25.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Harga Gabah Anjlok, Padi Petani di Sumut Menjerit

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Seorang petani menanam bibit padi di persawahan jalan Abdul Hakim Tanjung Sari Medan, Selasa (17/6). Saat ini memasuki musim tanam.

Peraturan ini, sangat merugikan petani dimana harga pupuk subsidi pemerintah di tingkat petani, khususnya wilayah Desa Paya Lombang seperti Pupuk Urea satu kantong ukuran 50 Kg mencapai Rp110.000 per sak, Pupuk ZA bersubsidi seharga Rp90.000 per sak dan pupuk buah Poska mencapai Rp110.000 per sak.

Seorang petani, Sumanjaya (42), warga Desa Paya Lombang, Kecamatan Tebingtinggi, mengaku harga yang dibuat pemerintah ini sudah pasti akan membunuh petani, dengan harga jual gabah siap panen Rp3.600 tersebut. Modal para petani tidak akan kembali dan sudah tentu petani merugi, untuk pengolahan saja jelas Sumanjaya, seperti pengolahan tanah dengan mesin jetor untuk perante mencapai Rp55.000, upah tanam dan cabut bibi padi mencapai Rp55.000 perante. “Itu untuk pengolahan dan massa tanam saja,” tegas Sumanjaya.

Sedangkan untuk masa perawatan tanaman padi yang banyak hama, rata rata petani mengeluarkan uang Rp 1 juta untuk membeli pestisida untuk membunuh hama padi, belum lagi ditambah dengan upah kerja buruh. “Kami minta pemerintah batalkan harga yang ditetapkan karena belum disahkan DPR, isu ini sudah termakan oleh para agen pembeli padi, terakhir para tengkulak memainkan trik isu ini untuk mencari keuntungan,” terangnya.

Jelas Sumanjaya kembali, apalagi pemerintah tetap memberlakukan harga gabah siap panen Rp3.700 per Kg, Gabah kering Rp4.700 per Kg dan harga beras Rp9.000 per Kg untuk medium, para petani di Desa Paya Lombang ini berkomitmen tidak akan menjual padinya, padi hasil panen dari ladang akan disimpan serta dijemur kering dirumah, baru petani akan menggilingnya dan menjual harga beras, itupun jika pemerintah masih tetap bertahan.

“Mengapa pemerintah ini selalu mengambil kebijakan selalu merugikan petani, tetapi jika pemerintah bisa menurunkan harga pupuk dan racun pestisida, kita petani masih bisa bernafas lega,” bilang Sumanjaya.

Sementara petani lainnya di Kecamatan Beringin dan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang mengatakan, harga GKP di sana Rp4.200 per Kg. Harga itupun tidak sebanding dengan biaya produksi. Saat ini harga GKP Rp4200 per kilogram. Padahal, biaya produksi menanam padi hingga panen dibutuhkan biaya Rp1 juta per hektar (ukuran 20 kali 20 meter). Setiap panen per hektar menghasilkan 200-300 kilogram padi kering panen. “Kalau sawanya pakai pompa hasilnya per hektar 200 kilogram. Bila sawa irigasi dapat menghasilkan panen 300 kilogram padi,” bilangnya.

Dilanjutkannya, bila 300 kilogram dikali Rp4.200 maka petani akan mendapat keuntungan kotor Rp1.260.000. Bila dikurangkan dengan biaya produksi maka petani hanya mendapat keuntungan Rp260 ribu per hektar. “Bila demikian terus menerus maka diprediksi petani akan berahli ke tanaman lain yang banyak menghasilkan untung,” ungkap Hulman yang memiliki sawah seluas delapan hekater itu.

Ditambahkannya, harga padi kering panen tidak jauh beda dengan harga padi kering giling. Ditingkatan petani harga padi kering giling dihargai Rp5.200 per kilogram. Selilih harga padi kering panen dan padi kering giling jauh. Namun, bila dihitung ulang harga itu termasuk masih rendah.

Soalnya bila padi kering giling petani harus menjemur padinya. Makanya dibutuhkan biaya tambahan.”Kita  harus keluarkan upah buruh untuk menjemur padi. Tentu terkena biaya lagi,” ucapnya.

