28.9 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Dinilai Ampuh Melawan Virus Corona, Penjualan Rempah Melonjak 3x Lipat

ANTICORONA:  Jahe dan rempah-rempah lainnya seperti temu lawak dan kencur dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh melawan virus Covid-19 yang sedang mewabah.
ANTICORONA: Jahe dan rempah-rempah lainnya seperti temu lawak dan kencur dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh melawan virus Covid-19 yang sedang mewabah.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tak hanya masker, komoditi rempah-rempah ikut menjadi incaran pembeli di Kota Medan. Rabu (4/3), penjualan rempah-rempah di Pasar Petisah Medan meningkat hingga tiga kali lipat. Rempah-rempah dicari karena dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh melawan virus corona atau Covid-19 yang sedang mewabah di dunia. Alhasil, harga rempah pun ikut melonjak.

“DIBANDINGKAN sebelumnya, hari ini permintaan rempah-rempah naik hingga tiga kali lipat. Rempah-rempah paling dicari yakni jahe, jahe merah, induk kunyit, serai, kencur dan temulawak,” jelas salahseorang pedagang rempah di Pasar Petisah, A Pasaribu, kepada wartawan, Rabu (4/3).

Meski permintaan sejumlah jenis rempah melonjak, menurut Pasaribu, pasokan masih aman untuk melayani pembelian. “Kata pembeli, rempah-rempah itu akan dijadikan olahan minuman. Katanya, berkhasiat menangkal dini wabah virus corona dengan menjaga stamina tubuh,” kata Pasaribu.

Biasanya, kata dia, ia menjual rempah-rempah paling banyak 20 kilogram per hari. Namun setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua WNI yang positif terjangkit virus corona, penjualan melonjak hingga 60 kilogram. Atau melonjak tiga kali lipat. “Permintaan ini naik mulai hari ini. Saya sampai ambil barang dua kali ke pemasok,” jelas Pasaribu.

Data penjualan di Pasar Petisah Medan, harga jahe merah yang biasanya Rp30 ribuan per kilogram, naik menjadi Rp45 ribu per kilogram. Temulawak yang biasanya di bawah Rp20 ribuan per kilogram, naik menjadi Rp 25 ribu per kilogram.

Sedangkan rempah-rempah jenis lainnya masih harga normal. Namun penjualan meningkat. “Jahe kami jual seharga Rp30 ribu per kg, induk kunyit Rp30 ribu, kencur Rp30 ribu, dan serai Rp7 ribu. Banyak yang memanfaatkan untuk dijadikan jamu. Cara mengolahnya cukup direbus saja, nanti airnya diminum,” katanya. Pasokan rempah-rempah di Pasar Petisah didistribusikan melalui Pusat Pasar Kota Medan.

Apakah pedagang senang? Pasaribu mengaku senang sekaligus khawatir. Karena adanya lonjakan permintaan dari pembeli dikhawatirkan membuat sejumlah komoditi menjadi langka. “Kalau permintaan terus begini, bisa-bisa nanti makin langka. Ini aja harga terus naik,” tandasnya.

Tak hanya di Medan, lonjakan penjualan rempah-rempah juga terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Khususnya jenis temulawak, jahe, sereh, dan kunyit.

Di Jakarta, sejumlah empon-empon atau rempah tradisional mengalami lonjakan harga. Kenaikan harga ditemui di beberapa pasar. Seperti di Pasar Kemiri Muka Depok, pedagang membanderol temulawak Rp40.000 per kg.

“Sekarang harganya (temulawak) Rp40.000 per kg, biasanya saya jual cuma Rp10.000 per kg,” kata Suyadi salah satu pedagang Pasar Kemiri, Rabu (4/3).

Selain temulawak harga rempah-rempah yang juga melonjak adalah jahe, sereh dan kunyit. Namun kenaikan harga rempah-rempah tersebut tidak sesignifikan harga temulawak. “Jahe harganya sekarang Rp40.000 per kg dari Rp20.000 per kg. Sereh Rp10.000 per kg dari Rp6.000/kg dan kunyit Rp12.000 per kg dari 5.000 per kg,” paparnya.

Permintaan rempah-rempah tersebut diakui Yadi terjadi lonjakan sejak dua hari lalu atau bersamaan dengan diumumkan adanya dua warga Depok yang terkena virus Covid-19. “Sejak senin banyak yang nyari (beli) mungkin karena ada yang kena (Corona) kemarin,” ceritanya.

