25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Dua Minggu Sebaiknya Jangan Kerja, Jadi Ayam-ayamku?

Tapi akhirnya ia tertawa lebar setelah sukses dioperasi. Ternyata cuma sebentar. “Suntiknya juga nggak sakit,” katanya sambil ngakak.

Tapi ngakaknya berhenti, usai mendengar pengarahan dari staf A New Vision tentang petunjuk perawatan pascaoperasi. Salahsatunya, pada dua minggu pertama pascaoperasi, mata pasien harus tetap ditutup dop (penutup mata terbuat dari bahan fiber plastik) agar tidak kena debu dan asap. Dop hanya dibuka saat meneteskan obat mata dan saat dop dicuci agar tetap steril. Untuk itu, pasien diharapkan jangan bekerja dulu.

“Laa.. jadi ayam-ayamku?” desahnya bingung. Ia bercerita, ayamnya ada sekitar 50 ekor di ladang. Dan dirinyalah yang selalu merawat dan memberi makan.

Ayam-ayamnya suka mengepakkan sayap untuk mengibaskan debu. Tentu debunya rawan masuk ke mata yang baru operasi. Tapi siapa yang akan memberi makan ayamnya nanti?
Dan ia pun galau: “Jadi ayam-ayamku????”

Foto: Dame/sumutpos.co Dari kiri ke kanan: Moh Suheri, Ahmad Sofyan, dan Aryati usai operasi katarak gratis 'Buka Mata Lihat Indahnya Dunia' yang digelar Tambang Emas Martabe, di RS Tentara Pematangsiantar, Kamis (21/1/2016).
Foto: Dame/sumutpos.co
Dari kiri ke kanan: Moh Suheri, Ahmad Sofyan, dan Aryati usai operasi katarak gratis ‘Buka Mata Lihat Indahnya Dunia’ yang digelar Tambang Emas Martabe, di RS Tentara Pematangsiantar, Kamis (21/1/2016).

Salahseorang pasien lainnya yang mengaku seperti mendapat durian runtuh adalah Ahmad Sofyan. Pensiunan staf kebun berusia 63 tahun ini mendapat informasi mengenai operasi katarak gratis secara kebetulan.

Mobil anaknya disewa warga kampungnya di Ujungpadang Simalungun, dengan tujuan ke RS Tentara Pematangsiantar. Tanya punya tanya, rupanya si penyewa hendak menjalani operasi katarak gratis. Siapa saja boleh mendaftar.

Ingat bapaknya kena katarak, si anak pun menelepon ayahnya: mau ikut?
“Mau kali pun,” jawab si bapak. Dan jadilah ia operasi.

Pensiunan kebon ini sudah lama berniat ikut operasi. Tapi kata dokter kataraknya masih tipis. Belum bisa operasi meski penglihatannya sudah kabus (seperti berkabut, red). Ia bisa melihat bayangan orang tapi sudah susah mengenal.

“Senang akhirnya selesai operasi. Sempat waswas, takut sakit saat mata dikupas. Ternyata nggak terasa apa-apa,” katanya bersyukur.

Pasien lain yang sibuk bertanya ke pasien lainnya adalah Sugeng. Pria 46 tahun warga Tolanpekan Sp Tanjungbatu, Labusel ini takut operasi kataraknya nggak berhasil, karena saat penutup matanya dibuka, penglihatannya tak langsung terang.

“Laa.. kawan di sebelah yang saya tanya, katanya langsung terang, gimana saya ini?” katanya sedikit panik.

Ia mengaku sudah tiga tahun menderita katarak. Pandangannya kabus kayak berembun. Karena nggak tahan melihat cahaya terang, ia selalu pakai rayben. “Kalau malam hari naik sepeda motor trus kena cahaya motor dari depan, pandangan langsung gelap,” kata pemilik toko pernak-pernik ponsel ini.

Ia baru tenang dan lega setelah mendapat penjelasan, bahwa kondisi tiap orang berbeda-beda. Yang tubuhnya sehat, penyembuhan relatif cepat. Yang menderita diabetes, sedikit lebih lama.

“Tapi umumnya tiga hari sudah baik. Sabar ya,” kata staf A New Vision.

Sugeng pun mengangguk. “Saya memang menderita diabetes,” akunya.

Lantas, ia memberi saran pada Selmina yang duduk di sebelahnya, agar pakai plastik saat ke ladang merawat ayam. “Tutupi kepala dengan plastik, baru kasih ayamnya makan. Atau pakai helm,” katanya serius.

