29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Neli Punya Pacar Baru, Pasangan Lesbinya Ambil Linggis, dan…

Foto: Riki Chandra/Padang Ekspres/RPG Ayu dimintai keterangan oleh penyidik Reskrim Polres Solok, Rabu (30/11).
Foto: Riki Chandra/Padang Ekspres/RPG
Ayu dimintai keterangan oleh penyidik Reskrim Polres Solok, Rabu (30/11).

SOLOK, SUMUTPOS.CO – Kasus pembunuhan terhadap Neli Agustin,19, warga Payo, Tanahgaram, Kota Solok, menggemparkan publik Sumbar. Pembunuhan yang dilakukan Ayu Permata Sari, 23, di kediamannya Nagari Kandangaua, Kecamatan Tanjungharapan, Kota Solok pada Jumat siang (25/11), ternyata berlatarbelakang asmara sejenis.

Air mata Ayu tak kunjung berhenti saat ditanya petugas penyidik Sat Reskrim Polres Solok Kota. Sesekali nafasnya terlihat sesak, saat memberikan keterangan.

Dia mengaku menyesal telah membunuh dan mengubur jasad teman wanita yang dikasihi itu di kamar tidurnya.

Perempuan bertubuh kecil dan tomboi itu mengisahkan, kedekatannya dengan almarhumah berawal dari berkenalan di radio beberapa tahun lalu.

Setelah itu, keduanya bertukar nomor telepon dan saling berkabar melalui jaringan seluler. Akhirnya, kedua perempuan ini bertemu dan menjalin keakraban.

“Saya dan korban baru berteman dekat sejak 3 bulan terakhir,” kata Ayu kepada penyidik yang disaksikan Kasat Reskrim Polres Solok Kota AKP R Natun, di Mapolres setempat, Rabu (30/11).

Dari perkenalan itu, Ayu dan Neli semakin intim. Saking dekatnya, Ayu mengaku sering menginap di rumah korban, dan korban pun begitu.

Namun, siapa sangka kedekatan Ayu dan Neli bukan sekadar pertemanan biasa.

Ayu mengklaim terlibat hubungan asmara sejenis dengan korban. “Seingat saya, baru 3 kali melakukan hubungan int*m dengan korban,” kata perempuan berkulit sawo matang itu.

Kemesraan keduanyapun terus berlanjut dan berjalan mulus. Hingga beberapa waktu belakangan, orangtua korban merasa curiga dengan gaya pertemanan anaknya yang dinilai tak lazim.

“Orangtuanya curiga dengan kami,” jelas perempuan yang tak tamat SD itu sembari terisak.

Menurut pengakuan Ayu, tak lama setelah itu, Neli mengungkapkan perasaannya.

Korban meminta agar Ayu tidak lagi mendekatinya dan mengakhiri hubungannya. Korban mengaku telah memiliki pacar baru.

“Dia cuma bilang, saya sudah punya kekasih. Saya tidak tahu, entah perempuan atau laki-laki,” kata Ayu menirukan perkataan almarhumah.

Karena ingin memperjelas hubungan “asmara” terlarangnya dengan korban, Ayu pun mengajak Neli bertemu di rumahnya di Kandangaua pada Jumat (15/11) pekan lalu, sekitar pukul 11.30.

Di dalam rumah yang sepi, keduanya terlibat perang mulut. Saat itu, ibu tersangka pergi mencuci.

Korban kukuh tidak mau melanjutkan hubungannya dengan Ayu. Sebaliknya, Ayu tetap ingin bersamanya, dengan alasan sangat menyayangi korban.

Puncak cekcok itu, kata Ayu, berawal ketika korban menyebut pelaku dengan kata “Kau”.

Selama ini, menurut putri kelima dari enam bersaudara itu, korban tak pernah memanggilnya dengan sebutan tersebut. Dia biasa dipanggil dengan sebutan “Kakak”.

“Karena takut kedengaran ribut-ribut, saya bawa korban ke dalam kamar,” katanya lagi.

Sampai di kamar, korban tetap meronta-ronta. Tanpa pikir panjang, pelaku langsung mengambil linggis yang berada di kamar itu dan memukulkan ke bahu Neli hingga tersungkur.