Dirinya terpaksa menaikkan harga jual karena harga dari Pasar Induk sudah naik. “DI Induk saja harga Rp40.000 (temulawak) langka barangnya. Ada tapi sedikit. Jadi ya saya jualnya juga sesuai harga karena naik jadi saya naikkan juga,” tuturnya.

Kenaikan harga rempah tradisional juga ditemui di Pasar Palmerah, Jakarta Barat. Salah satu pembeli, Tri harus mengocek kantong dalam-dalam untuk satu kilogram jahe. “Abis dari pasar Palmerah harga jahe Rp80.000/kg, temulawak Rp40.000 per kg,” ungkap Tri.

Di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Surani, pedagang rempah-rempah bercerita bagaimana hebohnya warga mengantri demi membawa pulang jahe merah untuk direbus. Surani mengakui sejak tiga hari terakhir barang dagangannya ramai dibeli warga. Bahkan warga rela mengantri demi jamu-jamuan tersebut.

“Awalnya saya juga bingung. Kok rame yang cari jahe merah dan temulawak. Bayangkan mba, mana ada sejarahnya beli jamu ngantri. Kemarin itu pembeli ngantri sampai sore,” tuturnya.

Surani melanjutkan para pembeli ini rata-rata membeli sebanyak setengah hingga satu kilo jahe merah. Kemudian dicampur dengan temulawak, kunyit dan sereh untuk direbus.

Karena fenomena tersebut, Surani merasa diuntungkan. Dia senang, dagangannya ramai dibeli warga. Padahal biasanya yang menjadi pelanggan Surani hanya para penjual jamu. “Saya senang saja, jahe merah sekarang seperti masker, banyak yang nyari. Biasanya yang beli dagangan saya, ya cuma tukang jamu,” tambahnya.

Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto mengaku belum mengetahui kenaikan harga rempah-rempah tradisional. “Ya nanti, itu akan kita lihat, saya rasa itu enggak ada yang (naik),” kata Agus di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (4/3).

Agus mengatakan bahan baku pangan tetap akan digalakan produksinya. Lalu akan terus dipantau hambatan dan diprioritaskan. “Ini juga kan dalam pantauan,” ujar Agus.

Tak hanya rempah-rempah mentah, penjualan minuman tradisional sari rempah juga meningkat tajam. Para produsen sari rempah di Banyuwangi mengaku kewalahan melayani permintaan pasar yang terus meningkat.

Hal itu diungkapkan Heru Prayitno, produsen minuman sari rempah “Putri Wangi”, Rabu (5/3). Heru mengatakan, penjualan produknya terus meningkat sejak kasus virus corona merebak di berbagai negara. Apalagi, setelah terjadi kasus virus corona di Indonesia. Penjualannya pun langsung meningkat hampir 300 persen.

“Setelah ada kasus di Indonesia, pesanan saya langsung melonjak. Terutama untuk minuman jahe rempah celup dan temulawak celup. Peningkatannya 300 persen, kalau biasanya sehari kita habis 50 box, sekarang bisa sampai 150 box. Kami kewalahan,” kata Heru.

Permintaan tersebut, imbuh Heru, datang dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Jogjakarta, Batam, Tuban, dan Jember. “Pesanan kami juga datang dari Singapura, Afrika, dan Turki,” kata Heru.

Minta Pemerintah Bertindak

Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu A Pratomo, menilai peningkatan penjualan rempah-rempah karena dipercaya mampu menangkal virus corona, menunjukkan betapa masyarakat sangat mudah terpengaruh.

“Tapi, sepanjang petani yang menikmati, menurut saya tidak masalah. Kalau yang menikmati pedagang, itu yang harus diselesaikan,” tutur Wahyu, kemarin.

Dengan tingginya permintaan rempah, menurut Wahyu, pedagang seharusnya tidak boleh menikmati keuntungan berlebihan, karena yang berlelah-lelah itu petani. “Kalau pedagang yang menyebabkan kenaikan harga, sebaiknya pemerintah bertindak,” tutur Wahyu.

Untuk itu, menurut Wahyu, sudah saatnya masyarakat desa bersatu dan memanfaatkan dana desa untuk membangun jalur distribusi sendiri, agar masyarakat desa lebih sejahtera dan konsumen tidak menjadi korban permainan harga pedagang.

