25 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Ribuan Rumah Terendam Banjir di Langkat

Foto: Daewis/Metro Langkat/SMG Ribuan rumah dan sawah di 3 kecamatan di Langkat terendam banjir, Selasa (23/9).
Foto: Daewis/Metro Langkat/SMG
Ribuan rumah dan sawah di 3 kecamatan di Langkat terendam banjir, Selasa (23/9).

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Curah hujan yang tinggi belakangan ini, membuat ribuan rumah dan sawah di 3 kecamatan di Langkat terendam banjir, Selasa (23/9). Aktivitas galian C di sejumlah sungai turut memperparah meluapnya air sungai menuju pemukiman warga. Kecamatan yang mengalami banjir yakni Padang Tualang, Sawit Seberang dan Batang Serangan.

Data dihimpun dari Sekretaris Desa (Sekdes) Desa Tanjung Selamat, Pairin, untuk Dusun Tegal Rejo Desa Tebing, ada 200 rumah yang terendam banjir. Dusun Benteng Rejo Desa Suka Ramai ada 300 rumah, sedangkan di Dusun Pujidadi, Kecamatan Batang Serangan ada 320 rumah. Di Pondok VII, Desa Mekar Sawit 220 rumah. Air yang mengenangi pemukiman warga ini ketinggiannya antara 50-80 cm.

“Air mulai naik sejak pagi buta. Sampai sore ini tanda-tanda air akan surut juga belum terlihat, sebab hujan masih turun. Pagi-pagi kami sudah melakukan pengecekan ke dusun-dusun yang terkena banjir, ada camat, ada Kades dan pihak Polsek,” ujar Pairin, kemarin.

Saat ini, sambungnya, warga telah membuat posko darurat di atas benteng. Meski belum ada warga yang meninggalkan rumahnya untuk mengungsi, tapi warga telah mengemasi barang-barang berharga. Sedangkan barang-barang elektronik diamankan ketempat yang lebih tinggi.

“Belum ada posko atau dapur umum dibuat, sementara ini masih swadaya masyarakat aja,” lirih Pairin.

Pantauan di Kecamatan Batang Serangan, air terus merangkak naik dari sungai, ketingian airpun telah mencapai pinggang orang dewasa. Meski sudah menjadi langganan banjir setiap tahun, tapi warga mencemaskan kondisi itu. “Yang kita takutkan kesehatan terhadap anak-anak, kalau kita yang dewasa ini mungkin tahan. Tapi anak-anak sangat rentan dengan kondisi seperti ini,” ujar Endang salah seorang warga berdiri di genangan air depan rumahnya.

 

SUDAH LANGGANAN

Kepala Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Langkat, Iwan Syahri mengaku, berdasarkan laporan yang diterima dari anggotanya di lapangan, ada sekitar 680 KK (Kepala Keluarga) di Kecamatan Padang Tualang yang terendam banjir, sedangkan di Kecamatan Batang Serangan, 1094 rumah.

“Untuk Kecamatan Sawit Seberang belum ada datanya saat ini yang sudah terpantau Padang Tualang sama Batang Serangan, dan Kecamatan Babalan. Kalau di Kecamatan Babalan ada 70 rumah ditambah 30 hektar lahan persawahan terendam banjir,” jelas mantan Kabag Humas Pemkab Langkat ini seraya mengaku anak buahnya masih di lapangan melakukan pendataan dan pemantauan situasi.

“Kalau banjir inikan boleh dikatakan rutin artinya kalau curah hujan meningkat di hulu maka daerah di bawahnya akan kebanjiran, jadi bisa dibilang memang sudah langgananlah,” timpal Syahri. Kenapa belum membuat posko di lokasi kebanjiran? “Karena hasil pantauan situasi masih kondusif, artinya belum perlu kita buat posko, atau tenda dan dapur umum,” ujar Syahri lagi.

