32.8 C
Medan
Tuesday, April 30, 2024

2018, Asian Agri Targetkan 100 Ribu Hektare Lahan Mitra Petani

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Dirut PT Inti Indosawit Subur, Ir Supriadi (kiri), dan Ketua PWI Sumut, Hermansyah (dua kiri) menyaksikan Head Kemitraan Asian Agri, Pangarepan Gurusinga (tiga kiri), memberi cinderamata pada petani binaan Asian Agri, usai sharing moment bersama petani yang dipandu Humas Asian Agri, Lidia Veronika (kanan), dalam acara buka puasa bersama dengan insan pers, Jumat (2/6/2017), di Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejak 2012, Asian Agri telah meluncurkan kemitraan dengan petani swadaya. Hingga akhir 2016, kemitraan Asian Agri dengan petani swadaya mencapai 24.500 hektare, yang tersebar di Sumatera Utara, Riau, dan Jambi.

“Tahun 2017 ini, berbekal pengalaman program kemitraan plasma yang telah berlangsung sejak 1987, Asian Agri berusaha menduplikasi pola kemitraan yang sama dengan mitra petani swadaya kami. Secara resmi, kami menargetkan program ‘One to One’, sehingga pada tahun 2018 mendatang, luas hektaran lahan kemitraan petani Asian Agri akan berjumlah 100 ribu hektare, dengan fokus perluasan di wilayah Sumatera Utara. Dalam pencapaian target itu, Asian Agri tetap mengelola kebun inti seluas 100 ribu hektare,” kata Dirut PT Inti Indosawit Subur (anak perusahaan Asian Agri), Ir Supriadi, dalam acara buka puasa bertemakan “Keakraban & Kemitraan”, bersama dengan insan pers, Jumat (2/6/2017), di Medan.

Di semester pertama tahun 2017, lanjutnya, Asian Agri melalui Asosiasi Petani Swadaya Amanah di Ukui Riau, telah berhasil memperoleh sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Asosiasi Petani Swadaya Amanah yang beranggotakan 500 petani kelapa sawit itu, menjadi petani swadaya pertama yang meraih sertifikat ISPO di Indonesia. “Prestasi ini merupakan hasil pendampingan yang diselenggarakan oleh berbagai pemangku kepentingan dalam industri sawit, antara lain Kementan RI, UNDP, dan Asian Agri,” ungkapnya.

Saat kesempatan sharing moment bersama petani binaan yang dipandu Humas Asian Agri, Lidia Veronika, Head Kemitraan Asian Agri, Pangarepan Gurusinga, mengungkapkan bahwa Asian Agri terus bertumbuh bersama petani. Pembinaan awal dilakukan di Riau dan Jambi, dan hingga saat ini, kata dia, kemitraan telah mencapai 60 ribu kelompok petani plasma Asian Agri (KKPA).

“Jika petani swadaya berusaha secara individu, usahanya lebih sulit bertumbuh. Jika bermitra dengan perusahaan, petani swadaya terbukti lebih makmur, karena mereka dibimbing mengenai cara mendapat bibit terbaik, teknis perawatan sawit, mendapat bantuan pupuk, biaya replanting, dan dukungan memperoleh sertifikasi,” katanya.

Syarif, petani swadaya di Siak Riau, mengungkapkan dirinya telah merasakan banyak manfaat sejak bermitra dengan Asian Agri tahun 1988 lalu. “Pemasaran jelas, harga kompeten. Penghidupan petani lebih aman. Karena itu, saya mendorong petani sawit agar bergabung dengan perusahaan yang mau membina. Saya sendiri berharap kelompok kami terus melanjutkan kemitraan ini,” katanya.

Bantuan yang diperoleh kelompoknya sejak bermitra dengan Asian Agri, antara lain mendapat biaya replanting dari pemerintah sebesar Rp25 juta per hektare, dari total biaya yang dibutuhkan Rp51 juta per hektare. “Sifatnya hibah. Jadi petani terbantu setengah biaya,” cetusnya.

Antonius Tulus, Ketua KUD Bina Usaha Baru Pelalawan, yang juga petani plasma Asian Agri menjelaskan, hidup petani semakin membaik sejak KUD petani yang dipimpinnya bermitra dengan Asian Agri. “Anggota KUD lebih makmur dan sejahtera. Kami diajari tatacara memanen buah sawit, mendapat premium sharing. Padahal dulunya kami sangat awam soal sawit. Rencana ke depan, KUD kami akan melakukan replanting sawit seluas 616 hektare,” ucapnya.