“Pemberdayaan Koperasi atau BUMD yang menampung hasil alam dari BUMDes dapat menjadi alternatif. Sinergitas Badan Usaha Milik Daerah dan Desa perlu dilakukan untuk melakukan interfensi terhadap gejolak harga. Sejumlah daerah berhasil membangun jalur distribusi barangnya sendiri agar masyarakat setempat lebih baik kesejahteraannya,” jelas Wahyu.

Harga Masker Melambung

Masih soal kehebohan terkait virus corona di Indonesia, warga Tebingtinggi mulai ikut-ikutan memborong masker, karena ditakutkan tanpa sengaja bersua dengan orang yang kena virus tersebut.

Pantuan di beberapa apotek di Tebingtinggi, sejumlah apotek mulai kehabisan stok berbagai jenis masker. Demikian juga di sejumlah toko waralaba, masker sulit didapat.

Penjaga apotek di Jalan KL Yos Sudarso Kota Tebingtinggi, menyatakan pihaknya sulit memesan masker dari para penyalur barang masuk, karena semenjak maraknya berita virus corona, warga bergantian membeli masker ukuran satu kotak.

“Banyak yang membeli selama seminggu ini. Karena stok habis dan warga masih banyak yang membeli, harga masker naik menjadi Rp5.000 per lembar, dari sebelumnya hanya Rp1.000 per lembar,” papar penjaga apotek, Rabu (4/3).

Salah seorang pembeli, Wati (38), warga Jalan KL Yos Sudarso memaparkan, dirinya sudah berkeliling ke seluruh apotek di Kota Tebingtinggi. Ternyata tidak ada lagi yang menjual masker dalam bentuk kotak. Begitu juga di toko waralaba seperti Alfamart dan Indomaret, semua masker habis terjual meski harganya melonjak.

“Saya terpaksa membeli juga meski harga mahal. Padahal butuhnya hanya satu kotak untuk dikirim ke saudara yang berada di Depok. Karena apotek Yos Sudarso kehabisan barang, pembelian dibatasi paling banyak dua lembar masker,” jelasnya.

Menurut Wati, ia sempat bertanya kepada beberapa apotek, mengapa masker habis. Menurut pekerja di sana, tiga hari lalu masker di apotek mereka habis diborong seseorang, katanya akan dikirim ke Jakarta.

Pantauan di lapangan, harga masker biasa di apotek naik dari Rp1.000 per lembar, menjadi Rp5.000. Itupun tak bisa membeli dalam jumlah banyak.

Akhyar: Jangan Panik

Menanggapi kepanikan terkait virus corona, Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi, mengimbau warga Kota Medan agar tetap tenang. Pasalnya, hingga saat ini belum satu pun warga Kota Medan yang ditemukan terindikasi terserang virus yang menyerang sistem pernafasan tersebut.

“Saya minta warga Kota Medan tetap tenang dan terus meningkatkan kualitas kesehatannya,” kata Akhyar di sela-sela kunjungan kerja ke Kota Semarang, Rabu (4/3).

Dikatakan Akhyar, Pemko Medan bersama Pemprov Sumut terus memonitor setiap warga yang datang dari wilayah endemik penyakit tersebut. Monitoring dimulai dari pintu masuk ke Kota Medan, baik di pelabuhan maupun bandara, termasuk pemantauan ke rumah-rumah.

Selanjutnya, terang Akhyar lagi, 73 rumah sakit pemerintah dan swasta serta puskesmas telah melakukan pemantauan langsung untuk memastikan apakah ada warga yang mengalami gejala-gejala terjangkit virus corona. Apabila ditemukan, rumah sakit maupun puskesmas langsung merujuknya ke RSUP H Adam Malik.

“RSUP H Adam Malik telah dipersiapkan apabila ada warga Kota Medan yang terindikasi virus corona. Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada satu pun warga Kota Medan yang terindikasi virus corona,” pesannya.

Akhyar mengharapkan kerja sama dari warga, terkhusus bagi warga yang baru pulang dari wilayah endemik corona, apabila ada gejala flu dan demam, agar harus mengecek kesehatannya ke puskesmas maupun dokter. Hal ini penting dilakukan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona.

“Warga Kota Medan tidak perlu khawatir berlebihan. 21 Puskemas di Kota Medan dan sejumlah rumah memiliki fasilitas ruang isolasi, tenaga medis, serta sejumlah peralatan lainnya. Kami siap sedia melayani dan memberikan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya.

