29 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Menguji Efek Rotasi

Lionel Messi sebagai playmaker dalam laga Malaga vs Barcelona.
Lionel Messi sebagai playmaker dalam laga Malaga vs Barcelona.

MALAGA, SUMUTPOS.CO – Barcelona menjalani start yang mulus dengan menyapu bersih empat laga perdana Liga Primera musim ini tanpa kebobolan. Itu adalah pencapaian terbaik dalam sejarah mereka. Nah, lawatan ke gawang Malaga di Estadio La Rosaleda dini hari nanti berpotensi meneruskan tren positif Barca.

Salah satu kunci keperkasaan Barca itu adalah perombakan besar-besaran yang diusung sang entrenador Luis Enrique. Pelatih asal Spanyol non Catalan tersebut membuat banyak keputusan yang tidak populer.

Misalnya, menepikan cenetr back Gerard Pique yang selama lima musim terakhir mendapat jaminan posisi sebagai starter. Sebagai gantinya, Enrique, 44, memberi ruang lapang bagi Jeremy Mathieu, bek anyar yang didatangkan dari Valencia. Indikasinya, Mathieu bermain full 90 menit pada empat laga beruntun.

Padahal, Pique diplot sebagai ikon bek Barca setelah Carlos Puyol gantung sepatu. Keduanya memiliki kesamaan. Tangguh di belakang plus asli Catalan. Justru kekasih Shakira itu memiliki keunggulan yang tak dimiliki Puyol. Yakni, ketangguhan dalam duel udara.

Selain itu, Pique juga tidak memiliki problem soal atletisme. Usianya masih 27 tahun. Bandingkan dengan Mathieu yang sudah 30 tahun. Sama seperti Mascherano.

Justru rekan duet Mathieu yang berubah-ubah. Dia kadang dipasang bareng Mascherano. Di kesempatan lain, Mathieu berduet dengan Pique. Yang jelas, Enrique lebih percaya duet Mascherano-Mathieu untuk mengawal jantung pertahanan Barca. Dari empat laga tersebut, Pique hanya sekali sebagai starter.

Ditepikannya Pique sempat membuat media Spanyol memberi sorotan. Momennya adalah di laga kedua Barca melawan Athletic Bilbao (13/9). Untuk kali pertama Pique dibangkucadangkan saat kondisinya sedang fit. Tak pelak, keputusan mantan pelatih AS Roma dan Celta Vigo tersebut mulai dipertanyakan.

“Secara fisik saya baik-baik saja. Saya masih bisa bermain. Semua adalah keputusan pelatih untuk memasang Mathieu dibanding saya. Dia adalah pemain yang cepat dalam mengamankan serangan lawan dan dia beradaptasi dengan baik,” kata Pique seperti dikutip Marca.

Performa Pique sejatinya sudah mulai drop sejak musim lalu. Namun, entrenador Barca kala itu, Tata Martino, tetap memilihnya sebagai skuad utama. Aktivitas dia juga lebih banyak dihabiskan di luar lapangan hijau bersama Shakira dan Milan, putra pertama hasil hubungannya dengan diva Kolombia tersebut.

Selain keputusan di lini belakang, Enrique juga tidak segan-segan untuk merotasi para pemain. Bahkan, superstar sekelas Neymar juga menjadi korban. Pemain 22 tahun tersebut harus rela berbagi posisi dengan penyerang keturunan Maroko Munir El-Haddadi. Dalam laga melawan Malaga, peluang Munir untuk tampil lebih besar. Sebab, Enrique menyebut kondisi Neymar belum 100 persen fit.

Jangankan Neymar yang hanya berstatus anak baru, sang kapten Xavi Hernandez pun tak luput dari program rotasi Enrique. Dalam empat laga terakhir, dia tidak pernah menjadi starter. Posisi Xavi diisi oleh Ivan Rakitic yang direkrut dari Sevilla.

Gelandang asal Kroasia itu menawarkan kecepatan, daya jelajah, dan duel udara yang lebih baik dari Xavi. Golnya ke gawang Levante saat Barca memberangus mereka lima gol tanpa balas menjadi bukti. Rakitic lebih dari siap membawa tongkat estafet dari Xavi.

Jika dilihat dari line up empat laga awal Barca, hanya tiga pemain yang mendapat kepercayaan penuh bermain 90 menit. Mereka adalah fullback kiri Jordi Alba, Rakitic, dan Lionel Messi. Sisanya, selalu diganti meski tampil sebagai starter.

Bagaimana respons para pemain? Hingga kini belum ada yang menjadi pihak oposisi Enrique. Apalagi, pengurus klub juga mendukung penuh. Jordi Alba menganggap yang dilakukan pelatih anyarnya adalah bentuk upaya membuat klub lebih baik. “Saya akan mengalami salah satu masa terbaikku di dalam klub ini dengan keberadaan Enrique. Perubahan yang dia lakukan sangat bagus. Klub membutuhkannya,” kata Alba.

Enrique pun belum akan mengubah paradigmanya. “Saya selalu ingin pemain 100 persen fit dalam setiap laga. Rotasi adalah salah satu cara saya. Apapun yang terjadi, saya akan tetap berlaku seperti ini. Klub memilih saya sebagai pelatih karena apa yang selama ini telah saya lakukan. Mengapa saya harus berubah?” katanya seperti dikutip ESPN.

Sementara itu, Malaga bakal bertempur mati-matian demi menghambat laju Barcelona. “Ini akan menjadi laga yang berat. Tapi, kami harus siap dengan apapaun tantangan di depan. Kami berlaga di kandang, di depan fans kami. Sangat mustahil untuk mendominasi penguasaan bola, tapi kami akan mengejutkan Barcelona,” kata gelandang Malaga Duda kepada Football Espana. (aga/ca/jpnn)

Lionel Messi sebagai playmaker dalam laga Malaga vs Barcelona.
Lionel Messi sebagai playmaker dalam laga Malaga vs Barcelona.

