25 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Olah Sampah Jadi Bahan Bakar Minyak di Binjai

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Bagi sebagian orang, plastik bekas kantungan dijadikan sampah yang tidak berguna. Namun tidak di mata Immanuel Saputra Purba (27). Sampah plastik menjadi disulapnya menjadi energi bahan bakar minyak (BBM).

Teddy Akbari, Binjai

Sumut Pos berkesempatan datang melihat bagaimana Immanuel dan timnya mengolah sampah plastik menjadi energi atau BBM. Menempuh jarak 8,3 km dari Balai Kota Binjai, Sumut Pos akhirnya tiba di sebuah rumah yang di belakangnya terdapat mesin pengolahan sampah plastik menjadi energi minyak.

Namanya mesin Pirolisis Gen 5 yang mampu mengolah limbah plastik menjadi ramah lingkungan. Semua jenis plastik dapat menjadi bahan baku untuk diolah menjadi BBM.

Kecuali, limbah plastik jenis mika. Immanuel dan timnya meracik mesin ini sudah setahun belakangan dengan biaya sekitar Rp100 jutaan.

Awal mulanya mereka mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak jenis bensin dan solar di Batang Kuis, Deliserdang, sekira tahun 2022. Namun karena mengolah limbah plastik agak masuk ke pemukiman padat penduduk, mereka pindah ke Binjai di tahun 2023.

“Di Binjai baru sebulan ini,” ujar Immanuel.

Di tempat yang baru saat ini, lokasinya jauh dari pemukiman penduduk. Tepatnya di sekitaran lahan PTPN II, Lingkungan V, Kelurahan Bhakti Karya, Binjai Selatan.

Mesin Pirolisis Gen 5 mampu menampung bahan baku plastik seberat 50 kilogram. Pada sebuah tabung berbahan plat berwarna hitam yang di dalamnya dikelilingi batubata, bahan baku plastik ini dimasukkan ke dalamnya.

“Sebelum dimasukkan, plastik-plastik yang menjadi bahan baku ini dicuci terlebih dahulu. Setelah bersih, baru dimasukkan ke dalam tabung ini untuk diolah menjadi bahan bakar minyak. Hasil dari bahan bakar minyak bensin dan solar, tersaring sendiri secara otomatis,” ujar Immanuel.

Alasan plastik harus bersih agar hasil olahan dapat menghasilkan cairan yang bagus. Pada bawah tabung terdapat pengapian dengan menggunakan kayu.

Ketika mesin sudah panas hingga 100 derajat celcius, bahan baku plastik dimasukkan ke dalam tabungnya seraya mempertahankan suhu tetap stabil dan bila perlu cenderung naik. “Proses pengolahan limbah plastik berjalan selama 8 sampai 12 jam untuk menghasilkan setara bahan baku 1:1, 1 kilogram sampah jadi setara 1 liter bahan baku yang setara bensin ataupun solar,” ujar pria berkacamata ini.

Setelah 12 jam sampah plastik diolah, keluar cairan yang menjadikan bahan bakar. Namun, cairan tersebut tidak dapat langsung digunakan.

Immanuel menyebut, cairan tersebut harus dilakukan treatment. Caranya, 25 liter cairan BBM yang dihasilkan dari pengolahan sampah plastik ini, dicampur dengan 100 mililiter aditif cair dan aduk di mesin treatment selama 15 menit serta dilanjutkan proses oksidasi selama 15 menit. Selama treatment ini, juga perlu didiamkan selama 6 sampai dengan 12 jam.

Kemudian proses pengendapan ini akan menjadi sempurna ketika endapan sudah mengeras. Lalu dilanjutkan dengan menuangkan cairan yang sudah diproses aditif ke wadah yang bersih dan masukkan katalis serbuk 100 gram serta aduk selama 15 menit.

Kemudian diamkan selama 6 sampai 12 jam. Usai serangkaian proses ini dilakukan, cairan BBM kemudian disaring dan akhirnya telah dinyatakan siap untuk digunakan.

