28.9 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

Murid SD Tewas Dihajar Kakak Kelas

JAKARTA-Kasus kekerasan antara adik kelas dengan kakak kelas kembali terjadi di Jakarta. Tidak hanya di sekolah tinggi semimiliter, murid sekolah dasar (SD) pun jadi santapan senior di sekolah hingga tewas. Adalah murid SDN 09 Makassar bernama Renggo Khadapi bin Yurnalis (berusia 11 tahun). Akibat kekerasan yang dilakukan kakak kelasnya, bocah warga Jalan Asri RT 07/10, No.27 B, Kelurahan Halim Perdanakusumah, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur itu meregang nyawa.

Renggo
Renggo

Kasus penganiayaan di sekolah dasar itu berawal dari senggolan saat jam istirahat yang terjadi antara bocah yang akrab disapa Renggo, siswa kelas V dengan S, siswa kelas VI. Tanpa sengaja Renggo menabrak tangan S yang tengah memegang es. Rupanya, aksi itu membuat S sakit hati. Hingga dia menganiaya Renggo di salah satu kelas di sekolah itu. Renggo lantas dipukul di bagian kepalanya.

Bukan itu saja, S juga menyodok dengan gagang pengepel lantai pada bagian perut Renggo. Bahkan setelah Renggo terjatuh, S masih saja menghajarnya dengan tendangan di kepala. “Renggo tidak sengaja menumpahkan es. Dia juga mengaku dianiaya kakak kelasnya,” terang Yesi Puspadewi, 32 kakak tiri Renggo kepada INDOPOS (grup Sumut Pos) di kediamannya, kemarin (4/5).

Perempuan yang telah merawat Renggo sejak kecil itu juga mengaku kalau adiknya sudah meminta maaf kepada S karena ketidaksengajaannya. “Bahkan, Renggo bilang sudah memberikan uang Rp1000 untuk mengganti minuman yang terjatuh. Tapi Renggo tetap dianiaya,” cetus perempuan yang akrab disapa Yesi tersebut.

Awal terungkapnya kasus itu berawal saat Renggo sakit Selasa (29/4) lalu. Saat itu, Renggo mengalami pusing, mual-mual. Dia lantas dibawa ke dokter yang ada di dekat rumahnya. Keesokan harinya, Rabu (30/4) kondisi Renggo malah makin memburuk. Akibatnya, Renggo kembali dibawa ke dokter spesialis anak. “Rabu (30/4) lalu, Renggo mengalami panas tinggi. Saya bawa ke dokter spesialis anak,” ujarnya juga.

Kepada Yesi, Renggo tidak pernah cerita kalau dia dianiaya kakak kelasnya. Tindakan penganiayaan dicuriga dokter spesialis anak yang melihat memar di bagian perut. “Saat itu, Renggo cerita kepada dokter spesialis anak kalau dia dipukuli temannya. Awalnya Renggo hanya diam, tapi setelah dibujuk dokter dia baru cerita,” ungkap Yesi juga dengan linangan air mata.

Yesi yang mengetahui itu sempat kaget. Dia lantas bertanya kepada Renggo, hingga anak itu cerita penganiayaan yang dialaminya. “Peristiwa penganiayaan yang dialami Renggo terjadi Senin (28/4) lalu. Saat itu, pulang sekolah Renggo memang tidak cerita seperti biasanya. Tak tahunya kepala, kaki dan perut yang memang akibat dipukuli kakak kelasnya,” kata Yesi lagi.

Yesi juga mengaku kalau adiknya itu cerita dipukulin di dalam kelas di sekolahnya. Meski diobati dokter tapi kondisi Renggo terus memburuk. Hingga akhirnya, Sabtu (3/5) keluarga membawa Renggo ke Rumah Sakit Polri RS Sukamto. Lantaran Renggo muntah darah. Tapi malang, belum sampai ke rumah sakit Renggo meninggal dunia. Dia meninggal Minggu (4/5) pukul 00.30 dinihari.

“Renggo juga bilang dia dikeroyok, tapi yang mukulin satu orang aja. Inisialnya S. Ada satu orang teman S berjaga-jaga di depan kelas, sama satu lagi cuma ngeliatin,” kata Yessi dengan suara parau karena kebanyakan menangis. Setelah meninggal kasus ini lantas dilaporkan ke Markas Polsek Makasar. Akhirnya, siang kemarin (4/5) Renggo dikebumikan.

