26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Kriminolog: Tren Kejahatan Jelang Hari Besar

Foto: Gatha Ginting/POSMETRO  MEDAN/JPNN Sarniem (58), (tengah) meninggalkan Polsek Delitua, Selasa (1/7). Perampok menembak mobil pengusaha swalayan ini hingga mengenai sopir korban, di Jl.Delitua Kilometer 10. Akibatnya, sopir kritis, sementara perampok membawa kabur uang ratusan juta.
Foto: Gatha Ginting/POSMETRO MEDAN/JPNN
Sarniem (58), (tengah) meninggalkan Polsek Delitua, Selasa (1/7). Perampok menembak mobil pengusaha swalayan ini hingga mengenai sopir korban, di Jl.Delitua Kilometer 10. Akibatnya, sopir kritis, sementara perampok membawa kabur uang ratusan juta.

SUMUTPOS.CO – Perampokan yang terjadi di kawasan Batu 10 Delitua, Selasa (1/7) pagi sekira pukul 10.00 wib merupakan sebuah tren menjelang hari besar. Hal itu diungkapkan Kriminolog Sumatera Utara, Redianto kepada kru koran ini, Selasa (1/7) sore.

Dari kacamatanya Redianto melihat perampokan yang terjadi di Delitua tersebut telah direncanakan dengan rapi oleh para pelaku. Pasalnya, para pelaku telah mengetahui rutinitas korbannya untuk mengantarkan uang ke Bank.

“Saya lihat pelakunya sudah ada informasi awal dari orang sekitar korban. Kasus ini sebenarnya sama dengan kasus-kasus yang sebelumnya. Baik itu cara pengintaian serta mendapatkan informasi,” ucapnya.

Pasalnya, beber Redianto, pelaku perampokan tidak akan dengan mudah mencurigai korbannya. Makanya, dirinya yakin kalau pelaku mempunyai informan yang berada di sekitar korban. “Sangat besar kemungkinannya kalau dia mendapatkan informasi dari orang sekitar korban,” ucapnya.

Lebih lanjut, tambah Redianto, melihat situasi saat ini yang mau menjelang perayaan hari besar dirinya yakin kalau hal tersebut menjadi pemicu aksi perampokan tersebut. Makanya, dirinya menilai perampokan tersebut merupakan tren kejahatan saat menjelang perayaan hari besar.

“Pasalnya, semua orang ingin menikmati perayaan hari raya. Bukan hanya para pekerja, penjahat juga ingin menikmati hari raya. Maka mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan apa yang mereka rencanakan. Ini sudah menjadi tren dari tahun ke tahun setiap menyambut perayaan pasti aksi perampokan meningkat,” tungkasnya.

Saat disinggung, apakah pelaku merupakan pelaku yang sama dalam aksi perampokan toko emas yang sampai saat ini belum terungkap, Redianto mengatakan bisa jadi. Pasalnya hingga saat ini, banyak pelaku aksi perampokan yang menggunakan senjata api belum terungkap.

“Bisa jadi. Soalnya, pelaku perampokan bersenpi hingga saat ini masih banyak yang belum terungkap. Pasalnya, saat ini pemilik senjata api bukan hanya aparat melainkan sudah banyak perampok yang mempunyai itu. Sangat ironis kita melihat hal ini. Dan yang kita herankan, mereka dari mana mendapatkan senjata tersebut,” cetusnya.

Di samping itu juga, Redianto mengatakan, pelaku perampokan mempunyai kelompok-kelompok tersendiri. Walaupun mempunyai kelompok-kelompok tersebut, para pelaku juga kerap melakukan komunikasi dengan para perampok lainnya.