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Seorang petani menanam bibit padi di persawahan jalan Abdul Hakim Tanjung Sari Medan, Selasa (17/6). Saat ini memasuki musim tanam.

Peraturan ini, sangat merugikan petani dimana harga pupuk subsidi pemerintah di tingkat petani, khususnya wilayah Desa Paya Lombang seperti Pupuk Urea satu kantong ukuran 50 Kg mencapai Rp110.000 per sak, Pupuk ZA bersubsidi seharga Rp90.000 per sak dan pupuk buah Poska mencapai Rp110.000 per sak.

Seorang petani, Sumanjaya (42), warga Desa Paya Lombang, Kecamatan Tebingtinggi, mengaku harga yang dibuat pemerintah ini sudah pasti akan membunuh petani, dengan harga jual gabah siap panen Rp3.600 tersebut. Modal para petani tidak akan kembali dan sudah tentu petani merugi, untuk pengolahan saja jelas Sumanjaya, seperti pengolahan tanah dengan mesin jetor untuk perante mencapai Rp55.000, upah tanam dan cabut bibi padi mencapai Rp55.000 perante. “Itu untuk pengolahan dan massa tanam saja,” tegas Sumanjaya.

Sedangkan untuk masa perawatan tanaman padi yang banyak hama, rata rata petani mengeluarkan uang Rp 1 juta untuk membeli pestisida untuk membunuh hama padi, belum lagi ditambah dengan upah kerja buruh. “Kami minta pemerintah batalkan harga yang ditetapkan karena belum disahkan DPR, isu ini sudah termakan oleh para agen pembeli padi, terakhir para tengkulak memainkan trik isu ini untuk mencari keuntungan,” terangnya.

Jelas Sumanjaya kembali, apalagi pemerintah tetap memberlakukan harga gabah siap panen Rp3.700 per Kg, Gabah kering Rp4.700 per Kg dan harga beras Rp9.000 per Kg untuk medium, para petani di Desa Paya Lombang ini berkomitmen tidak akan menjual padinya, padi hasil panen dari ladang akan disimpan serta dijemur kering dirumah, baru petani akan menggilingnya dan menjual harga beras, itupun jika pemerintah masih tetap bertahan.

“Mengapa pemerintah ini selalu mengambil kebijakan selalu merugikan petani, tetapi jika pemerintah bisa menurunkan harga pupuk dan racun pestisida, kita petani masih bisa bernafas lega,” bilang Sumanjaya.

Sementara petani lainnya di Kecamatan Beringin dan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang mengatakan, harga GKP di sana Rp4.200 per Kg. Harga itupun tidak sebanding dengan biaya produksi. Saat ini harga GKP Rp4200 per kilogram. Padahal, biaya produksi menanam padi hingga panen dibutuhkan biaya Rp1 juta per hektar (ukuran 20 kali 20 meter). Setiap panen per hektar menghasilkan 200-300 kilogram padi kering panen. “Kalau sawanya pakai pompa hasilnya per hektar 200 kilogram. Bila sawa irigasi dapat menghasilkan panen 300 kilogram padi,” bilangnya.

Dilanjutkannya, bila 300 kilogram dikali Rp4.200 maka petani akan mendapat keuntungan kotor Rp1.260.000. Bila dikurangkan dengan biaya produksi maka petani hanya mendapat keuntungan Rp260 ribu per hektar. “Bila demikian terus menerus maka diprediksi petani akan berahli ke tanaman lain yang banyak menghasilkan untung,” ungkap Hulman yang memiliki sawah seluas delapan hekater itu.

Ditambahkannya, harga padi kering panen tidak jauh beda dengan harga padi kering giling. Ditingkatan petani harga padi kering giling dihargai Rp5.200 per kilogram. Selilih harga padi kering panen dan padi kering giling jauh. Namun, bila dihitung ulang harga itu termasuk masih rendah.

Soalnya bila padi kering giling petani harus menjemur padinya. Makanya dibutuhkan biaya tambahan.”Kita  harus keluarkan upah buruh untuk menjemur padi. Tentu terkena biaya lagi,” ucapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/