32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Kapal Listrik asal Turki Beroperasi Paling Lambat 9 Juni

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Kapal Karadeniz Powership Onur Sultan, kapal pembangkit listrik Marine Vessel Power Plant (MVPP) bersandar di dermaga PLTGU, di Belawan, Medan, Sumatera Utara, Minggu (21/5). Kapal pembangkit listrik yang disewa dari Turki dengan panjang 300 meter dan lebar 46 meter berkapasitas 240 MW tersebut, diharapkan mampu meningkatkan pasokan listrik di wilayah Sumbagut.

Menurutnya, PLN perlu menjelaskan kepada masyarakat secara rinci, berapa sebenarnya daya listrik yang dimiliki saat ini. Kemudian daya tersebut berasal dari pembangkit mana saja. Serta paling penting klasifikasi kebutuhan yang dipasok dari semua pembangkit yang ada itu ke mana saja, sehingga publik benar-benar tahu kondisi riilnya.

“Operasional di Sumut ini ‘kan sangat tinggi. Jadi kita ini sepertinya hanya memikirkan solusi jangka pendek saja. Harusnya konsep kebutuhan listrik yang ada, jelas diungkapkan kepada masyarakat dari seluruh pembangkit yang kita miliki,” katanya.

Dosen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara ini, juga menilai kapal tersebut tidak hemat energi. Ia menyayangkan penyewaan kapal raksasa tersebut tanpa perhitungan matang dari PLN Sumbagut dan Pemprov Sumut. “Inikan tujuannya untuk mengatasi defisit listrik selama Ramadan. Pemerintah dan PLN takut dihujat masyarakat kalau ada byar pet selama Ramadan. Apalagi setiap bulan puasa pemadaman memang instens terjadi. Bagaimana dengan sektor industri yang harusnya diminta mematikan pada saat beban puncak?” tanya dia.

Apalagi, imbuh dia, sudah banyak daftar tunggu distribusi listrik ke berbagai sektor termasuk industri di Sumut. “Atau kalau ada rusak lagi pembangkit lama, kita menyewa kapal baru? Lantas kebutuhan hampir 3.000 MW daya listrik di Sumut sampai 2026 ini bagaimana? Kapal 240 MW yang baru ini harus jelas juga ke mana saja distribusinya,” katanya.

Alhasil menurutnya, energi terbarukan pada sektor kelistrikan di Indonesia terkhusus Sumut, tidak pernah terwujud. “Nah, dengan begitu berarti kerjaan kita masih membakar BBM terus dong. Sebab mau tidak mau kita masih tetap memakai sistem bakar api atau fosil, karena energi terbarukan dipandang sebelah mata,” katanya.

Berkenaan limbah dari kapal tersebut yang disinyalir merusak ekosistem di sekitarnya, Tarmizi menilai harusnya sejak awal sudah dikaji secara matang. Sebab rencana ini terkesan ujug-ujug sehingga tata ruang di lokasi tersebut sudah banyak perkembangan.

“Pembangkit di Sicanang dulunya daerah terlokalisir. Memang dikhususkan untuk PLTU. Kenapa kita berulang dan tidak mau belajar dari defisit listrik ini. Jangan kita pikir dengan datangnya pembangkit itu, semua masalah selesai. Kajian ini yang tidak secara matang dipikirkan oleh pemerintah,” pungkasnya.

Marsiyem (41), warga Sicanang, Belawan mengaku menyambut baik beroperasinya kapal pembangkit listrik yang didatangkan dari Turki ini. Namun, ia berharap dampak atas pengoperasian kapal tersebut tidak sampai merugikan mereka.

“Kami bersyukur, cuma lagi soal getaran, suara kebisingan dan dampak lainnya terhadap warga disini bagaimana,” tutur, Marsiyem.

Anuar (39), warga lainnya juga berujar demikian. Pria berprofesi sebagai nelayan meminta pihak PLN memperhatikan dan peduli terhadap masyarakat sekitar. “Beroperasinya kapal itu kita dukung. Tapi, warga juga berharap perhatian dari PLN apabila terjadi dampak dari kapal pembangkit listrik ini,” ungkapnya.