“Ini semua disebabkan, salah satu dari mereka perna bertemu di dalam LP. Dan dari sanalah, mereka kemudian membangun jaringan. Makanya, semakin lama para perampok ini semakin banyak. Dan dari sini juga, mereka melakukan adu argumen untuk menciptakan aksi yang berikutnya. Jadi, LP itu bukan untuk membuat mereka menjadi lebih baik, tetapi bisa saja membuat mereka semakin berutal,” pungkasnya. (ind/bd)

Foto: Gatha Ginting/POSMETRO  MEDAN/JPNN Sarniem (58), (tengah) meninggalkan Polsek Delitua, Selasa (1/7). Perampok menembak mobil pengusaha swalayan ini hingga mengenai sopir korban, di Jl.Delitua Kilometer 10. Akibatnya, sopir kritis, sementara perampok membawa kabur uang ratusan juta.
Foto: Gatha Ginting/POSMETRO MEDAN/JPNN
Sarniem (58), (tengah) meninggalkan Polsek Delitua, Selasa (1/7). Perampok menembak mobil pengusaha swalayan ini hingga mengenai sopir korban, di Jl.Delitua Kilometer 10. Akibatnya, sopir kritis, sementara perampok membawa kabur uang ratusan juta.

SUMUTPOS.CO – Perampokan yang terjadi di kawasan Batu 10 Delitua, Selasa (1/7) pagi sekira pukul 10.00 wib merupakan sebuah tren menjelang hari besar. Hal itu diungkapkan Kriminolog Sumatera Utara, Redianto kepada kru koran ini, Selasa (1/7) sore.

Dari kacamatanya Redianto melihat perampokan yang terjadi di Delitua tersebut telah direncanakan dengan rapi oleh para pelaku. Pasalnya, para pelaku telah mengetahui rutinitas korbannya untuk mengantarkan uang ke Bank.

“Saya lihat pelakunya sudah ada informasi awal dari orang sekitar korban. Kasus ini sebenarnya sama dengan kasus-kasus yang sebelumnya. Baik itu cara pengintaian serta mendapatkan informasi,” ucapnya.

Pasalnya, beber Redianto, pelaku perampokan tidak akan dengan mudah mencurigai korbannya. Makanya, dirinya yakin kalau pelaku mempunyai informan yang berada di sekitar korban. “Sangat besar kemungkinannya kalau dia mendapatkan informasi dari orang sekitar korban,” ucapnya.

Lebih lanjut, tambah Redianto, melihat situasi saat ini yang mau menjelang perayaan hari besar dirinya yakin kalau hal tersebut menjadi pemicu aksi perampokan tersebut. Makanya, dirinya menilai perampokan tersebut merupakan tren kejahatan saat menjelang perayaan hari besar.

“Pasalnya, semua orang ingin menikmati perayaan hari raya. Bukan hanya para pekerja, penjahat juga ingin menikmati hari raya. Maka mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan apa yang mereka rencanakan. Ini sudah menjadi tren dari tahun ke tahun setiap menyambut perayaan pasti aksi perampokan meningkat,” tungkasnya.

Saat disinggung, apakah pelaku merupakan pelaku yang sama dalam aksi perampokan toko emas yang sampai saat ini belum terungkap, Redianto mengatakan bisa jadi. Pasalnya hingga saat ini, banyak pelaku aksi perampokan yang menggunakan senjata api belum terungkap.

“Bisa jadi. Soalnya, pelaku perampokan bersenpi hingga saat ini masih banyak yang belum terungkap. Pasalnya, saat ini pemilik senjata api bukan hanya aparat melainkan sudah banyak perampok yang mempunyai itu. Sangat ironis kita melihat hal ini. Dan yang kita herankan, mereka dari mana mendapatkan senjata tersebut,” cetusnya.

Di samping itu juga, Redianto mengatakan, pelaku perampokan mempunyai kelompok-kelompok tersendiri. Walaupun mempunyai kelompok-kelompok tersebut, para pelaku juga kerap melakukan komunikasi dengan para perampok lainnya.

“Ini semua disebabkan, salah satu dari mereka perna bertemu di dalam LP. Dan dari sanalah, mereka kemudian membangun jaringan. Makanya, semakin lama para perampok ini semakin banyak. Dan dari sini juga, mereka melakukan adu argumen untuk menciptakan aksi yang berikutnya. Jadi, LP itu bukan untuk membuat mereka menjadi lebih baik, tetapi bisa saja membuat mereka semakin berutal,” pungkasnya. (ind/bd)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/