Orangtua Siswa Jangan Panik

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumut, Arsyad Lubis, mengimbau orang tua siswa agar tidak panik, mendengar adanya 2 WNI positif terjangkit virus corona. Kata Arsyad, lebih baik menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga, daripada cemas memikirkan virus corona.

“Pencegahan lebih baik sebelum terkena virus corona. Virus ini memang sangat cepat menyebar, namun tetap ada cara pencegahannya. Anak usia sekolah, terutama SD dan SMP rentan terkena virus, karena belum begitu mengerti mengenai bahayanya. Karena itu, orangtua wajib memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya tentang bahaya virus corona,” kata Arsyad.

Selain itu, ortu diminta cepat tanggap memberikan pertolongan pertama, jika anak menunjukkan arah ciri-ciri awal terkena virus corona. Seperti pilek, batuk dan sesak nafas. “Biasakan diri dan anak-anak agar rajin mencuci tangan, sebab tangan rentan terpapar virus. Sebisanya gunakan sarung tangan jika berada di tempat umum yang diyakini kurang steril. Serta jangan biasakan berkuku panjang,” katanya.

Bagi siswa usia sekolah, diimbau agar jangan jajan sembarangan. Sebisanya bawalah makanan dan minuman dari rumah. Biasakan minum air putih yang banyak dan minum vitamin. Selain itu, istirahat yang cukup dan gunakan masker sesuai imbauan dari Menteri Kesehatan.

“Saat ini kita terus mengikuti perkembangan dari pusat, serta mengikuti petunjuk-petunjuk dari ahli kesehatan, dokter dan paramedis yang memahami tentang viru corona ini. Kita juga sedang menunggu arahan dari pusat dan Dinas Kesehatan (Dinkes) apa Standar Operasional Prosedur (SOP) yang akan dikeluarkan,” imbuhnya

Jika nanti Menkes RI melalui Dinkes memberlakukan kebijakan wajib melakukan pemeriksaan bagi siswa usia sekolah di Puskemas dan klinik kesehatan, atau mendatangkan tim kesehatan ke sekolah-sekolah, pihaknya akan membuat selebaran terkait hal tersebut. (gus/ian/map)

ANTICORONA:  Jahe dan rempah-rempah lainnya seperti temu lawak dan kencur dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh melawan virus Covid-19 yang sedang mewabah.
ANTICORONA: Jahe dan rempah-rempah lainnya seperti temu lawak dan kencur dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh melawan virus Covid-19 yang sedang mewabah.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tak hanya masker, komoditi rempah-rempah ikut menjadi incaran pembeli di Kota Medan. Rabu (4/3), penjualan rempah-rempah di Pasar Petisah Medan meningkat hingga tiga kali lipat. Rempah-rempah dicari karena dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh melawan virus corona atau Covid-19 yang sedang mewabah di dunia. Alhasil, harga rempah pun ikut melonjak.

“DIBANDINGKAN sebelumnya, hari ini permintaan rempah-rempah naik hingga tiga kali lipat. Rempah-rempah paling dicari yakni jahe, jahe merah, induk kunyit, serai, kencur dan temulawak,” jelas salahseorang pedagang rempah di Pasar Petisah, A Pasaribu, kepada wartawan, Rabu (4/3).

Meski permintaan sejumlah jenis rempah melonjak, menurut Pasaribu, pasokan masih aman untuk melayani pembelian. “Kata pembeli, rempah-rempah itu akan dijadikan olahan minuman. Katanya, berkhasiat menangkal dini wabah virus corona dengan menjaga stamina tubuh,” kata Pasaribu.

Biasanya, kata dia, ia menjual rempah-rempah paling banyak 20 kilogram per hari. Namun setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua WNI yang positif terjangkit virus corona, penjualan melonjak hingga 60 kilogram. Atau melonjak tiga kali lipat. “Permintaan ini naik mulai hari ini. Saya sampai ambil barang dua kali ke pemasok,” jelas Pasaribu.

Data penjualan di Pasar Petisah Medan, harga jahe merah yang biasanya Rp30 ribuan per kilogram, naik menjadi Rp45 ribu per kilogram. Temulawak yang biasanya di bawah Rp20 ribuan per kilogram, naik menjadi Rp 25 ribu per kilogram.