MALAGA, SUMUTPOS.CO – Barcelona menjalani start yang mulus dengan menyapu bersih empat laga perdana Liga Primera musim ini tanpa kebobolan. Itu adalah pencapaian terbaik dalam sejarah mereka. Nah, lawatan ke gawang Malaga di Estadio La Rosaleda dini hari nanti berpotensi meneruskan tren positif Barca.

Salah satu kunci keperkasaan Barca itu adalah perombakan besar-besaran yang diusung sang entrenador Luis Enrique. Pelatih asal Spanyol non Catalan tersebut membuat banyak keputusan yang tidak populer.

Misalnya, menepikan cenetr back Gerard Pique yang selama lima musim terakhir mendapat jaminan posisi sebagai starter. Sebagai gantinya, Enrique, 44, memberi ruang lapang bagi Jeremy Mathieu, bek anyar yang didatangkan dari Valencia. Indikasinya, Mathieu bermain full 90 menit pada empat laga beruntun.

Padahal, Pique diplot sebagai ikon bek Barca setelah Carlos Puyol gantung sepatu. Keduanya memiliki kesamaan. Tangguh di belakang plus asli Catalan. Justru kekasih Shakira itu memiliki keunggulan yang tak dimiliki Puyol. Yakni, ketangguhan dalam duel udara.

Selain itu, Pique juga tidak memiliki problem soal atletisme. Usianya masih 27 tahun. Bandingkan dengan Mathieu yang sudah 30 tahun. Sama seperti Mascherano.

Justru rekan duet Mathieu yang berubah-ubah. Dia kadang dipasang bareng Mascherano. Di kesempatan lain, Mathieu berduet dengan Pique. Yang jelas, Enrique lebih percaya duet Mascherano-Mathieu untuk mengawal jantung pertahanan Barca. Dari empat laga tersebut, Pique hanya sekali sebagai starter.

Ditepikannya Pique sempat membuat media Spanyol memberi sorotan. Momennya adalah di laga kedua Barca melawan Athletic Bilbao (13/9). Untuk kali pertama Pique dibangkucadangkan saat kondisinya sedang fit. Tak pelak, keputusan mantan pelatih AS Roma dan Celta Vigo tersebut mulai dipertanyakan.

“Secara fisik saya baik-baik saja. Saya masih bisa bermain. Semua adalah keputusan pelatih untuk memasang Mathieu dibanding saya. Dia adalah pemain yang cepat dalam mengamankan serangan lawan dan dia beradaptasi dengan baik,” kata Pique seperti dikutip Marca.

Performa Pique sejatinya sudah mulai drop sejak musim lalu. Namun, entrenador Barca kala itu, Tata Martino, tetap memilihnya sebagai skuad utama. Aktivitas dia juga lebih banyak dihabiskan di luar lapangan hijau bersama Shakira dan Milan, putra pertama hasil hubungannya dengan diva Kolombia tersebut.

Selain keputusan di lini belakang, Enrique juga tidak segan-segan untuk merotasi para pemain. Bahkan, superstar sekelas Neymar juga menjadi korban. Pemain 22 tahun tersebut harus rela berbagi posisi dengan penyerang keturunan Maroko Munir El-Haddadi. Dalam laga melawan Malaga, peluang Munir untuk tampil lebih besar. Sebab, Enrique menyebut kondisi Neymar belum 100 persen fit.

Jangankan Neymar yang hanya berstatus anak baru, sang kapten Xavi Hernandez pun tak luput dari program rotasi Enrique. Dalam empat laga terakhir, dia tidak pernah menjadi starter. Posisi Xavi diisi oleh Ivan Rakitic yang direkrut dari Sevilla.

Gelandang asal Kroasia itu menawarkan kecepatan, daya jelajah, dan duel udara yang lebih baik dari Xavi. Golnya ke gawang Levante saat Barca memberangus mereka lima gol tanpa balas menjadi bukti. Rakitic lebih dari siap membawa tongkat estafet dari Xavi.

Jika dilihat dari line up empat laga awal Barca, hanya tiga pemain yang mendapat kepercayaan penuh bermain 90 menit. Mereka adalah fullback kiri Jordi Alba, Rakitic, dan Lionel Messi. Sisanya, selalu diganti meski tampil sebagai starter.

Bagaimana respons para pemain? Hingga kini belum ada yang menjadi pihak oposisi Enrique. Apalagi, pengurus klub juga mendukung penuh. Jordi Alba menganggap yang dilakukan pelatih anyarnya adalah bentuk upaya membuat klub lebih baik. “Saya akan mengalami salah satu masa terbaikku di dalam klub ini dengan keberadaan Enrique. Perubahan yang dia lakukan sangat bagus. Klub membutuhkannya,” kata Alba.

Enrique pun belum akan mengubah paradigmanya. “Saya selalu ingin pemain 100 persen fit dalam setiap laga. Rotasi adalah salah satu cara saya. Apapun yang terjadi, saya akan tetap berlaku seperti ini. Klub memilih saya sebagai pelatih karena apa yang selama ini telah saya lakukan. Mengapa saya harus berubah?” katanya seperti dikutip ESPN.

Sementara itu, Malaga bakal bertempur mati-matian demi menghambat laju Barcelona. “Ini akan menjadi laga yang berat. Tapi, kami harus siap dengan apapaun tantangan di depan. Kami berlaga di kandang, di depan fans kami. Sangat mustahil untuk mendominasi penguasaan bola, tapi kami akan mengejutkan Barcelona,” kata gelandang Malaga Duda kepada Football Espana. (aga/ca/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/