Bocah itu dikuburkan di TPU Kampung Asem Makasar. Dari hasil visum et revertum di RS Polri Sukamto, ditemukan lebam di tangan,  perut, kaki, bibir pecah dan pipi bengkak atau terlihat tembem serta luka dalam di kepala korban. Bahkan saat jasadnya dikafankan dan dimakamkan, darah masih mengalir dari mulut dan hidung bocah malang tersebut.

Yesi juga mengaku, kalau Renggo mengatakan agar dirinya tidak melaporkan tindakan S kepada polisi. “Renggo minta agar S jangan dipenjara. Kasihan kata Renggo karena besok mau ujian. Dia juga sudah memaafkan S,” cetus Yesi lagi. Usai pemakaman, S bersama orangtunya sempat datang ke rumah Renggo untuk menyatakan duka cita.

Tapi, Yesi yang tidak terima adik yang dia rawat sejak kecil tewas mengenaskan sempat memarahi S. “Susah payah saya membesarkan Renggo, kok seperti ini. Kamu pembunuh, orangtuamu masih dapat melihat kamu meski dipenjara. Tapi saya mana bisa melihat Renggo lagi,” teriak Yesi sembari menunjuk S yang didampingi kedua orangtuanya.

Sedangkan, Pendi (52) paman Renggo yang tinggal  di Bekasi mengatakan, sejak ibunya meninggal Renggo diasuh oleh adiknya yang kebetulan tidak memiliki anak. Untuk diketahui, ibu kandung Renggo dan ayah Yesi menikah. Karena terpaut usia yang cukup jauh, Yesi usai menikah menganggap Renggo anaknya. Dia merawat Renggo sejak ibunya meninggal.

Saat ini, ayah Renggo tinggal di Padang, Sumatera Barat. “Saya mengetahui Renggo meninggal saat di telepon oleh kakak Sabtu (3/5) malam. Saya sempat syok,” ujarnya. Sedangkan Yurnalis (60) ayah tiri Renggo mengaku tidak mengetahui peristiwa yang dialami anaknya hingga bocah tak berdosa itu meninggal dunia dengan cara menyedihkan.

“Semenjak ibunya meninggal, Renggo diasuh oleh Yesi. Sedang ayah kandung Renggo tinggal di Padang,” ujarnya. Terpisah, saat dikonfirmasi Kanit Reskrim Polsek Makasar, Iptu Supono mengatakan bahwa kasus ini telah ditangani oleh Polres Jakarta Timur. “Karena melibatkan anak-anak, kasusnya ditangani Polres Jakarta Timur. Tepatnya ditangani Unit PPA,” terangnya.  (cr2/mia/agm/jpnn/rbb)

Indonesia Darurat Perlindungan Anak

Di sisi lain, kasus kejahatan seksual terhadap anak terus meningkat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat
hingga Mei 2014, lebih dari 100 anak Indonesia menjadi korban kejahatan seksual. Melihat situasi ini KPAI merasa saat ini Indonesia tengah dalam kondisi darurat perlindungan anak.

“Sebenarnya sudah dari tahun lalu. Namun, kondisi saat ini yang terjadi pada anak-anak membuat kita harus kembali menyatakan status tersebut,” ujar Sekjen KPAI Erlinda kemarin (4/5).

Erlinda mengatakan bahwa berbagai program yang telah dilakukan oleh pemerintah harus segera dibenahi. Sebab, hingga kini sistem perlindungan yang telah dicanangkan belum tersistem dan tersinergis dengan baik.

Menurut dia, KPAI juga menyadari memiliki keterbatasan dalam menjalankan program perlindungan anak. Karenanya, KPAI kini mengevaluasi sejumlah program kerja. Salah satunya, program pendidikan seks pada anak-anak. Program yang tadinya hanya difokuskan pada siswa SMP-SMA, kini mulai dikaji untuk diberikan kepada anak usia SD dan TK.

Erlinda menekankan pentingnya pendidikan seks pada dua jenjang sekolah tersebut. Sebab, kata dia, korban kekerasan seksual paling banyak dialami oleh anak usia SD dan TK. “Tentu dengan bahasa yang sesuai ya. Misalnya bagaimana cara memberikan pengertian mengenai bagian tubuh. Kemudian mana saja yang tidak oleh disentuh oleh orang lain. Disesuaikan pokoknya,” jelasnya.

Selain itu, lanjut dia, anak-anak juga akan dilibatkan dalam melakukan penjagaan terhadap sesamanya. Anak-anak bakal dijadikan anggota satuan tugas (satgas) perlindungan anak di sekolah masing-masing. Dengan program pelibatan tersebut, anak-anak diharapkan ikut merasa pentingnya saling menjaga sesama.