Sedangkan rempah-rempah jenis lainnya masih harga normal. Namun penjualan meningkat. “Jahe kami jual seharga Rp30 ribu per kg, induk kunyit Rp30 ribu, kencur Rp30 ribu, dan serai Rp7 ribu. Banyak yang memanfaatkan untuk dijadikan jamu. Cara mengolahnya cukup direbus saja, nanti airnya diminum,” katanya. Pasokan rempah-rempah di Pasar Petisah didistribusikan melalui Pusat Pasar Kota Medan.

Apakah pedagang senang? Pasaribu mengaku senang sekaligus khawatir. Karena adanya lonjakan permintaan dari pembeli dikhawatirkan membuat sejumlah komoditi menjadi langka. “Kalau permintaan terus begini, bisa-bisa nanti makin langka. Ini aja harga terus naik,” tandasnya.

Tak hanya di Medan, lonjakan penjualan rempah-rempah juga terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Khususnya jenis temulawak, jahe, sereh, dan kunyit.

Di Jakarta, sejumlah empon-empon atau rempah tradisional mengalami lonjakan harga. Kenaikan harga ditemui di beberapa pasar. Seperti di Pasar Kemiri Muka Depok, pedagang membanderol temulawak Rp40.000 per kg.

“Sekarang harganya (temulawak) Rp40.000 per kg, biasanya saya jual cuma Rp10.000 per kg,” kata Suyadi salah satu pedagang Pasar Kemiri, Rabu (4/3).

Selain temulawak harga rempah-rempah yang juga melonjak adalah jahe, sereh dan kunyit. Namun kenaikan harga rempah-rempah tersebut tidak sesignifikan harga temulawak. “Jahe harganya sekarang Rp40.000 per kg dari Rp20.000 per kg. Sereh Rp10.000 per kg dari Rp6.000/kg dan kunyit Rp12.000 per kg dari 5.000 per kg,” paparnya.

Permintaan rempah-rempah tersebut diakui Yadi terjadi lonjakan sejak dua hari lalu atau bersamaan dengan diumumkan adanya dua warga Depok yang terkena virus Covid-19. “Sejak senin banyak yang nyari (beli) mungkin karena ada yang kena (Corona) kemarin,” ceritanya.

Dirinya terpaksa menaikkan harga jual karena harga dari Pasar Induk sudah naik. “DI Induk saja harga Rp40.000 (temulawak) langka barangnya. Ada tapi sedikit. Jadi ya saya jualnya juga sesuai harga karena naik jadi saya naikkan juga,” tuturnya.

Kenaikan harga rempah tradisional juga ditemui di Pasar Palmerah, Jakarta Barat. Salah satu pembeli, Tri harus mengocek kantong dalam-dalam untuk satu kilogram jahe. “Abis dari pasar Palmerah harga jahe Rp80.000/kg, temulawak Rp40.000 per kg,” ungkap Tri.

Di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Surani, pedagang rempah-rempah bercerita bagaimana hebohnya warga mengantri demi membawa pulang jahe merah untuk direbus. Surani mengakui sejak tiga hari terakhir barang dagangannya ramai dibeli warga. Bahkan warga rela mengantri demi jamu-jamuan tersebut.

“Awalnya saya juga bingung. Kok rame yang cari jahe merah dan temulawak. Bayangkan mba, mana ada sejarahnya beli jamu ngantri. Kemarin itu pembeli ngantri sampai sore,” tuturnya.

Surani melanjutkan para pembeli ini rata-rata membeli sebanyak setengah hingga satu kilo jahe merah. Kemudian dicampur dengan temulawak, kunyit dan sereh untuk direbus.

Karena fenomena tersebut, Surani merasa diuntungkan. Dia senang, dagangannya ramai dibeli warga. Padahal biasanya yang menjadi pelanggan Surani hanya para penjual jamu. “Saya senang saja, jahe merah sekarang seperti masker, banyak yang nyari. Biasanya yang beli dagangan saya, ya cuma tukang jamu,” tambahnya.

Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto mengaku belum mengetahui kenaikan harga rempah-rempah tradisional. “Ya nanti, itu akan kita lihat, saya rasa itu enggak ada yang (naik),” kata Agus di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (4/3).

Agus mengatakan bahan baku pangan tetap akan digalakan produksinya. Lalu akan terus dipantau hambatan dan diprioritaskan. “Ini juga kan dalam pantauan,” ujar Agus.

