25.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Bos PT SGSR Cueki Usulan Bus Sekolah

Foto: New Tapanuli/JPNN Truk terguling di Tapteng menewaskan 17 pelajar, Kamis (28/5/2015).
Foto: New Tapanuli/JPNN
Truk terguling di Tapteng menewaskan 17 pelajar, Kamis (28/5/2015).

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Tragedi truk pengangkut pelajar di Kecamatan Manduamas, Tapanuli Tengah (Tapteng), menimbulkan banyak tanya. Kenapa tak ada bus sekolah? Ternyata, usulan soal bus sekolah telah disampaikan ke manajemen PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) di Medan. Namun, bos perusahaan itu tak peduli hingga tetap mengandalkan truk sebagai alat transportasi anak pegawai ke sekolah.

Usulan bus sekolah itu sudah disampaikan oleh Pengurus SPSI daerah setempat, pihak komite sekolah, dan para orangtua pelajar. Jhon Piter Siahaan (56), Ketua Komite SMA Negeri 1 Manduamas mengatakan Pengurus SPSI sekitar tahun 2000 pernah mengajukan permintaan unit mobil yang layak, namun tidak ada realisasinya. Begitu juga permintaan orangtua pelajar pun tidak diindahkan. Kembali permintaan yang sama diajukannya di tahun 2014.

“Saya atas nama Komite Sekolah, setahun yang lalu pernah juga mengajukan permintaan unit mobil sekolah yang layak dan pantas. Tapi permintaan itu belum juga dikabulkan pihak perusahaan,” ujar Jhon Piter kepada New Tapanuli (grup Sumut Pos), Jumat (29/5).

Jhon berharap dengan adanya armada yang layak, kejadian yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. “Mobilnya sudah usang, sering rusak, porsenelingnya pun sering macat. Fasilitas tempat duduk pun tidak ada disediakan, sehingga pelajar harus berdiri dan harus berhimpit-himpitan. Apalagi kondisi jalan menuju ke sekolah rusak parah dan penuh dengan batu-batu besar yang menonjol di badan jalan,” lanjutnya.

Humas PT SGSR Luga Naibaho membenarkan permintaan unit mobil sekolah. “Terkendalanya realisasi permintaan mobil sekolah berasal dari pihak pimpinan yang ada di Medan. Karena keputusan diberikan atau tidaknya mobil haruslah dari mereka. Jadi yang mengganjal perealisasian mobil sekolah yang dimintakan adalah dari pihak pimpinan di Medan. Kalau dari pihak kita di sini sudah mengajukan permohonan ke pimpinan yang ada di Medan,” ujarnya.

Perihal tanggungjawab perusahaan terhadap keluarga korban, perusahaan akan menanggung biaya pemakaman seluruhnya, baik angkutan, dan juga biaya penguburan. “Kita akan tanggung segala biaya yang berkaitan dengan pemakaman. Ungkapan duka cita telah dikirimkan pihak perusahaan kepada keluarga korban. Selanjutnya setelah selesai acara pemakaman akan kita berikan santunan kepada keluarga korban,” jelasnya.

Foto: New Tapanuli/JPNN Truk terguling di Tapteng menewaskan 17 pelajar, Kamis (28/5/2015).
Foto: New Tapanuli/JPNN
Truk terguling di Tapteng menewaskan 17 pelajar, Kamis (28/5/2015).

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Tragedi truk pengangkut pelajar di Kecamatan Manduamas, Tapanuli Tengah (Tapteng), menimbulkan banyak tanya. Kenapa tak ada bus sekolah? Ternyata, usulan soal bus sekolah telah disampaikan ke manajemen PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) di Medan. Namun, bos perusahaan itu tak peduli hingga tetap mengandalkan truk sebagai alat transportasi anak pegawai ke sekolah.

Usulan bus sekolah itu sudah disampaikan oleh Pengurus SPSI daerah setempat, pihak komite sekolah, dan para orangtua pelajar. Jhon Piter Siahaan (56), Ketua Komite SMA Negeri 1 Manduamas mengatakan Pengurus SPSI sekitar tahun 2000 pernah mengajukan permintaan unit mobil yang layak, namun tidak ada realisasinya. Begitu juga permintaan orangtua pelajar pun tidak diindahkan. Kembali permintaan yang sama diajukannya di tahun 2014.

“Saya atas nama Komite Sekolah, setahun yang lalu pernah juga mengajukan permintaan unit mobil sekolah yang layak dan pantas. Tapi permintaan itu belum juga dikabulkan pihak perusahaan,” ujar Jhon Piter kepada New Tapanuli (grup Sumut Pos), Jumat (29/5).

Jhon berharap dengan adanya armada yang layak, kejadian yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. “Mobilnya sudah usang, sering rusak, porsenelingnya pun sering macat. Fasilitas tempat duduk pun tidak ada disediakan, sehingga pelajar harus berdiri dan harus berhimpit-himpitan. Apalagi kondisi jalan menuju ke sekolah rusak parah dan penuh dengan batu-batu besar yang menonjol di badan jalan,” lanjutnya.

Humas PT SGSR Luga Naibaho membenarkan permintaan unit mobil sekolah. “Terkendalanya realisasi permintaan mobil sekolah berasal dari pihak pimpinan yang ada di Medan. Karena keputusan diberikan atau tidaknya mobil haruslah dari mereka. Jadi yang mengganjal perealisasian mobil sekolah yang dimintakan adalah dari pihak pimpinan di Medan. Kalau dari pihak kita di sini sudah mengajukan permohonan ke pimpinan yang ada di Medan,” ujarnya.

Perihal tanggungjawab perusahaan terhadap keluarga korban, perusahaan akan menanggung biaya pemakaman seluruhnya, baik angkutan, dan juga biaya penguburan. “Kita akan tanggung segala biaya yang berkaitan dengan pemakaman. Ungkapan duka cita telah dikirimkan pihak perusahaan kepada keluarga korban. Selanjutnya setelah selesai acara pemakaman akan kita berikan santunan kepada keluarga korban,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/