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Dirut PT Inti Indosawit Subur, Ir Supriadi (kiri), dan Ketua PWI Sumut, Hermansyah (dua kiri) menyaksikan Head Kemitraan Asian Agri, Pangarepan Gurusinga (tiga kiri), memberi cinderamata pada petani binaan Asian Agri, usai sharing moment bersama petani yang dipandu Humas Asian Agri, Lidia Veronika (kanan), dalam acara buka puasa bersama dengan insan pers, Jumat (2/6/2017), di Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejak 2012, Asian Agri telah meluncurkan kemitraan dengan petani swadaya. Hingga akhir 2016, kemitraan Asian Agri dengan petani swadaya mencapai 24.500 hektare, yang tersebar di Sumatera Utara, Riau, dan Jambi.

“Tahun 2017 ini, berbekal pengalaman program kemitraan plasma yang telah berlangsung sejak 1987, Asian Agri berusaha menduplikasi pola kemitraan yang sama dengan mitra petani swadaya kami. Secara resmi, kami menargetkan program ‘One to One’, sehingga pada tahun 2018 mendatang, luas hektaran lahan kemitraan petani Asian Agri akan berjumlah 100 ribu hektare, dengan fokus perluasan di wilayah Sumatera Utara. Dalam pencapaian target itu, Asian Agri tetap mengelola kebun inti seluas 100 ribu hektare,” kata Dirut PT Inti Indosawit Subur (anak perusahaan Asian Agri), Ir Supriadi, dalam acara buka puasa bertemakan “Keakraban & Kemitraan”, bersama dengan insan pers, Jumat (2/6/2017), di Medan.

Di semester pertama tahun 2017, lanjutnya, Asian Agri melalui Asosiasi Petani Swadaya Amanah di Ukui Riau, telah berhasil memperoleh sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Asosiasi Petani Swadaya Amanah yang beranggotakan 500 petani kelapa sawit itu, menjadi petani swadaya pertama yang meraih sertifikat ISPO di Indonesia. “Prestasi ini merupakan hasil pendampingan yang diselenggarakan oleh berbagai pemangku kepentingan dalam industri sawit, antara lain Kementan RI, UNDP, dan Asian Agri,” ungkapnya.

Saat kesempatan sharing moment bersama petani binaan yang dipandu Humas Asian Agri, Lidia Veronika, Head Kemitraan Asian Agri, Pangarepan Gurusinga, mengungkapkan bahwa Asian Agri terus bertumbuh bersama petani. Pembinaan awal dilakukan di Riau dan Jambi, dan hingga saat ini, kata dia, kemitraan telah mencapai 60 ribu kelompok petani plasma Asian Agri (KKPA).

“Jika petani swadaya berusaha secara individu, usahanya lebih sulit bertumbuh. Jika bermitra dengan perusahaan, petani swadaya terbukti lebih makmur, karena mereka dibimbing mengenai cara mendapat bibit terbaik, teknis perawatan sawit, mendapat bantuan pupuk, biaya replanting, dan dukungan memperoleh sertifikasi,” katanya.

Syarif, petani swadaya di Siak Riau, mengungkapkan dirinya telah merasakan banyak manfaat sejak bermitra dengan Asian Agri tahun 1988 lalu. “Pemasaran jelas, harga kompeten. Penghidupan petani lebih aman. Karena itu, saya mendorong petani sawit agar bergabung dengan perusahaan yang mau membina. Saya sendiri berharap kelompok kami terus melanjutkan kemitraan ini,” katanya.

Bantuan yang diperoleh kelompoknya sejak bermitra dengan Asian Agri, antara lain mendapat biaya replanting dari pemerintah sebesar Rp25 juta per hektare, dari total biaya yang dibutuhkan Rp51 juta per hektare. “Sifatnya hibah. Jadi petani terbantu setengah biaya,” cetusnya.

Antonius Tulus, Ketua KUD Bina Usaha Baru Pelalawan, yang juga petani plasma Asian Agri menjelaskan, hidup petani semakin membaik sejak KUD petani yang dipimpinnya bermitra dengan Asian Agri. “Anggota KUD lebih makmur dan sejahtera. Kami diajari tatacara memanen buah sawit, mendapat premium sharing. Padahal dulunya kami sangat awam soal sawit. Rencana ke depan, KUD kami akan melakukan replanting sawit seluas 616 hektare,” ucapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/