Dia mengakui, penetapan status darurat perlindungan anak ini juga dipicu oleh kekerasan seksual yang terjadi pada anak di Jakarta International School (JIS) dan kasus sodomi di Sukabumi. Kata dia, dua kasus besar itu merupakan cerminan buruknya perlindungan terhadap anak di tanah air.

Pada kasus pelecehan seksual di Sukabumi ada lebih dari 51 anak yang telah dilaporkan menjadi korban. Hal ini kontan menjadi sorotan tajam termasuk oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Rencananya, hari ini (4/5) Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar akan menemui sejumlah korban di Sukabumi.

Menanggapi rencana tersebut, Erlinda mengapresiasi inisiatif istri Agum Gumelar itu. Namun ia berharap, kunjungan itu bukan hanya sekedar ceremony belaka. “Tolong ini semua jangan dijadikan ceremony saja. Kerahkan semua lembaga terkait untuk ikut melindungi dan mengawasi. Mereka butuh bapak mereka, bapak presiden, untuk peduli. Bapak menko kesra juga tentunya. Jangan hanya bu Linda saja,” tandasnya. (cr2/mia/agm/jpnn/rbb)

Kiat Hindari Kekerasan di Sekolah

Komunikasikan Kepada Anak

Bicarakan tentang bullying dengan anak Anda. Jika anak Anda terbuka tentang penin-dasan kepadanya, pujilah keberaniannya. Lalu konsul-tasikan dengan pihak sekolah.

Hilangkan Umpan Bullying

Uang dan gadget incaran pelaku bullying. Lebih baik biasakan membawa bekal makan siang untuk anak Anda, dan tidak membawa gadget ke sekolah.

Ajarkan Selalu Bersama Teman

Bersama teman lebih aman ketimbang sendirian. Karena pelaku bullying senang menindas anak yang sendirian. Ajarkan anak Anda untuk tidak selalu sendiri.

Tetap Tenang dan Lanjutkan

Jika ada bullying, ingatkan anak Anda tenang. Anak yang suka mengintimidasi senang dengan anak yang takut dan segan kepada anak yang berani.

Jangan Mencoba Melawan Sendiri

Melawan sendiri tidak akan membawa hasil. Cara terbaik dengan melaporkan kepada pejabat sekolah, seperti konselor dan pihak lainnya.

JAKARTA-Kasus kekerasan antara adik kelas dengan kakak kelas kembali terjadi di Jakarta. Tidak hanya di sekolah tinggi semimiliter, murid sekolah dasar (SD) pun jadi santapan senior di sekolah hingga tewas. Adalah murid SDN 09 Makassar bernama Renggo Khadapi bin Yurnalis (berusia 11 tahun). Akibat kekerasan yang dilakukan kakak kelasnya, bocah warga Jalan Asri RT 07/10, No.27 B, Kelurahan Halim Perdanakusumah, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur itu meregang nyawa.

Renggo
Renggo

Kasus penganiayaan di sekolah dasar itu berawal dari senggolan saat jam istirahat yang terjadi antara bocah yang akrab disapa Renggo, siswa kelas V dengan S, siswa kelas VI. Tanpa sengaja Renggo menabrak tangan S yang tengah memegang es. Rupanya, aksi itu membuat S sakit hati. Hingga dia menganiaya Renggo di salah satu kelas di sekolah itu. Renggo lantas dipukul di bagian kepalanya.

Bukan itu saja, S juga menyodok dengan gagang pengepel lantai pada bagian perut Renggo. Bahkan setelah Renggo terjatuh, S masih saja menghajarnya dengan tendangan di kepala. “Renggo tidak sengaja menumpahkan es. Dia juga mengaku dianiaya kakak kelasnya,” terang Yesi Puspadewi, 32 kakak tiri Renggo kepada INDOPOS (grup Sumut Pos) di kediamannya, kemarin (4/5).

Perempuan yang telah merawat Renggo sejak kecil itu juga mengaku kalau adiknya sudah meminta maaf kepada S karena ketidaksengajaannya. “Bahkan, Renggo bilang sudah memberikan uang Rp1000 untuk mengganti minuman yang terjatuh. Tapi Renggo tetap dianiaya,” cetus perempuan yang akrab disapa Yesi tersebut.

Awal terungkapnya kasus itu berawal saat Renggo sakit Selasa (29/4) lalu. Saat itu, Renggo mengalami pusing, mual-mual. Dia lantas dibawa ke dokter yang ada di dekat rumahnya. Keesokan harinya, Rabu (30/4) kondisi Renggo malah makin memburuk. Akibatnya, Renggo kembali dibawa ke dokter spesialis anak. “Rabu (30/4) lalu, Renggo mengalami panas tinggi. Saya bawa ke dokter spesialis anak,” ujarnya juga.