“Kalau yang solar itu sudah setara diesel, dexlite yang pemanfaatan dapat digunakan untuk alat yang menggunakan bahan bakar solar. Seperti peralatan pertanian, seperti traktor atau meisn penggerak yang menggunakan solar,” ujarnya.

“Kemudian untuk setara bensin, kita gunakan untuk operasional kita seperti penjemputan sampah. Kalau yang bensin, kadar oktannya setara dengan pertalite,” sambung Immanuel.

Sejauh ini, hasil olahan BBM dari sampah plastik ini sudah dirasakan masyarakat. Kepada pembeli yang membeli BBM jenis bensin, dijual seharga Rp10 ribu per liternya.

Sementara BBM jenis solar, dijual seharga Rp8 ribu hingga Rp9 ribu. “Langkah yang kami lakukan juga untuk membantu petani dan UMKM,” ujarnya.

Dia berharap, masyarakat atau dinas yang ada di Binjai maupun Sumut khususnya Dinas Lingkungan Hidup atau Dinas Kebersihan, dapat berkolaborasi dengan mereka dalam hal menyediakan bahan baku plastik untuk diolah menjadi BBM. “Karena dengan ini, dapat menjadi penanganan sampah plastik yang sudah bisa menjadi win win solution melalui teknologi Pirolisis Gen 5,” tambahnya.

Ide ini muncul, kata dia, berawal dari sang ayah yang menunjukkan peluang usaha dengan dampak ramah lingkungan. “Kami juga melakukan studi banding ke Banjarnegara tahun 2021 lalu. Untuk pengolahannya, sudah standar migas,” kata dia.

Immanuel menambahkan, keberadaan mesin Pirolisis Gen 5 hadir dalam upaya untuk penanggulangan sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif. Ini, sambung dia, pengembangannya dilakukan secara swadaya bersama dengan PT Global Tele Nusantara yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan pertanian serta koperasi masyarakat. (*)

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Bagi sebagian orang, plastik bekas kantungan dijadikan sampah yang tidak berguna. Namun tidak di mata Immanuel Saputra Purba (27). Sampah plastik menjadi disulapnya menjadi energi bahan bakar minyak (BBM).

Teddy Akbari, Binjai

Sumut Pos berkesempatan datang melihat bagaimana Immanuel dan timnya mengolah sampah plastik menjadi energi atau BBM. Menempuh jarak 8,3 km dari Balai Kota Binjai, Sumut Pos akhirnya tiba di sebuah rumah yang di belakangnya terdapat mesin pengolahan sampah plastik menjadi energi minyak.

Namanya mesin Pirolisis Gen 5 yang mampu mengolah limbah plastik menjadi ramah lingkungan. Semua jenis plastik dapat menjadi bahan baku untuk diolah menjadi BBM.

Kecuali, limbah plastik jenis mika. Immanuel dan timnya meracik mesin ini sudah setahun belakangan dengan biaya sekitar Rp100 jutaan.

Awal mulanya mereka mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak jenis bensin dan solar di Batang Kuis, Deliserdang, sekira tahun 2022. Namun karena mengolah limbah plastik agak masuk ke pemukiman padat penduduk, mereka pindah ke Binjai di tahun 2023.

“Di Binjai baru sebulan ini,” ujar Immanuel.

Di tempat yang baru saat ini, lokasinya jauh dari pemukiman penduduk. Tepatnya di sekitaran lahan PTPN II, Lingkungan V, Kelurahan Bhakti Karya, Binjai Selatan.

Mesin Pirolisis Gen 5 mampu menampung bahan baku plastik seberat 50 kilogram. Pada sebuah tabung berbahan plat berwarna hitam yang di dalamnya dikelilingi batubata, bahan baku plastik ini dimasukkan ke dalamnya.