Selmina tertawa ngakak sambil menjawab: “Boleh juga dicoba…!” (*)

Tapi akhirnya ia tertawa lebar setelah sukses dioperasi. Ternyata cuma sebentar. “Suntiknya juga nggak sakit,” katanya sambil ngakak.

Tapi ngakaknya berhenti, usai mendengar pengarahan dari staf A New Vision tentang petunjuk perawatan pascaoperasi. Salahsatunya, pada dua minggu pertama pascaoperasi, mata pasien harus tetap ditutup dop (penutup mata terbuat dari bahan fiber plastik) agar tidak kena debu dan asap. Dop hanya dibuka saat meneteskan obat mata dan saat dop dicuci agar tetap steril. Untuk itu, pasien diharapkan jangan bekerja dulu.

“Laa.. jadi ayam-ayamku?” desahnya bingung. Ia bercerita, ayamnya ada sekitar 50 ekor di ladang. Dan dirinyalah yang selalu merawat dan memberi makan.

Ayam-ayamnya suka mengepakkan sayap untuk mengibaskan debu. Tentu debunya rawan masuk ke mata yang baru operasi. Tapi siapa yang akan memberi makan ayamnya nanti?
Dan ia pun galau: “Jadi ayam-ayamku????”

Foto: Dame/sumutpos.co Dari kiri ke kanan: Moh Suheri, Ahmad Sofyan, dan Aryati usai operasi katarak gratis 'Buka Mata Lihat Indahnya Dunia' yang digelar Tambang Emas Martabe, di RS Tentara Pematangsiantar, Kamis (21/1/2016).
Foto: Dame/sumutpos.co
Dari kiri ke kanan: Moh Suheri, Ahmad Sofyan, dan Aryati usai operasi katarak gratis ‘Buka Mata Lihat Indahnya Dunia’ yang digelar Tambang Emas Martabe, di RS Tentara Pematangsiantar, Kamis (21/1/2016).

Salahseorang pasien lainnya yang mengaku seperti mendapat durian runtuh adalah Ahmad Sofyan. Pensiunan staf kebun berusia 63 tahun ini mendapat informasi mengenai operasi katarak gratis secara kebetulan.

Mobil anaknya disewa warga kampungnya di Ujungpadang Simalungun, dengan tujuan ke RS Tentara Pematangsiantar. Tanya punya tanya, rupanya si penyewa hendak menjalani operasi katarak gratis. Siapa saja boleh mendaftar.

Ingat bapaknya kena katarak, si anak pun menelepon ayahnya: mau ikut?
“Mau kali pun,” jawab si bapak. Dan jadilah ia operasi.

Pensiunan kebon ini sudah lama berniat ikut operasi. Tapi kata dokter kataraknya masih tipis. Belum bisa operasi meski penglihatannya sudah kabus (seperti berkabut, red). Ia bisa melihat bayangan orang tapi sudah susah mengenal.

“Senang akhirnya selesai operasi. Sempat waswas, takut sakit saat mata dikupas. Ternyata nggak terasa apa-apa,” katanya bersyukur.

Pasien lain yang sibuk bertanya ke pasien lainnya adalah Sugeng. Pria 46 tahun warga Tolanpekan Sp Tanjungbatu, Labusel ini takut operasi kataraknya nggak berhasil, karena saat penutup matanya dibuka, penglihatannya tak langsung terang.

“Laa.. kawan di sebelah yang saya tanya, katanya langsung terang, gimana saya ini?” katanya sedikit panik.

Ia mengaku sudah tiga tahun menderita katarak. Pandangannya kabus kayak berembun. Karena nggak tahan melihat cahaya terang, ia selalu pakai rayben. “Kalau malam hari naik sepeda motor trus kena cahaya motor dari depan, pandangan langsung gelap,” kata pemilik toko pernak-pernik ponsel ini.

Ia baru tenang dan lega setelah mendapat penjelasan, bahwa kondisi tiap orang berbeda-beda. Yang tubuhnya sehat, penyembuhan relatif cepat. Yang menderita diabetes, sedikit lebih lama.

“Tapi umumnya tiga hari sudah baik. Sabar ya,” kata staf A New Vision.

Sugeng pun mengangguk. “Saya memang menderita diabetes,” akunya.

Lantas, ia memberi saran pada Selmina yang duduk di sebelahnya, agar pakai plastik saat ke ladang merawat ayam. “Tutupi kepala dengan plastik, baru kasih ayamnya makan. Atau pakai helm,” katanya serius.

Selmina tertawa ngakak sambil menjawab: “Boleh juga dicoba…!” (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/