30.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Target Pajak Tak Terpenuhi, Jatah Daerah Dikurangi

Ketiga, kondisi perekonomian dunia yang melambat. Dampaknya, perdagangan di sektor ekspor-impor mengalami gejolak. Gejolak tersebut terjadi sejak kuartal pertama 2015 hingga semester pertama 2016. Ketiga faktor tersebut membuat penurunan pendapatan menjadi besar. Dampaknya, tekanan pada APBN 2016 pun menjadi tinggi. ’’Kami perkirakan kurang Rp 219 triliun dari target,’’ tutur mantan Managing Director Bank Dunia itu.

Meskipun demikian, Ani menegaskan bahwa upaya penerimaan pajak tetap on the track, tidak berkurang. Presiden tetap meminta penerimaan diupayakan semaksimal mungkin. Bagaimanapun, uang pajak itu sudah ditunggu untuk disalurkan ke sektor prioritas.

Disinggung mengenai dampak pemangkasan terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi, Ani memastikan tidak ada perubahan apapun kecuali asumsi nilai tukar rupiah dan defisity anggaran. Asumsi pertumbuhan ekonomi tetap 5,2 persen, inflasi 4 persen, dan suku bungan 5,5 persen. Sedagkan, nilai tukar berubah dari Rp 13.500 menjadi Rp 13.300 per USD, seuai update terbaru.

Kemudian, defisit APBN juga akan meningkat. ’’Kami perkirakan 2,5 persen dari GDP,’’ jelasnya. angka tersebut naik dari nilai APBNP 2016 yang menyebut angka 2,35 persen GDP. Karena itu, akan ada tambahan pembiayaan alias utang sebesar Rp 17 triliun. Namun, tidak disebutkan utang tersebut akan diperoleh dari mana.

Sektor migas juga tidak mengalami perubahan asumsi. Harga minyak tetap diasumsikan USD 40 per barel dengan lifting 820 ribu barel perhari (bph). Begitu pula lifting gas, tidak ada perubahan dari APBNP. Tetap 1.150 ribu barel setara minyak perhari (bsmph).

Sementara itu, untuk RAPBN 2017, Ani belum mau bicara banyak. Dia beralasan, nota keuangan APBN 2017 akan disampaikan secara keseluruhan oleh Presiden pada 16 Agustus mendatang di depan DPR.

Dia hanya menyampaikan kisi-kisi asumsi makro sesuai yang telah disampaikan kepada DPR. Pertumbuhan ekonomi diasumsikan 5,3 persen. Kemudian, inflasi 4 persen, suku bungan 5,3 persen, dan nilai tukar rupiah Rp 13.300 per USD. Sedangkan, lifting minyak diasumsikan turun menjadi 780 ribu bph. (byu)

Ketiga, kondisi perekonomian dunia yang melambat. Dampaknya, perdagangan di sektor ekspor-impor mengalami gejolak. Gejolak tersebut terjadi sejak kuartal pertama 2015 hingga semester pertama 2016. Ketiga faktor tersebut membuat penurunan pendapatan menjadi besar. Dampaknya, tekanan pada APBN 2016 pun menjadi tinggi. ’’Kami perkirakan kurang Rp 219 triliun dari target,’’ tutur mantan Managing Director Bank Dunia itu.

Meskipun demikian, Ani menegaskan bahwa upaya penerimaan pajak tetap on the track, tidak berkurang. Presiden tetap meminta penerimaan diupayakan semaksimal mungkin. Bagaimanapun, uang pajak itu sudah ditunggu untuk disalurkan ke sektor prioritas.

Disinggung mengenai dampak pemangkasan terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi, Ani memastikan tidak ada perubahan apapun kecuali asumsi nilai tukar rupiah dan defisity anggaran. Asumsi pertumbuhan ekonomi tetap 5,2 persen, inflasi 4 persen, dan suku bungan 5,5 persen. Sedagkan, nilai tukar berubah dari Rp 13.500 menjadi Rp 13.300 per USD, seuai update terbaru.

Kemudian, defisit APBN juga akan meningkat. ’’Kami perkirakan 2,5 persen dari GDP,’’ jelasnya. angka tersebut naik dari nilai APBNP 2016 yang menyebut angka 2,35 persen GDP. Karena itu, akan ada tambahan pembiayaan alias utang sebesar Rp 17 triliun. Namun, tidak disebutkan utang tersebut akan diperoleh dari mana.

Sektor migas juga tidak mengalami perubahan asumsi. Harga minyak tetap diasumsikan USD 40 per barel dengan lifting 820 ribu barel perhari (bph). Begitu pula lifting gas, tidak ada perubahan dari APBNP. Tetap 1.150 ribu barel setara minyak perhari (bsmph).

Sementara itu, untuk RAPBN 2017, Ani belum mau bicara banyak. Dia beralasan, nota keuangan APBN 2017 akan disampaikan secara keseluruhan oleh Presiden pada 16 Agustus mendatang di depan DPR.

Dia hanya menyampaikan kisi-kisi asumsi makro sesuai yang telah disampaikan kepada DPR. Pertumbuhan ekonomi diasumsikan 5,3 persen. Kemudian, inflasi 4 persen, suku bungan 5,3 persen, dan nilai tukar rupiah Rp 13.300 per USD. Sedangkan, lifting minyak diasumsikan turun menjadi 780 ribu bph. (byu)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/