25 C
Medan
Thursday, May 23, 2024

Ada Kepuasan Tersendiri

Natalina Hutabarat,  Dokter Gigi yang Aktif di Kegiatan Sosial

Jangan takut untuk berbagi dengan orang lain. Kita memang perlu uang, tapi uang bukan tolak ukur dari kebahagiaan. Itulah prinsip yang mendasari Drg Natalina Hutabarat Mkes, dokter gigi yang banyak meluangkan waktunya untuk kegiatan sosial membantu masyarakat kurang mampu.

MEDAN – Bagi Natalina, menjadi seorang dokter spesialis gigi, bukan berarti tidak bisa langsung terjun ke masyarakat dan melakukan yang terbaik demi khalayak ramai secara sukarela. Wanita ini pun kerap mengadakan kegiatan kesehatan untuk kalangan menengah ke bawah “Saya suka kegiatan sosial dan terlibat langsung di masyarakat. Apalagi berbaur dengan kalangan kurang mampu. Ada kepuasan tersendiri jika melihat mereka mendapat pelayanan kesehatan dengan baik,” kata wanita yang menjabat sebagai Penanggungjawab Lapangan Puskesmas Padang Bulan Selayang ini.

Pengalaman berkesanpun banyak dialami Natalina. “Pernah kita adakan pengobatan massal di daerah Dolok Sanggul. Tapi, pihak Pemkabnya terkesan kurang peduli. Malam itu saya bersama teman medis lainnya mendirikan tenda. Padahal saat itu hujan deras dan teman lain sudah pada mau menyerah. Tapi kita terus bekerja dan ternyata besoknya ribuan orang mengikuti pengobatan gratis itu,” terang wanita kelahiran Tebing Tinggi 26 Desember 1964 yang tinggal di Jalan KH Wahid Hasyim No 40/41 Medan ini.

Diakuinya, cemoohan kerap dialaminya karena terlalu aktif dalam kegiatan sosial dan bekerja secara sukarela. “Memang tak semua perbuatan baik, terlihat baik dimata orang. Teman saya pernah nanya, ngapain saya sibuk ngadain kegiatan sosial dan pengobatan massal untuk masyarakat miskin. Tapi tidak begitu saya hiraukan. Pada akhirnya mereka juga ikut dengan kegiatan sosial itu,” jelasnya.

Dikatakan Natalina persoalan yang dihadapi dalam masyarakat saat ini adalah kurangnya kepedulian terhadap pola perilaku hidup bersih.
“Untuk mengubah mindset seseorang itu susah. Jadi kita sering menerapkan pengobatan secara prefentif, promotif dan kuratif. Agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya kesehatan,” ucap Sekretaris Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Medan ini.

Terkait kepedulian menanamkan kecintaan terhadap kesehatan sejak dini, Natalie bersama tim medis lainnya juga  melakukan pelatihan terhadap para siswa-siswi dokter kecil di 52 sekolah di Kota Medan. Keberadaan dokter kecil di sekolah-sekolah sangat penting untuk memberikan pertolongan pertama baik terhadap siswa, guru dan orang lain. “Para siswa ini kita latih menjadi dokter dan diharapkan mereka bisa mewakili dokter dan memberikan pertolongan pertama saat temannya terluka. Kita harap setiap sekolah minimal 10 persennya harus punya dokter kecil,” ungkap Natalina yang juga menjabat sebagai pengurus Forum Masyarakat Peduli Autis Sumut. Jika ingin berhasil, ujar Natalina, seseorang harus memiliki tiga modal dasar. “Yakni,  iman, rasa dan kasih. Intinya kita harus mempunyai hati nurani,’’ujarnya. (mag- 11) Meski kita bekerja secara sukarela, tapi Tuhan bersama kita. Jangan takut untuk berbagi dengan orang lain. Kita memang perlu uang, tapi uang bukan tolak ukur dari kebahagiaan,” tegasnya pengurus Persatuan Donor Darah Indonesia (PDDI) Sumut ini. (mag- 11)


 

Natalina Hutabarat,  Dokter Gigi yang Aktif di Kegiatan Sosial

Jangan takut untuk berbagi dengan orang lain. Kita memang perlu uang, tapi uang bukan tolak ukur dari kebahagiaan. Itulah prinsip yang mendasari Drg Natalina Hutabarat Mkes, dokter gigi yang banyak meluangkan waktunya untuk kegiatan sosial membantu masyarakat kurang mampu.

