26.7 C
Medan
Tuesday, April 30, 2024

Triwulan II-2017, Ekonomi Sumut Tumbuh 5,09 Persen

Karyawan kebun sedang mengangkat buah kelapa sawit yang baru dipanen di perkebunan di kawasan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 5,09 persen. Laju pertumbuhan tersebut meningkat tajam dibandingkan triwulan pertama yang hanya mencapai 4,50 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut Arief Budi Santoso mengatakan, dengan kondisi pertumbuhan ini menunjukkan bahwa ekonomi Sumatera Utara masih cukup kuat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan investasi di tengah permintaan domestik yang sedikit melambat.

Namun demikian, permintaan domestik masih tumbuh tinggi dan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Kegiatan investasi terkait dengan membaiknya kinerja industri pengolahan, merespons peningkatan ekspor luar negeri khususnya komoditas CPO.

“Konsumsi yang masih cukup solid seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat karena THR, penerimaan ekspor dan gaji ke 14. Perbaikan ekspor luar negeri diindikasikan terkait dengan perbaikan permintaan, disamping kenaikan harga komoditas,” ujar Arief, Selasa (8/8).

Menurutnya, situasi pasar internasional saat ini cukup kondusif dalam menopang perbaikan kinerja ekspor tersebut. Ekonomi beberapa mitra dagang seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada triwulan II 2017 pada umumnya membaik.

“Pada triwulan II-2017, perekonomian Tiongkok dan Amerika Serikat menguat masing-masing menjadi 6,9 persen dan 2,1 persen dari 6,7 persen dan 1,2 persen pada triwulan I 2017. Selain itu, tingkat pertumbuhan harga CPO yang relatif masih positif juga ikut mendorong perbaikan kinerja ekspor luar negeri,” cetus Arief.

Diutarakannya, disisi lain ekspor antar daerah kembali mengalami penurunan seiring dengan kinerja sektor pertanian tanaman pangan yang kurang menggembirakan karena terkendala penyediaan air irigasi.

Meski begitu, konsumsi rumah tangga masih solid yang tercermin pada hasil Survei Konsumen, yang menunjukkan optimisme cukup kuat. Namun, ditengah kondisi ekonomi yang belum pulih konsumen rumah tangga cenderung mengalokasikan peningkatan pendapatannya, seperti THR, penerimaan ekspor dan gaji ke-14 untuk konsumsi maupun nonkonsumsi misalnya biaya pendidikan sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru.

Selain itu, sumber pendapatan tersebut diindikasikan dialokasikan dalam bentuk tabungan. Hal tersebut tercermin dari jumlah tabungan dan deposito perorangan yang meningkat dari triwulan I 2017.

“Perilaku rumah tangga tersebut juga terlihat pada hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang pada triwulan II 2017 yang menunjukkan kecenderungan pengeluaran untuk konsumsi menurun. Sedangkan, kecenderungan untuk menabung meningkat. Sementara, konsumsi pemerintah relatif menurun terutama karena realisasi gaji ke-13 yang mundur menjadi bulan Juli 2017,” kata Arief.

Lebih jauh dia mengatakan, secara sektoral kinerja 4 sektor utama yaitu pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi pada triwulan II-2017 cenderung meningkat. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, khususnya subsektor perkebunan.

“Puncak panen kelapa sawit yang jatuh pada triwulan II tahun ini dan perbaikan permintaan dunia serta pertumbuhan harga CPO yang masih positif, telah menopang peningkatan kinerja subsektor perkebunan khususnya kelapa sawit. Perbaikan subsektor perkebunan tersebut mendorong peningkatan kinerja sektor industri pengolahan,” jabarnya.

Ia menuturkan, ke depan perbaikan ekonomi Sumatera Utara masih cukup positif. Kondisi itu didorong oleh ekspektasi perbaikan sektor eksternal dan tetap kuatnya permintaan domestik.

Prospek harga komoditas perkebunan masih cukup baik yang turut terkonfirmasi dari hasil yang tetap optimis terhadap kondisi perekonomian ke depan. Selain itu, permintaan akan komoditas unggulan Sumatera Utara baik dari domestik dan eksternal juga masih cukup kuat, seiring dengan mulai terdiversifikasinya negara tujuan ekspor dan semakin meningkatnya perdagangan antar daerah khususnya terkait dengan kebijakan biodiesel.

