31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Bisnis Online Jadi Tantangan Retail

Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perkembangan teknologi, memberikan imbas di berbagai sektor usaha, termasuk retail. Untuk mampu bersaing, dibutuhkan strategi pemasaran agar terus bertahan dengan tren bisnis online yang terus bertumbuh.

Hal ini terungkap dalam seminar yang digelar Alfamidi bekerjasama dengan Pres Mahasiswa Pijar bertajuk ‘Trend ritel dan tantangan pers zaman now’ yang diselenggarakan Alfamidi dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2018, Jumat (23/2) di Fakultas Fisip Universitas Sumatera Utara (USU).

Dalam kesempatan tersebut, Marketing Manager Alfamidi Medan, Rudi Irwansyah  menyatakan, perubahan pola konsumsi ini sudah terjadi sejak tahun 2007 silam. Hanya saja penurunanya, tidak terlalu signifikan. Namun, belakangan perubahan pola konsumsi ini terus menggerus bisnis konvensional. Tidak hanya ritel semata.

“Strategi marketing ini yang kita kejar. Online harus tetap dikerjakan dan bekerjasama dengan corporate yang konsern dengan online, apakah medsos seperti line maupun go jek untuk go martnya,”ujarnya.

“Di zaman now,  ritel juga mengalami imbas dari hoax. Jangankan dionline,  untuk diiklan saja kadang-kadang ada yang hoax. Kami juga pernah mengalami beberapa kali kasus promosi yang ternyata bukan kita yang buat. Tetapi ada orang yang buat mengatasnamakan Alfamidi. Mereka mencari followers, ketika followersnya banyak, mereka jual account mereka,” tambahnya.

Meski pola konsumsi masyarakat bergeser, namun untuk pola konvensional juga tetap dibutuhkan konsumen. “Kita harus ikuti perkembangan zaman dengan segmen online. Tapi konsep konvensional juga masih diperlukan, karena orang beli beras saja, tidak mungkin secara online. Sebab yang banyak belanja online itu, fashion. Makanya strategi kita antara online dan offline harus sejalan,”tandasnya.

Sementara M.Abrar menuturkan hoax menjadi tantangan terbesar saat ini bagi dunia pers. Pernyataan ini dikutipnya dari sebuah artikel yang menuliskan perkataan Presiden RI Jokowi saat memberikan kata sambutan dalam peringatan Hari Pers Nasional 2018, pada 9 Februari lalu.

“Ya itu benar. Hoax adalah tantangan bagi dunia pers saat ini,” Abrar yang juga presenter Salam TV itu. Abrar menyebutkan berita hoax mampu membuat kehidupan seseorang, golongan, atau negara menjadi tidak stabil. Walaupun pada akhirnya berita hoax tersebut sudah diklarifikasi tidak benar, nyatanya telah memberikan dampak pada kehidupan objek pemberitaan hoax.

“Walaupun berita hoax itu enggak benar, tetap saja sudah tersebar dan membuat siapa atau apa yang diberitakan menjadi bulan-bulanan konsumsi publik. Kalau publik yang mengerti mungkin dia akan mencari tahu, benar enggak nih. Tapi bagi publik yang tidak menyaring informasi itu akan ditelannya. Ini bahaya sebenarnya,” ungkapnya.

Untuk itu, insan pers diharapkan bersatu menghadang berita hoax. Caranya adalah dengan melakukan observasi secara nyata dan detail terhadap sebuah permasalahan yang diperkirakan akan menimbulkan efek menyeluruh bagi publik. (ram)

 

Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perkembangan teknologi, memberikan imbas di berbagai sektor usaha, termasuk retail. Untuk mampu bersaing, dibutuhkan strategi pemasaran agar terus bertahan dengan tren bisnis online yang terus bertumbuh.

Hal ini terungkap dalam seminar yang digelar Alfamidi bekerjasama dengan Pres Mahasiswa Pijar bertajuk ‘Trend ritel dan tantangan pers zaman now’ yang diselenggarakan Alfamidi dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2018, Jumat (23/2) di Fakultas Fisip Universitas Sumatera Utara (USU).

Dalam kesempatan tersebut, Marketing Manager Alfamidi Medan, Rudi Irwansyah  menyatakan, perubahan pola konsumsi ini sudah terjadi sejak tahun 2007 silam. Hanya saja penurunanya, tidak terlalu signifikan. Namun, belakangan perubahan pola konsumsi ini terus menggerus bisnis konvensional. Tidak hanya ritel semata.

“Strategi marketing ini yang kita kejar. Online harus tetap dikerjakan dan bekerjasama dengan corporate yang konsern dengan online, apakah medsos seperti line maupun go jek untuk go martnya,”ujarnya.

“Di zaman now,  ritel juga mengalami imbas dari hoax. Jangankan dionline,  untuk diiklan saja kadang-kadang ada yang hoax. Kami juga pernah mengalami beberapa kali kasus promosi yang ternyata bukan kita yang buat. Tetapi ada orang yang buat mengatasnamakan Alfamidi. Mereka mencari followers, ketika followersnya banyak, mereka jual account mereka,” tambahnya.

Meski pola konsumsi masyarakat bergeser, namun untuk pola konvensional juga tetap dibutuhkan konsumen. “Kita harus ikuti perkembangan zaman dengan segmen online. Tapi konsep konvensional juga masih diperlukan, karena orang beli beras saja, tidak mungkin secara online. Sebab yang banyak belanja online itu, fashion. Makanya strategi kita antara online dan offline harus sejalan,”tandasnya.

Sementara M.Abrar menuturkan hoax menjadi tantangan terbesar saat ini bagi dunia pers. Pernyataan ini dikutipnya dari sebuah artikel yang menuliskan perkataan Presiden RI Jokowi saat memberikan kata sambutan dalam peringatan Hari Pers Nasional 2018, pada 9 Februari lalu.

“Ya itu benar. Hoax adalah tantangan bagi dunia pers saat ini,” Abrar yang juga presenter Salam TV itu. Abrar menyebutkan berita hoax mampu membuat kehidupan seseorang, golongan, atau negara menjadi tidak stabil. Walaupun pada akhirnya berita hoax tersebut sudah diklarifikasi tidak benar, nyatanya telah memberikan dampak pada kehidupan objek pemberitaan hoax.

“Walaupun berita hoax itu enggak benar, tetap saja sudah tersebar dan membuat siapa atau apa yang diberitakan menjadi bulan-bulanan konsumsi publik. Kalau publik yang mengerti mungkin dia akan mencari tahu, benar enggak nih. Tapi bagi publik yang tidak menyaring informasi itu akan ditelannya. Ini bahaya sebenarnya,” ungkapnya.

Untuk itu, insan pers diharapkan bersatu menghadang berita hoax. Caranya adalah dengan melakukan observasi secara nyata dan detail terhadap sebuah permasalahan yang diperkirakan akan menimbulkan efek menyeluruh bagi publik. (ram)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/