26.6 C
Medan
Wednesday, May 1, 2024

Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Gubsu Diminta Segera Belanjakan APBD

Foto: Dame/Sumut Pos
Kepala  BI Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat (dua kiri), pada acara Pra-Diseminasi dan Penjaringan Masukan Perekonomian Sumut periode Februari 2020, di Medan, Jumat (21/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setiap triwulan I dan II, ekonomi Sumatera Utara selalu tumbuh di bawah proyeksi. Hal itu disebabkan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) biasanya belum maksimal. Karena itu, Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara mendorong para kepala daerah se-Sumut untuk segera membelanjakan APBD-nya di triwulan I dan II.

“Jangan menunggu hingga triwulan III dan IV. Karena justru menghambat pertumbuhan ekonomi Sumut. APBD itu memberi darah pada pertumbuhan ekonomi. Kalau bisa, para kepala daerah, khususnya gubernur bisa mempercepat belanja-belanja gede dari APBD. Dampak pengeluaran pemerintah pada triwulan I dan II memberi multiplier effect yang berbeda dibanding pengeluaran hanya di triwulan III dan IV,” kata Kepala  BI Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, pada acara Pra-Diseminasi dan Penjaringan Masukan Perekonomian Sumut periode Februari 2020, di Medan, Jumat (21/2).

Selain belanja gede di triwulan I dan II, Wiwiek juga meminta agar APBD se-Sumut –baik tingkat provinsi maupun kota/kabupaten–, dihabiskan setiap tahun. “BI mendorong gubernur dan para bupati/wali kota agar menggunakan APBD secara efektif dan efisien. Selama ini, selalu ada Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (Silpa) mencapai Rp25 triliun-35 triliun setiap tahun. Ini tidak efektif. Seharusnya semua APBD dihabiskan karena sangat signifikan mendorong pertumbuhan perekonomian Sumut,” katanya.

Selain menyinggung mengenai kontribusi APBD, Wiwiek juga mengatakan wabah virus Corona atau COVID-19 yang melanda China dan sejumlah negara memberikan dampak terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Sebelumnya, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sumut dari 5,1 hingga 5,5 persen tahun 2020 ini. Karena virus corona, proyeksi dikoreksi menjadi di bawah 5. “Semua negara juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Wabah virus Corona juga menurunkan devisa dari sektor pariwisata. Di mana selama tahun 2019, turis dari Cina ke Sumut adalah terbanyak ketiga setelah turis Malaysia dan Singapura. Total tahun 2019 mencapai 9.600-an turis dari Cina. “Jika wabah Corona tidak bisa diselesaikan pada semester I tahun ini, potensi devisa dari sektor pariwisata pasti akan turun. Karena tiap turis diproyeksikan menghabiskan sekitar 1.000-1.200 USD selama di Sumut,” katanya.

Masih tentang pertumbuhan ekonomi Sumut, Wwiek meminta agar para kepala daerah menerapkan seluruh tranksasi APBD nontunai secara online. Karena telah terbukti mampu meningkatkan pendapatan daerah. “Roadmap tahun 2021-2022, BI mendorong penggunaan APBD menggunakan transaksi nontunai online. Gunakan berbagai aplikasi pembayaran, bisa juga dengan kartu. Gunakan QRCode yang diterbitkan oleh BI. Bisa digunakan untuk dompet apapun,” katanya.

QRIS, yaitu QRCode milik BI, akan mulai dikampanyekan bulan Maret 2020. (mea)

Foto: Dame/Sumut Pos
Kepala  BI Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat (dua kiri), pada acara Pra-Diseminasi dan Penjaringan Masukan Perekonomian Sumut periode Februari 2020, di Medan, Jumat (21/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setiap triwulan I dan II, ekonomi Sumatera Utara selalu tumbuh di bawah proyeksi. Hal itu disebabkan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) biasanya belum maksimal. Karena itu, Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara mendorong para kepala daerah se-Sumut untuk segera membelanjakan APBD-nya di triwulan I dan II.

“Jangan menunggu hingga triwulan III dan IV. Karena justru menghambat pertumbuhan ekonomi Sumut. APBD itu memberi darah pada pertumbuhan ekonomi. Kalau bisa, para kepala daerah, khususnya gubernur bisa mempercepat belanja-belanja gede dari APBD. Dampak pengeluaran pemerintah pada triwulan I dan II memberi multiplier effect yang berbeda dibanding pengeluaran hanya di triwulan III dan IV,” kata Kepala  BI Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, pada acara Pra-Diseminasi dan Penjaringan Masukan Perekonomian Sumut periode Februari 2020, di Medan, Jumat (21/2).

Selain belanja gede di triwulan I dan II, Wiwiek juga meminta agar APBD se-Sumut –baik tingkat provinsi maupun kota/kabupaten–, dihabiskan setiap tahun. “BI mendorong gubernur dan para bupati/wali kota agar menggunakan APBD secara efektif dan efisien. Selama ini, selalu ada Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (Silpa) mencapai Rp25 triliun-35 triliun setiap tahun. Ini tidak efektif. Seharusnya semua APBD dihabiskan karena sangat signifikan mendorong pertumbuhan perekonomian Sumut,” katanya.

Selain menyinggung mengenai kontribusi APBD, Wiwiek juga mengatakan wabah virus Corona atau COVID-19 yang melanda China dan sejumlah negara memberikan dampak terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Sebelumnya, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sumut dari 5,1 hingga 5,5 persen tahun 2020 ini. Karena virus corona, proyeksi dikoreksi menjadi di bawah 5. “Semua negara juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Wabah virus Corona juga menurunkan devisa dari sektor pariwisata. Di mana selama tahun 2019, turis dari Cina ke Sumut adalah terbanyak ketiga setelah turis Malaysia dan Singapura. Total tahun 2019 mencapai 9.600-an turis dari Cina. “Jika wabah Corona tidak bisa diselesaikan pada semester I tahun ini, potensi devisa dari sektor pariwisata pasti akan turun. Karena tiap turis diproyeksikan menghabiskan sekitar 1.000-1.200 USD selama di Sumut,” katanya.

Masih tentang pertumbuhan ekonomi Sumut, Wwiek meminta agar para kepala daerah menerapkan seluruh tranksasi APBD nontunai secara online. Karena telah terbukti mampu meningkatkan pendapatan daerah. “Roadmap tahun 2021-2022, BI mendorong penggunaan APBD menggunakan transaksi nontunai online. Gunakan berbagai aplikasi pembayaran, bisa juga dengan kartu. Gunakan QRCode yang diterbitkan oleh BI. Bisa digunakan untuk dompet apapun,” katanya.

QRIS, yaitu QRCode milik BI, akan mulai dikampanyekan bulan Maret 2020. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/