabung. Beranggapan masih memiliki hubungan, warga serta pengungsi di desa Gurusinga pun menyampaikan hasrat hati mereka, agar penguasa Gunung Sinabung sudi menghentikan amarahnya.

P br Tarigan, salah satu pengungsi mengungkapkan, niatnya mengunjungi hutan keramat, hanya berharap Raja Gunung dapat menyalurkan aspirasi mereka kepada penguasa Gunung Sinabung agar para pengungsi terhindar dari bencana erupsi Gunung Sinabung dan dapat kembali pulang ke desanya.

Sementara, Pesta Gurusinga (kordinator pengungsi/aparat desa) mengatakan, aksi gotong royong membersihkan hutan keramat itu, merupakan penghormatan terhadap leluhur. “Tanpa mengeyampingan agama yang telah kita anut, tradisi ini untuk menghormati leluhur kami yang pernah ada. Sekaligus kami meminta agar para leluhur selalu memberi pertolongan terhadap bencana Gunung Sinabung dan khususnya bagi warga Desa Guru Singa,” tukas Pesta Gurusinga di lokasi hutan keramat.

Sementara, Gunung Sinabung masih berstatus Awas. Pada Selasa (21/7), terjadi guguran lava pijar yang menyembur sejauh 500 hingga 1500 meter ke sektor tenggara dan timur serta 1500 meter hingga 2000 meter ke sektor tenggara.

Sejak pukul 00.00-06.00, terjadi gempa seismik disertai 21 kali guguran dengan amplitudo setebal 6 hingga 115 millimeter, selama 25-170 detik.

Sejak pukul 06.00-12.00, Gunung Sinabung mengalami erupsi 1 kali dengan melontarkan kolom abu setinggi 300 meter. Teramati guguran lava pijar menyembur dari puncak gunung sejauh 500 hingga 1000 meter ke sektor tenggara dan timur dan 1000 meter ke sektor selatan. Gempa seismik masih terjadi sebanyak 29 kali guguran dengan Amplitudo 6 hingga 105 millimeter dengan lamanya gempa berkisar 35 hingga 165 detik. Juga terjadi 1 kali erupsi dengan amplitudo 75 millimeter dengan kelamaan gempa 51 detik.

Sebelumnya, pada Minggu (19/7) pukul 15.05-16.07, terjadi satu kali semburan awan panas guguran sejauh 1500 meter ke arah selatan dan tenggara. Semburan awan panas guguran membentuk kolom abu yang ditutupi kabut dan disertai turunnya
hujan gerimis. Keesokannya, Senin (20/7), ada guguran lava pijar menyembur sejauh 500 hingga 1500 meter ke sektor tenggara dan timur serta 1000 meter ke sektor selatan.(cr8/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/