Tak hanya rempah-rempah mentah, penjualan minuman tradisional sari rempah juga meningkat tajam. Para produsen sari rempah di Banyuwangi mengaku kewalahan melayani permintaan pasar yang terus meningkat.

Hal itu diungkapkan Heru Prayitno, produsen minuman sari rempah “Putri Wangi”, Rabu (5/3). Heru mengatakan, penjualan produknya terus meningkat sejak kasus virus corona merebak di berbagai negara. Apalagi, setelah terjadi kasus virus corona di Indonesia. Penjualannya pun langsung meningkat hampir 300 persen.

“Setelah ada kasus di Indonesia, pesanan saya langsung melonjak. Terutama untuk minuman jahe rempah celup dan temulawak celup. Peningkatannya 300 persen, kalau biasanya sehari kita habis 50 box, sekarang bisa sampai 150 box. Kami kewalahan,” kata Heru.

Permintaan tersebut, imbuh Heru, datang dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Jogjakarta, Batam, Tuban, dan Jember. “Pesanan kami juga datang dari Singapura, Afrika, dan Turki,” kata Heru.

Minta Pemerintah Bertindak

Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu A Pratomo, menilai peningkatan penjualan rempah-rempah karena dipercaya mampu menangkal virus corona, menunjukkan betapa masyarakat sangat mudah terpengaruh.

“Tapi, sepanjang petani yang menikmati, menurut saya tidak masalah. Kalau yang menikmati pedagang, itu yang harus diselesaikan,” tutur Wahyu, kemarin.

Dengan tingginya permintaan rempah, menurut Wahyu, pedagang seharusnya tidak boleh menikmati keuntungan berlebihan, karena yang berlelah-lelah itu petani. “Kalau pedagang yang menyebabkan kenaikan harga, sebaiknya pemerintah bertindak,” tutur Wahyu.

Untuk itu, menurut Wahyu, sudah saatnya masyarakat desa bersatu dan memanfaatkan dana desa untuk membangun jalur distribusi sendiri, agar masyarakat desa lebih sejahtera dan konsumen tidak menjadi korban permainan harga pedagang.

“Pemberdayaan Koperasi atau BUMD yang menampung hasil alam dari BUMDes dapat menjadi alternatif. Sinergitas Badan Usaha Milik Daerah dan Desa perlu dilakukan untuk melakukan interfensi terhadap gejolak harga. Sejumlah daerah berhasil membangun jalur distribusi barangnya sendiri agar masyarakat setempat lebih baik kesejahteraannya,” jelas Wahyu.

Harga Masker Melambung

Masih soal kehebohan terkait virus corona di Indonesia, warga Tebingtinggi mulai ikut-ikutan memborong masker, karena ditakutkan tanpa sengaja bersua dengan orang yang kena virus tersebut.

Pantuan di beberapa apotek di Tebingtinggi, sejumlah apotek mulai kehabisan stok berbagai jenis masker. Demikian juga di sejumlah toko waralaba, masker sulit didapat.

Penjaga apotek di Jalan KL Yos Sudarso Kota Tebingtinggi, menyatakan pihaknya sulit memesan masker dari para penyalur barang masuk, karena semenjak maraknya berita virus corona, warga bergantian membeli masker ukuran satu kotak.

“Banyak yang membeli selama seminggu ini. Karena stok habis dan warga masih banyak yang membeli, harga masker naik menjadi Rp5.000 per lembar, dari sebelumnya hanya Rp1.000 per lembar,” papar penjaga apotek, Rabu (4/3).

Salah seorang pembeli, Wati (38), warga Jalan KL Yos Sudarso memaparkan, dirinya sudah berkeliling ke seluruh apotek di Kota Tebingtinggi. Ternyata tidak ada lagi yang menjual masker dalam bentuk kotak. Begitu juga di toko waralaba seperti Alfamart dan Indomaret, semua masker habis terjual meski harganya melonjak.

“Saya terpaksa membeli juga meski harga mahal. Padahal butuhnya hanya satu kotak untuk dikirim ke saudara yang berada di Depok. Karena apotek Yos Sudarso kehabisan barang, pembelian dibatasi paling banyak dua lembar masker,” jelasnya.

Menurut Wati, ia sempat bertanya kepada beberapa apotek, mengapa masker habis. Menurut pekerja di sana, tiga hari lalu masker di apotek mereka habis diborong seseorang, katanya akan dikirim ke Jakarta.

