26.7 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Ekonomi AS Membaik, Rupiah Melemah

Rupiah meleha terhadap Dolar AS
Rupiah meleha terhadap Dolar AS

SUMUTPOS.CO – Nilai tukar Rupiah kembali melemah di kisaran Rp 11.540 hingga Rp11.560 per US Dolar. Membaiknya sejumlah data yang diterbitkan oleh ekonomi AS akhir pekan lalu menjadi pemicu penguatan US Dolar, dan menekan sejumlah mata uang utama dunia tanpa terkecuali mata uang Rupiah.

Analis Keuangan Sumatera Utara Gunawan Benjamin mengatakan, spekulasi pengurangan stimulus AS menjadi salah satu pemicu memburuknya Rupiah. Disebutkannya, tekanan terhadap Rupiah diperkirakan akan mendekati Rp12 ribu per US Dolar, bila defisit neraca perdagangan belum menunjukkan tanda perbaikan dan tren penguatan US Dolar terjadi di pasar global.

Selain itu, katanya, sentimen eksternal banyak menekan pergerakan Rupiah pada hari ini (kemarin,Red). Hal ini tentunya membutuhkan antisipasi di level domestik. Parahnya, peningkatan cadangan devisa akhir-akhir ini diyakini tidak akan banyak membantu. Ruang intervensi pemerintah untuk melakukan stabilisasi Rupiah dengan menguras cadangan devisa jelas bisa memperburuk keadaan.

“Intervensi tetap dibutuhkan untuk meredam gejolak Rupiah dalam jangka pendek. Namun yang paling utama adalah menumpuk cadangan devisa lebih banyak lagi untuk mengatasi gejolak Rupiah. Bila menahan pelemahan Rupiah dengan cadangan devisa yang di bawah $100 miliar, maka kondisi tersebut tidak akan banyak membantu Rupiah untuk menguat dalam jagka panjang,”ungkapnya.

Sebagai solusinya, kata Gunawan, jalan terbaik adalah menekan impor, konsekuensinya adalah maka kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi domestik akan mengalami gangguan. Namun, tambahnya, itu bukanlah merupakan pilihan yang baik karena saat ini kita tengah dihadapkan pada banyak kemungkinan buruk seiring dengan langkah kita melakukan harmonisasi terhadap rencana kebijakan di AS.

 

“Menekan laju pertumbuhan ekonomi domestik yang juga diikuti menekan impor juga bukan menjadi pilihan yang mudah untuk dipilih. Atau, kita nantinya lebih memilih untuk menjadi pasien IMF dalam melakukan penyelamatan sektor keuangan kita tersebut,”katanya.

Untuk itu, katanya, upaya-upaya apapun harus kita lakukan saat ini juga. Artinya, kita jangan sampai kebobolan untuk mengatasi masalah ini. Karena indikasi-indikasi turbulensi di sektor keuangan yang bisa saja memunculkan kemungkinan-kemungkinan buruk seperti krisis ekonomi sudah mulai terlihat.

“Semua opsi harus dievaluasi segera, bahkan opsi yang paling buruk sekalipun. Namun pastikan kita telah melakukan serangkaian kebijakan yang paling diutamakan, hingga kita memilih nantinya untuk mengambil pilihan paling tidak disukai yaitu menjadi pasien IMF, disaat semua opsi yang lain telah diupayakan sebelumnya, seperti menaikkan BI Rate salah satunya,”tegasnya.

Gunawan menyimpulkan, pengurangan stimulus hanyalah masalah waktu semata. Siapapun nanti yang akan memimpin Bank Sentral AS, bisa dipastikan kebijakanna akan linier dengan sejumlah data yang dirilis AS. Yakni mengurangi stimulus saat ekonomi AS mulai membaik. Dan ini akan menjadi masalah seirus buat kita semua. (tri)

Rupiah meleha terhadap Dolar AS
Rupiah meleha terhadap Dolar AS

SUMUTPOS.CO – Nilai tukar Rupiah kembali melemah di kisaran Rp 11.540 hingga Rp11.560 per US Dolar. Membaiknya sejumlah data yang diterbitkan oleh ekonomi AS akhir pekan lalu menjadi pemicu penguatan US Dolar, dan menekan sejumlah mata uang utama dunia tanpa terkecuali mata uang Rupiah.

Analis Keuangan Sumatera Utara Gunawan Benjamin mengatakan, spekulasi pengurangan stimulus AS menjadi salah satu pemicu memburuknya Rupiah. Disebutkannya, tekanan terhadap Rupiah diperkirakan akan mendekati Rp12 ribu per US Dolar, bila defisit neraca perdagangan belum menunjukkan tanda perbaikan dan tren penguatan US Dolar terjadi di pasar global.

Selain itu, katanya, sentimen eksternal banyak menekan pergerakan Rupiah pada hari ini (kemarin,Red). Hal ini tentunya membutuhkan antisipasi di level domestik. Parahnya, peningkatan cadangan devisa akhir-akhir ini diyakini tidak akan banyak membantu. Ruang intervensi pemerintah untuk melakukan stabilisasi Rupiah dengan menguras cadangan devisa jelas bisa memperburuk keadaan.

“Intervensi tetap dibutuhkan untuk meredam gejolak Rupiah dalam jangka pendek. Namun yang paling utama adalah menumpuk cadangan devisa lebih banyak lagi untuk mengatasi gejolak Rupiah. Bila menahan pelemahan Rupiah dengan cadangan devisa yang di bawah $100 miliar, maka kondisi tersebut tidak akan banyak membantu Rupiah untuk menguat dalam jagka panjang,”ungkapnya.

Sebagai solusinya, kata Gunawan, jalan terbaik adalah menekan impor, konsekuensinya adalah maka kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi domestik akan mengalami gangguan. Namun, tambahnya, itu bukanlah merupakan pilihan yang baik karena saat ini kita tengah dihadapkan pada banyak kemungkinan buruk seiring dengan langkah kita melakukan harmonisasi terhadap rencana kebijakan di AS.

 

“Menekan laju pertumbuhan ekonomi domestik yang juga diikuti menekan impor juga bukan menjadi pilihan yang mudah untuk dipilih. Atau, kita nantinya lebih memilih untuk menjadi pasien IMF dalam melakukan penyelamatan sektor keuangan kita tersebut,”katanya.

Untuk itu, katanya, upaya-upaya apapun harus kita lakukan saat ini juga. Artinya, kita jangan sampai kebobolan untuk mengatasi masalah ini. Karena indikasi-indikasi turbulensi di sektor keuangan yang bisa saja memunculkan kemungkinan-kemungkinan buruk seperti krisis ekonomi sudah mulai terlihat.

“Semua opsi harus dievaluasi segera, bahkan opsi yang paling buruk sekalipun. Namun pastikan kita telah melakukan serangkaian kebijakan yang paling diutamakan, hingga kita memilih nantinya untuk mengambil pilihan paling tidak disukai yaitu menjadi pasien IMF, disaat semua opsi yang lain telah diupayakan sebelumnya, seperti menaikkan BI Rate salah satunya,”tegasnya.

Gunawan menyimpulkan, pengurangan stimulus hanyalah masalah waktu semata. Siapapun nanti yang akan memimpin Bank Sentral AS, bisa dipastikan kebijakanna akan linier dengan sejumlah data yang dirilis AS. Yakni mengurangi stimulus saat ekonomi AS mulai membaik. Dan ini akan menjadi masalah seirus buat kita semua. (tri)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/