MEDAN – Bagi Natalina, menjadi seorang dokter spesialis gigi, bukan berarti tidak bisa langsung terjun ke masyarakat dan melakukan yang terbaik demi khalayak ramai secara sukarela. Wanita ini pun kerap mengadakan kegiatan kesehatan untuk kalangan menengah ke bawah “Saya suka kegiatan sosial dan terlibat langsung di masyarakat. Apalagi berbaur dengan kalangan kurang mampu. Ada kepuasan tersendiri jika melihat mereka mendapat pelayanan kesehatan dengan baik,” kata wanita yang menjabat sebagai Penanggungjawab Lapangan Puskesmas Padang Bulan Selayang ini.

Pengalaman berkesanpun banyak dialami Natalina. “Pernah kita adakan pengobatan massal di daerah Dolok Sanggul. Tapi, pihak Pemkabnya terkesan kurang peduli. Malam itu saya bersama teman medis lainnya mendirikan tenda. Padahal saat itu hujan deras dan teman lain sudah pada mau menyerah. Tapi kita terus bekerja dan ternyata besoknya ribuan orang mengikuti pengobatan gratis itu,” terang wanita kelahiran Tebing Tinggi 26 Desember 1964 yang tinggal di Jalan KH Wahid Hasyim No 40/41 Medan ini.

Diakuinya, cemoohan kerap dialaminya karena terlalu aktif dalam kegiatan sosial dan bekerja secara sukarela. “Memang tak semua perbuatan baik, terlihat baik dimata orang. Teman saya pernah nanya, ngapain saya sibuk ngadain kegiatan sosial dan pengobatan massal untuk masyarakat miskin. Tapi tidak begitu saya hiraukan. Pada akhirnya mereka juga ikut dengan kegiatan sosial itu,” jelasnya.

Dikatakan Natalina persoalan yang dihadapi dalam masyarakat saat ini adalah kurangnya kepedulian terhadap pola perilaku hidup bersih.
“Untuk mengubah mindset seseorang itu susah. Jadi kita sering menerapkan pengobatan secara prefentif, promotif dan kuratif. Agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya kesehatan,” ucap Sekretaris Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Medan ini.

Terkait kepedulian menanamkan kecintaan terhadap kesehatan sejak dini, Natalie bersama tim medis lainnya juga  melakukan pelatihan terhadap para siswa-siswi dokter kecil di 52 sekolah di Kota Medan. Keberadaan dokter kecil di sekolah-sekolah sangat penting untuk memberikan pertolongan pertama baik terhadap siswa, guru dan orang lain. “Para siswa ini kita latih menjadi dokter dan diharapkan mereka bisa mewakili dokter dan memberikan pertolongan pertama saat temannya terluka. Kita harap setiap sekolah minimal 10 persennya harus punya dokter kecil,” ungkap Natalina yang juga menjabat sebagai pengurus Forum Masyarakat Peduli Autis Sumut. Jika ingin berhasil, ujar Natalina, seseorang harus memiliki tiga modal dasar. “Yakni,  iman, rasa dan kasih. Intinya kita harus mempunyai hati nurani,’’ujarnya. (mag- 11) Meski kita bekerja secara sukarela, tapi Tuhan bersama kita. Jangan takut untuk berbagi dengan orang lain. Kita memang perlu uang, tapi uang bukan tolak ukur dari kebahagiaan,” tegasnya pengurus Persatuan Donor Darah Indonesia (PDDI) Sumut ini. (mag- 11)


 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/