Pantauan di lapangan, harga masker biasa di apotek naik dari Rp1.000 per lembar, menjadi Rp5.000. Itupun tak bisa membeli dalam jumlah banyak.

Akhyar: Jangan Panik

Menanggapi kepanikan terkait virus corona, Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi, mengimbau warga Kota Medan agar tetap tenang. Pasalnya, hingga saat ini belum satu pun warga Kota Medan yang ditemukan terindikasi terserang virus yang menyerang sistem pernafasan tersebut.

“Saya minta warga Kota Medan tetap tenang dan terus meningkatkan kualitas kesehatannya,” kata Akhyar di sela-sela kunjungan kerja ke Kota Semarang, Rabu (4/3).

Dikatakan Akhyar, Pemko Medan bersama Pemprov Sumut terus memonitor setiap warga yang datang dari wilayah endemik penyakit tersebut. Monitoring dimulai dari pintu masuk ke Kota Medan, baik di pelabuhan maupun bandara, termasuk pemantauan ke rumah-rumah.

Selanjutnya, terang Akhyar lagi, 73 rumah sakit pemerintah dan swasta serta puskesmas telah melakukan pemantauan langsung untuk memastikan apakah ada warga yang mengalami gejala-gejala terjangkit virus corona. Apabila ditemukan, rumah sakit maupun puskesmas langsung merujuknya ke RSUP H Adam Malik.

“RSUP H Adam Malik telah dipersiapkan apabila ada warga Kota Medan yang terindikasi virus corona. Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada satu pun warga Kota Medan yang terindikasi virus corona,” pesannya.

Akhyar mengharapkan kerja sama dari warga, terkhusus bagi warga yang baru pulang dari wilayah endemik corona, apabila ada gejala flu dan demam, agar harus mengecek kesehatannya ke puskesmas maupun dokter. Hal ini penting dilakukan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona.

“Warga Kota Medan tidak perlu khawatir berlebihan. 21 Puskemas di Kota Medan dan sejumlah rumah memiliki fasilitas ruang isolasi, tenaga medis, serta sejumlah peralatan lainnya. Kami siap sedia melayani dan memberikan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya.

Orangtua Siswa Jangan Panik

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumut, Arsyad Lubis, mengimbau orang tua siswa agar tidak panik, mendengar adanya 2 WNI positif terjangkit virus corona. Kata Arsyad, lebih baik menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga, daripada cemas memikirkan virus corona.

“Pencegahan lebih baik sebelum terkena virus corona. Virus ini memang sangat cepat menyebar, namun tetap ada cara pencegahannya. Anak usia sekolah, terutama SD dan SMP rentan terkena virus, karena belum begitu mengerti mengenai bahayanya. Karena itu, orangtua wajib memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya tentang bahaya virus corona,” kata Arsyad.

Selain itu, ortu diminta cepat tanggap memberikan pertolongan pertama, jika anak menunjukkan arah ciri-ciri awal terkena virus corona. Seperti pilek, batuk dan sesak nafas. “Biasakan diri dan anak-anak agar rajin mencuci tangan, sebab tangan rentan terpapar virus. Sebisanya gunakan sarung tangan jika berada di tempat umum yang diyakini kurang steril. Serta jangan biasakan berkuku panjang,” katanya.

Bagi siswa usia sekolah, diimbau agar jangan jajan sembarangan. Sebisanya bawalah makanan dan minuman dari rumah. Biasakan minum air putih yang banyak dan minum vitamin. Selain itu, istirahat yang cukup dan gunakan masker sesuai imbauan dari Menteri Kesehatan.

“Saat ini kita terus mengikuti perkembangan dari pusat, serta mengikuti petunjuk-petunjuk dari ahli kesehatan, dokter dan paramedis yang memahami tentang viru corona ini. Kita juga sedang menunggu arahan dari pusat dan Dinas Kesehatan (Dinkes) apa Standar Operasional Prosedur (SOP) yang akan dikeluarkan,” imbuhnya

Jika nanti Menkes RI melalui Dinkes memberlakukan kebijakan wajib melakukan pemeriksaan bagi siswa usia sekolah di Puskemas dan klinik kesehatan, atau mendatangkan tim kesehatan ke sekolah-sekolah, pihaknya akan membuat selebaran terkait hal tersebut. (gus/ian/map)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/