Karyawan kebun sedang mengangkat buah kelapa sawit yang baru dipanen di perkebunan di kawasan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 5,09 persen. Laju pertumbuhan tersebut meningkat tajam dibandingkan triwulan pertama yang hanya mencapai 4,50 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut Arief Budi Santoso mengatakan, dengan kondisi pertumbuhan ini menunjukkan bahwa ekonomi Sumatera Utara masih cukup kuat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan investasi di tengah permintaan domestik yang sedikit melambat.

Namun demikian, permintaan domestik masih tumbuh tinggi dan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Kegiatan investasi terkait dengan membaiknya kinerja industri pengolahan, merespons peningkatan ekspor luar negeri khususnya komoditas CPO.

“Konsumsi yang masih cukup solid seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat karena THR, penerimaan ekspor dan gaji ke 14. Perbaikan ekspor luar negeri diindikasikan terkait dengan perbaikan permintaan, disamping kenaikan harga komoditas,” ujar Arief, Selasa (8/8).

Menurutnya, situasi pasar internasional saat ini cukup kondusif dalam menopang perbaikan kinerja ekspor tersebut. Ekonomi beberapa mitra dagang seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada triwulan II 2017 pada umumnya membaik.

“Pada triwulan II-2017, perekonomian Tiongkok dan Amerika Serikat menguat masing-masing menjadi 6,9 persen dan 2,1 persen dari 6,7 persen dan 1,2 persen pada triwulan I 2017. Selain itu, tingkat pertumbuhan harga CPO yang relatif masih positif juga ikut mendorong perbaikan kinerja ekspor luar negeri,” cetus Arief.

Diutarakannya, disisi lain ekspor antar daerah kembali mengalami penurunan seiring dengan kinerja sektor pertanian tanaman pangan yang kurang menggembirakan karena terkendala penyediaan air irigasi.

Meski begitu, konsumsi rumah tangga masih solid yang tercermin pada hasil Survei Konsumen, yang menunjukkan optimisme cukup kuat. Namun, ditengah kondisi ekonomi yang belum pulih konsumen rumah tangga cenderung mengalokasikan peningkatan pendapatannya, seperti THR, penerimaan ekspor dan gaji ke-14 untuk konsumsi maupun nonkonsumsi misalnya biaya pendidikan sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru.

Selain itu, sumber pendapatan tersebut diindikasikan dialokasikan dalam bentuk tabungan. Hal tersebut tercermin dari jumlah tabungan dan deposito perorangan yang meningkat dari triwulan I 2017.

“Perilaku rumah tangga tersebut juga terlihat pada hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang pada triwulan II 2017 yang menunjukkan kecenderungan pengeluaran untuk konsumsi menurun. Sedangkan, kecenderungan untuk menabung meningkat. Sementara, konsumsi pemerintah relatif menurun terutama karena realisasi gaji ke-13 yang mundur menjadi bulan Juli 2017,” kata Arief.

Lebih jauh dia mengatakan, secara sektoral kinerja 4 sektor utama yaitu pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi pada triwulan II-2017 cenderung meningkat. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, khususnya subsektor perkebunan.

“Puncak panen kelapa sawit yang jatuh pada triwulan II tahun ini dan perbaikan permintaan dunia serta pertumbuhan harga CPO yang masih positif, telah menopang peningkatan kinerja subsektor perkebunan khususnya kelapa sawit. Perbaikan subsektor perkebunan tersebut mendorong peningkatan kinerja sektor industri pengolahan,” jabarnya.

Ia menuturkan, ke depan perbaikan ekonomi Sumatera Utara masih cukup positif. Kondisi itu didorong oleh ekspektasi perbaikan sektor eksternal dan tetap kuatnya permintaan domestik.

Prospek harga komoditas perkebunan masih cukup baik yang turut terkonfirmasi dari hasil yang tetap optimis terhadap kondisi perekonomian ke depan. Selain itu, permintaan akan komoditas unggulan Sumatera Utara baik dari domestik dan eksternal juga masih cukup kuat, seiring dengan mulai terdiversifikasinya negara tujuan ekspor dan semakin meningkatnya perdagangan antar daerah khususnya terkait dengan kebijakan biodiesel.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/