Sebelumnya, kapal pembangkit listrik terapung atau Marine Vessel Power Plant (MVPP) berkapasitas 480 MW (Megawatt) sandar di dermaga khusus PLTGU Sicanang Belawan pada Minggu (21/5) lalu. Kapal yang akan memasok daya listrik ini disewa PT PLN (Persero) untuk mengatasi permasalahan byar pet listrik di Sumatera bagian Utara.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Kapal Karadeniz Powership Onur Sultan, kapal pembangkit listrik Marine Vessel Power Plant (MVPP) bersandar di dermaga PLTGU, di Belawan, Medan, Sumatera Utara, Minggu (21/5). Kapal pembangkit listrik yang disewa dari Turki dengan panjang 300 meter dan lebar 46 meter berkapasitas 240 MW tersebut, diharapkan mampu meningkatkan pasokan listrik di wilayah Sumbagut.

Menurutnya, PLN perlu menjelaskan kepada masyarakat secara rinci, berapa sebenarnya daya listrik yang dimiliki saat ini. Kemudian daya tersebut berasal dari pembangkit mana saja. Serta paling penting klasifikasi kebutuhan yang dipasok dari semua pembangkit yang ada itu ke mana saja, sehingga publik benar-benar tahu kondisi riilnya.

“Operasional di Sumut ini ‘kan sangat tinggi. Jadi kita ini sepertinya hanya memikirkan solusi jangka pendek saja. Harusnya konsep kebutuhan listrik yang ada, jelas diungkapkan kepada masyarakat dari seluruh pembangkit yang kita miliki,” katanya.

Dosen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara ini, juga menilai kapal tersebut tidak hemat energi. Ia menyayangkan penyewaan kapal raksasa tersebut tanpa perhitungan matang dari PLN Sumbagut dan Pemprov Sumut. “Inikan tujuannya untuk mengatasi defisit listrik selama Ramadan. Pemerintah dan PLN takut dihujat masyarakat kalau ada byar pet selama Ramadan. Apalagi setiap bulan puasa pemadaman memang instens terjadi. Bagaimana dengan sektor industri yang harusnya diminta mematikan pada saat beban puncak?” tanya dia.

Apalagi, imbuh dia, sudah banyak daftar tunggu distribusi listrik ke berbagai sektor termasuk industri di Sumut. “Atau kalau ada rusak lagi pembangkit lama, kita menyewa kapal baru? Lantas kebutuhan hampir 3.000 MW daya listrik di Sumut sampai 2026 ini bagaimana? Kapal 240 MW yang baru ini harus jelas juga ke mana saja distribusinya,” katanya.

Alhasil menurutnya, energi terbarukan pada sektor kelistrikan di Indonesia terkhusus Sumut, tidak pernah terwujud. “Nah, dengan begitu berarti kerjaan kita masih membakar BBM terus dong. Sebab mau tidak mau kita masih tetap memakai sistem bakar api atau fosil, karena energi terbarukan dipandang sebelah mata,” katanya.

Berkenaan limbah dari kapal tersebut yang disinyalir merusak ekosistem di sekitarnya, Tarmizi menilai harusnya sejak awal sudah dikaji secara matang. Sebab rencana ini terkesan ujug-ujug sehingga tata ruang di lokasi tersebut sudah banyak perkembangan.

“Pembangkit di Sicanang dulunya daerah terlokalisir. Memang dikhususkan untuk PLTU. Kenapa kita berulang dan tidak mau belajar dari defisit listrik ini. Jangan kita pikir dengan datangnya pembangkit itu, semua masalah selesai. Kajian ini yang tidak secara matang dipikirkan oleh pemerintah,” pungkasnya.

Marsiyem (41), warga Sicanang, Belawan mengaku menyambut baik beroperasinya kapal pembangkit listrik yang didatangkan dari Turki ini. Namun, ia berharap dampak atas pengoperasian kapal tersebut tidak sampai merugikan mereka.

“Kami bersyukur, cuma lagi soal getaran, suara kebisingan dan dampak lainnya terhadap warga disini bagaimana,” tutur, Marsiyem.

Anuar (39), warga lainnya juga berujar demikian. Pria berprofesi sebagai nelayan meminta pihak PLN memperhatikan dan peduli terhadap masyarakat sekitar. “Beroperasinya kapal itu kita dukung. Tapi, warga juga berharap perhatian dari PLN apabila terjadi dampak dari kapal pembangkit listrik ini,” ungkapnya.

Sebelumnya, kapal pembangkit listrik terapung atau Marine Vessel Power Plant (MVPP) berkapasitas 480 MW (Megawatt) sandar di dermaga khusus PLTGU Sicanang Belawan pada Minggu (21/5) lalu. Kapal yang akan memasok daya listrik ini disewa PT PLN (Persero) untuk mengatasi permasalahan byar pet listrik di Sumatera bagian Utara.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/