Saat merintih kesakitan, korban kembali dipukul dengan linggis.

Foto: Riki Chandra/Padang Ekspres/RPG Ayu dimintai keterangan oleh penyidik Reskrim Polres Solok, Rabu (30/11).
Foto: Riki Chandra/Padang Ekspres/RPG
Ayu dimintai keterangan oleh penyidik Reskrim Polres Solok, Rabu (30/11).

SOLOK, SUMUTPOS.CO – Kasus pembunuhan terhadap Neli Agustin,19, warga Payo, Tanahgaram, Kota Solok, menggemparkan publik Sumbar. Pembunuhan yang dilakukan Ayu Permata Sari, 23, di kediamannya Nagari Kandangaua, Kecamatan Tanjungharapan, Kota Solok pada Jumat siang (25/11), ternyata berlatarbelakang asmara sejenis.

Air mata Ayu tak kunjung berhenti saat ditanya petugas penyidik Sat Reskrim Polres Solok Kota. Sesekali nafasnya terlihat sesak, saat memberikan keterangan.

Dia mengaku menyesal telah membunuh dan mengubur jasad teman wanita yang dikasihi itu di kamar tidurnya.

Perempuan bertubuh kecil dan tomboi itu mengisahkan, kedekatannya dengan almarhumah berawal dari berkenalan di radio beberapa tahun lalu.

Setelah itu, keduanya bertukar nomor telepon dan saling berkabar melalui jaringan seluler. Akhirnya, kedua perempuan ini bertemu dan menjalin keakraban.

“Saya dan korban baru berteman dekat sejak 3 bulan terakhir,” kata Ayu kepada penyidik yang disaksikan Kasat Reskrim Polres Solok Kota AKP R Natun, di Mapolres setempat, Rabu (30/11).

Dari perkenalan itu, Ayu dan Neli semakin intim. Saking dekatnya, Ayu mengaku sering menginap di rumah korban, dan korban pun begitu.

Namun, siapa sangka kedekatan Ayu dan Neli bukan sekadar pertemanan biasa.

Ayu mengklaim terlibat hubungan asmara sejenis dengan korban. “Seingat saya, baru 3 kali melakukan hubungan int*m dengan korban,” kata perempuan berkulit sawo matang itu.

Kemesraan keduanyapun terus berlanjut dan berjalan mulus. Hingga beberapa waktu belakangan, orangtua korban merasa curiga dengan gaya pertemanan anaknya yang dinilai tak lazim.

“Orangtuanya curiga dengan kami,” jelas perempuan yang tak tamat SD itu sembari terisak.

Menurut pengakuan Ayu, tak lama setelah itu, Neli mengungkapkan perasaannya.

Korban meminta agar Ayu tidak lagi mendekatinya dan mengakhiri hubungannya. Korban mengaku telah memiliki pacar baru.

“Dia cuma bilang, saya sudah punya kekasih. Saya tidak tahu, entah perempuan atau laki-laki,” kata Ayu menirukan perkataan almarhumah.

Karena ingin memperjelas hubungan “asmara” terlarangnya dengan korban, Ayu pun mengajak Neli bertemu di rumahnya di Kandangaua pada Jumat (15/11) pekan lalu, sekitar pukul 11.30.

Di dalam rumah yang sepi, keduanya terlibat perang mulut. Saat itu, ibu tersangka pergi mencuci.

Korban kukuh tidak mau melanjutkan hubungannya dengan Ayu. Sebaliknya, Ayu tetap ingin bersamanya, dengan alasan sangat menyayangi korban.

Puncak cekcok itu, kata Ayu, berawal ketika korban menyebut pelaku dengan kata “Kau”.

Selama ini, menurut putri kelima dari enam bersaudara itu, korban tak pernah memanggilnya dengan sebutan tersebut. Dia biasa dipanggil dengan sebutan “Kakak”.

“Karena takut kedengaran ribut-ribut, saya bawa korban ke dalam kamar,” katanya lagi.

Sampai di kamar, korban tetap meronta-ronta. Tanpa pikir panjang, pelaku langsung mengambil linggis yang berada di kamar itu dan memukulkan ke bahu Neli hingga tersungkur.

Saat merintih kesakitan, korban kembali dipukul dengan linggis.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/