Kepada Yesi, Renggo tidak pernah cerita kalau dia dianiaya kakak kelasnya. Tindakan penganiayaan dicuriga dokter spesialis anak yang melihat memar di bagian perut. “Saat itu, Renggo cerita kepada dokter spesialis anak kalau dia dipukuli temannya. Awalnya Renggo hanya diam, tapi setelah dibujuk dokter dia baru cerita,” ungkap Yesi juga dengan linangan air mata.

Yesi yang mengetahui itu sempat kaget. Dia lantas bertanya kepada Renggo, hingga anak itu cerita penganiayaan yang dialaminya. “Peristiwa penganiayaan yang dialami Renggo terjadi Senin (28/4) lalu. Saat itu, pulang sekolah Renggo memang tidak cerita seperti biasanya. Tak tahunya kepala, kaki dan perut yang memang akibat dipukuli kakak kelasnya,” kata Yesi lagi.

Yesi juga mengaku kalau adiknya itu cerita dipukulin di dalam kelas di sekolahnya. Meski diobati dokter tapi kondisi Renggo terus memburuk. Hingga akhirnya, Sabtu (3/5) keluarga membawa Renggo ke Rumah Sakit Polri RS Sukamto. Lantaran Renggo muntah darah. Tapi malang, belum sampai ke rumah sakit Renggo meninggal dunia. Dia meninggal Minggu (4/5) pukul 00.30 dinihari.

“Renggo juga bilang dia dikeroyok, tapi yang mukulin satu orang aja. Inisialnya S. Ada satu orang teman S berjaga-jaga di depan kelas, sama satu lagi cuma ngeliatin,” kata Yessi dengan suara parau karena kebanyakan menangis. Setelah meninggal kasus ini lantas dilaporkan ke Markas Polsek Makasar. Akhirnya, siang kemarin (4/5) Renggo dikebumikan.

Bocah itu dikuburkan di TPU Kampung Asem Makasar. Dari hasil visum et revertum di RS Polri Sukamto, ditemukan lebam di tangan,  perut, kaki, bibir pecah dan pipi bengkak atau terlihat tembem serta luka dalam di kepala korban. Bahkan saat jasadnya dikafankan dan dimakamkan, darah masih mengalir dari mulut dan hidung bocah malang tersebut.

Yesi juga mengaku, kalau Renggo mengatakan agar dirinya tidak melaporkan tindakan S kepada polisi. “Renggo minta agar S jangan dipenjara. Kasihan kata Renggo karena besok mau ujian. Dia juga sudah memaafkan S,” cetus Yesi lagi. Usai pemakaman, S bersama orangtunya sempat datang ke rumah Renggo untuk menyatakan duka cita.

Tapi, Yesi yang tidak terima adik yang dia rawat sejak kecil tewas mengenaskan sempat memarahi S. “Susah payah saya membesarkan Renggo, kok seperti ini. Kamu pembunuh, orangtuamu masih dapat melihat kamu meski dipenjara. Tapi saya mana bisa melihat Renggo lagi,” teriak Yesi sembari menunjuk S yang didampingi kedua orangtuanya.

Sedangkan, Pendi (52) paman Renggo yang tinggal  di Bekasi mengatakan, sejak ibunya meninggal Renggo diasuh oleh adiknya yang kebetulan tidak memiliki anak. Untuk diketahui, ibu kandung Renggo dan ayah Yesi menikah. Karena terpaut usia yang cukup jauh, Yesi usai menikah menganggap Renggo anaknya. Dia merawat Renggo sejak ibunya meninggal.

Saat ini, ayah Renggo tinggal di Padang, Sumatera Barat. “Saya mengetahui Renggo meninggal saat di telepon oleh kakak Sabtu (3/5) malam. Saya sempat syok,” ujarnya. Sedangkan Yurnalis (60) ayah tiri Renggo mengaku tidak mengetahui peristiwa yang dialami anaknya hingga bocah tak berdosa itu meninggal dunia dengan cara menyedihkan.