“Pada prinsipnya kami selalu siap, kalau memang segera dibutuhkan perahu karet akan kita turunkan tapi sejauh ini pantauan kita itu belum diperlukan,” akunya.(dw/trg/bd)

Foto: Daewis/Metro Langkat/SMG Ribuan rumah dan sawah di 3 kecamatan di Langkat terendam banjir, Selasa (23/9).
Foto: Daewis/Metro Langkat/SMG
Ribuan rumah dan sawah di 3 kecamatan di Langkat terendam banjir, Selasa (23/9).

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Curah hujan yang tinggi belakangan ini, membuat ribuan rumah dan sawah di 3 kecamatan di Langkat terendam banjir, Selasa (23/9). Aktivitas galian C di sejumlah sungai turut memperparah meluapnya air sungai menuju pemukiman warga. Kecamatan yang mengalami banjir yakni Padang Tualang, Sawit Seberang dan Batang Serangan.

Data dihimpun dari Sekretaris Desa (Sekdes) Desa Tanjung Selamat, Pairin, untuk Dusun Tegal Rejo Desa Tebing, ada 200 rumah yang terendam banjir. Dusun Benteng Rejo Desa Suka Ramai ada 300 rumah, sedangkan di Dusun Pujidadi, Kecamatan Batang Serangan ada 320 rumah. Di Pondok VII, Desa Mekar Sawit 220 rumah. Air yang mengenangi pemukiman warga ini ketinggiannya antara 50-80 cm.

“Air mulai naik sejak pagi buta. Sampai sore ini tanda-tanda air akan surut juga belum terlihat, sebab hujan masih turun. Pagi-pagi kami sudah melakukan pengecekan ke dusun-dusun yang terkena banjir, ada camat, ada Kades dan pihak Polsek,” ujar Pairin, kemarin.

Saat ini, sambungnya, warga telah membuat posko darurat di atas benteng. Meski belum ada warga yang meninggalkan rumahnya untuk mengungsi, tapi warga telah mengemasi barang-barang berharga. Sedangkan barang-barang elektronik diamankan ketempat yang lebih tinggi.

“Belum ada posko atau dapur umum dibuat, sementara ini masih swadaya masyarakat aja,” lirih Pairin.

Pantauan di Kecamatan Batang Serangan, air terus merangkak naik dari sungai, ketingian airpun telah mencapai pinggang orang dewasa. Meski sudah menjadi langganan banjir setiap tahun, tapi warga mencemaskan kondisi itu. “Yang kita takutkan kesehatan terhadap anak-anak, kalau kita yang dewasa ini mungkin tahan. Tapi anak-anak sangat rentan dengan kondisi seperti ini,” ujar Endang salah seorang warga berdiri di genangan air depan rumahnya.

 

SUDAH LANGGANAN

Kepala Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Langkat, Iwan Syahri mengaku, berdasarkan laporan yang diterima dari anggotanya di lapangan, ada sekitar 680 KK (Kepala Keluarga) di Kecamatan Padang Tualang yang terendam banjir, sedangkan di Kecamatan Batang Serangan, 1094 rumah.

“Untuk Kecamatan Sawit Seberang belum ada datanya saat ini yang sudah terpantau Padang Tualang sama Batang Serangan, dan Kecamatan Babalan. Kalau di Kecamatan Babalan ada 70 rumah ditambah 30 hektar lahan persawahan terendam banjir,” jelas mantan Kabag Humas Pemkab Langkat ini seraya mengaku anak buahnya masih di lapangan melakukan pendataan dan pemantauan situasi.

“Kalau banjir inikan boleh dikatakan rutin artinya kalau curah hujan meningkat di hulu maka daerah di bawahnya akan kebanjiran, jadi bisa dibilang memang sudah langgananlah,” timpal Syahri. Kenapa belum membuat posko di lokasi kebanjiran? “Karena hasil pantauan situasi masih kondusif, artinya belum perlu kita buat posko, atau tenda dan dapur umum,” ujar Syahri lagi.

“Pada prinsipnya kami selalu siap, kalau memang segera dibutuhkan perahu karet akan kita turunkan tapi sejauh ini pantauan kita itu belum diperlukan,” akunya.(dw/trg/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/