“Sebelum dimasukkan, plastik-plastik yang menjadi bahan baku ini dicuci terlebih dahulu. Setelah bersih, baru dimasukkan ke dalam tabung ini untuk diolah menjadi bahan bakar minyak. Hasil dari bahan bakar minyak bensin dan solar, tersaring sendiri secara otomatis,” ujar Immanuel.

Alasan plastik harus bersih agar hasil olahan dapat menghasilkan cairan yang bagus. Pada bawah tabung terdapat pengapian dengan menggunakan kayu.

Ketika mesin sudah panas hingga 100 derajat celcius, bahan baku plastik dimasukkan ke dalam tabungnya seraya mempertahankan suhu tetap stabil dan bila perlu cenderung naik. “Proses pengolahan limbah plastik berjalan selama 8 sampai 12 jam untuk menghasilkan setara bahan baku 1:1, 1 kilogram sampah jadi setara 1 liter bahan baku yang setara bensin ataupun solar,” ujar pria berkacamata ini.

Setelah 12 jam sampah plastik diolah, keluar cairan yang menjadikan bahan bakar. Namun, cairan tersebut tidak dapat langsung digunakan.

Immanuel menyebut, cairan tersebut harus dilakukan treatment. Caranya, 25 liter cairan BBM yang dihasilkan dari pengolahan sampah plastik ini, dicampur dengan 100 mililiter aditif cair dan aduk di mesin treatment selama 15 menit serta dilanjutkan proses oksidasi selama 15 menit. Selama treatment ini, juga perlu didiamkan selama 6 sampai dengan 12 jam.

Kemudian proses pengendapan ini akan menjadi sempurna ketika endapan sudah mengeras. Lalu dilanjutkan dengan menuangkan cairan yang sudah diproses aditif ke wadah yang bersih dan masukkan katalis serbuk 100 gram serta aduk selama 15 menit.

Kemudian diamkan selama 6 sampai 12 jam. Usai serangkaian proses ini dilakukan, cairan BBM kemudian disaring dan akhirnya telah dinyatakan siap untuk digunakan.

“Kalau yang solar itu sudah setara diesel, dexlite yang pemanfaatan dapat digunakan untuk alat yang menggunakan bahan bakar solar. Seperti peralatan pertanian, seperti traktor atau meisn penggerak yang menggunakan solar,” ujarnya.

“Kemudian untuk setara bensin, kita gunakan untuk operasional kita seperti penjemputan sampah. Kalau yang bensin, kadar oktannya setara dengan pertalite,” sambung Immanuel.

Sejauh ini, hasil olahan BBM dari sampah plastik ini sudah dirasakan masyarakat. Kepada pembeli yang membeli BBM jenis bensin, dijual seharga Rp10 ribu per liternya.

Sementara BBM jenis solar, dijual seharga Rp8 ribu hingga Rp9 ribu. “Langkah yang kami lakukan juga untuk membantu petani dan UMKM,” ujarnya.

Dia berharap, masyarakat atau dinas yang ada di Binjai maupun Sumut khususnya Dinas Lingkungan Hidup atau Dinas Kebersihan, dapat berkolaborasi dengan mereka dalam hal menyediakan bahan baku plastik untuk diolah menjadi BBM. “Karena dengan ini, dapat menjadi penanganan sampah plastik yang sudah bisa menjadi win win solution melalui teknologi Pirolisis Gen 5,” tambahnya.

Ide ini muncul, kata dia, berawal dari sang ayah yang menunjukkan peluang usaha dengan dampak ramah lingkungan. “Kami juga melakukan studi banding ke Banjarnegara tahun 2021 lalu. Untuk pengolahannya, sudah standar migas,” kata dia.

Immanuel menambahkan, keberadaan mesin Pirolisis Gen 5 hadir dalam upaya untuk penanggulangan sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif. Ini, sambung dia, pengembangannya dilakukan secara swadaya bersama dengan PT Global Tele Nusantara yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan pertanian serta koperasi masyarakat. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/