“Semenjak ibunya meninggal, Renggo diasuh oleh Yesi. Sedang ayah kandung Renggo tinggal di Padang,” ujarnya. Terpisah, saat dikonfirmasi Kanit Reskrim Polsek Makasar, Iptu Supono mengatakan bahwa kasus ini telah ditangani oleh Polres Jakarta Timur. “Karena melibatkan anak-anak, kasusnya ditangani Polres Jakarta Timur. Tepatnya ditangani Unit PPA,” terangnya.  (cr2/mia/agm/jpnn/rbb)

Indonesia Darurat Perlindungan Anak

Di sisi lain, kasus kejahatan seksual terhadap anak terus meningkat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat
hingga Mei 2014, lebih dari 100 anak Indonesia menjadi korban kejahatan seksual. Melihat situasi ini KPAI merasa saat ini Indonesia tengah dalam kondisi darurat perlindungan anak.

“Sebenarnya sudah dari tahun lalu. Namun, kondisi saat ini yang terjadi pada anak-anak membuat kita harus kembali menyatakan status tersebut,” ujar Sekjen KPAI Erlinda kemarin (4/5).

Erlinda mengatakan bahwa berbagai program yang telah dilakukan oleh pemerintah harus segera dibenahi. Sebab, hingga kini sistem perlindungan yang telah dicanangkan belum tersistem dan tersinergis dengan baik.

Menurut dia, KPAI juga menyadari memiliki keterbatasan dalam menjalankan program perlindungan anak. Karenanya, KPAI kini mengevaluasi sejumlah program kerja. Salah satunya, program pendidikan seks pada anak-anak. Program yang tadinya hanya difokuskan pada siswa SMP-SMA, kini mulai dikaji untuk diberikan kepada anak usia SD dan TK.

Erlinda menekankan pentingnya pendidikan seks pada dua jenjang sekolah tersebut. Sebab, kata dia, korban kekerasan seksual paling banyak dialami oleh anak usia SD dan TK. “Tentu dengan bahasa yang sesuai ya. Misalnya bagaimana cara memberikan pengertian mengenai bagian tubuh. Kemudian mana saja yang tidak oleh disentuh oleh orang lain. Disesuaikan pokoknya,” jelasnya.

Selain itu, lanjut dia, anak-anak juga akan dilibatkan dalam melakukan penjagaan terhadap sesamanya. Anak-anak bakal dijadikan anggota satuan tugas (satgas) perlindungan anak di sekolah masing-masing. Dengan program pelibatan tersebut, anak-anak diharapkan ikut merasa pentingnya saling menjaga sesama.

Dia mengakui, penetapan status darurat perlindungan anak ini juga dipicu oleh kekerasan seksual yang terjadi pada anak di Jakarta International School (JIS) dan kasus sodomi di Sukabumi. Kata dia, dua kasus besar itu merupakan cerminan buruknya perlindungan terhadap anak di tanah air.

Pada kasus pelecehan seksual di Sukabumi ada lebih dari 51 anak yang telah dilaporkan menjadi korban. Hal ini kontan menjadi sorotan tajam termasuk oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Rencananya, hari ini (4/5) Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar akan menemui sejumlah korban di Sukabumi.

Menanggapi rencana tersebut, Erlinda mengapresiasi inisiatif istri Agum Gumelar itu. Namun ia berharap, kunjungan itu bukan hanya sekedar ceremony belaka. “Tolong ini semua jangan dijadikan ceremony saja. Kerahkan semua lembaga terkait untuk ikut melindungi dan mengawasi. Mereka butuh bapak mereka, bapak presiden, untuk peduli. Bapak menko kesra juga tentunya. Jangan hanya bu Linda saja,” tandasnya. (cr2/mia/agm/jpnn/rbb)

Kiat Hindari Kekerasan di Sekolah

Komunikasikan Kepada Anak

Bicarakan tentang bullying dengan anak Anda. Jika anak Anda terbuka tentang penin-dasan kepadanya, pujilah keberaniannya. Lalu konsul-tasikan dengan pihak sekolah.

Hilangkan Umpan Bullying

Uang dan gadget incaran pelaku bullying. Lebih baik biasakan membawa bekal makan siang untuk anak Anda, dan tidak membawa gadget ke sekolah.

Ajarkan Selalu Bersama Teman

Bersama teman lebih aman ketimbang sendirian. Karena pelaku bullying senang menindas anak yang sendirian. Ajarkan anak Anda untuk tidak selalu sendiri.

Tetap Tenang dan Lanjutkan

Jika ada bullying, ingatkan anak Anda tenang. Anak yang suka mengintimidasi senang dengan anak yang takut dan segan kepada anak yang berani.

Jangan Mencoba Melawan Sendiri

Melawan sendiri tidak akan membawa hasil. Cara terbaik dengan melaporkan kepada pejabat sekolah, seperti konselor dan pihak lainnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/