28 C
Medan
Tuesday, December 3, 2024
spot_img

Sebelum Tewas, Penjual Es Teh Jumbo Sempat Hubungi Abang

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Keluarga Fonda Harianingsih (50), masih belum dapat menerima kepergiannya. Luka mendalam masih tersisa dan membekas di hati keluarga.

Bagi keluarga, korban adalah sosok berkepribadian baik dan penyayang. Namun sang Khalik, lebih dulu memanggilnya.

Fonda meninggal dunia bukan karena sakit. Namun, diduga menjadi korban pembunuhan dan ditemukan dalam kondisi mengenaskan dalam mobil Toyota Avanza warna silver BK 1088 IW, di Jalan Klambir 5, Kelurahan Tanjunggusta, Medan Helvetia, Rabu (7/6) lalu.

Korban meninggalkan seorang anak dan 2 cucu yang bermukim di Medan. Sementara suaminya, Sapta, merupakan seorang mantri yang cukup dikenal masyarakat Kelurahan Kebun Lada, Binjai Utara.

Fonda pun diketahui istri muda atau istri kedua Sapta, yang berdomisili di Kwala Begumit, Kecamatan Binjai, Langkat. Kini, korban sudah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Islam, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kebun Lada, Binjai Utara.

Di lokasi pemakaman, suami korban tak kuasa menahan tangis atas kepergian istrinya. Bahkan terlihat, kondisi fisik Sapta seperti tak bedaya dan lemas pasca ikut meletakkan langsung jasad Fonda di dalam liang lahat.

“Kami sekeluarga terkejut dan tak sangka atas kepergian adik kami ini,” kata Abang Korban, Hariono (56) di rumah duka, Kamis (8/6).

Dia mengetahui sang adik sudah tak bernyawa pada Rabu (7/6) sore. Dia melihat langsung jenazah adiknya yang ditemukan banyak bekas darah.

“Ada tetesan darah di dalam mobil. Saya menyaksikan langsung dan saya pastikan itu adik saya,” kata Hariono.

Hariono menambahkan, korban sempat menghubunginya sebelum akhirnya tewas mengenaskan. Dalam obrolannya, korban ingin pindah jualan es teh ke Helvetia, Kota Medan.

“Pada saat itu dia menghubungi saya, katanya mau pindah tempat jualan esnya ke Helvetia. Cuma tidak jadi,” ujar Hariono.

Korban sendiri belum lama jualan minuman dingin dengan mengendarai mobil di sekitaran Binjai. Menurut Hariono, hari inilah korban seharusnya jualan di Helvetia.

“Tapi kalau misalnya semalam dia jualan di sana, insya Allah kejadian ini tidak akan terjadi. Allah berkata lain, hari ini dia sudah berpindah tempat ke pemakaman,” ujar Hariono.

Soal musuh korban, dia tidak mengetahuinya.

“Saya kurang tahu, (karena) saya tinggal di Medan, dia di Binjai. Dan intinya kita tidak mau mencampuri urusan rumah tangga dia seperti apa,” bebernya.

Hingga kini, keluarga besar korban belum tahu apa motif pelaku menghabisi nyawa korban begitu sadis.

“Sampai saat ini kami belum tahu karena apa, tapi yang pasti dia dibunuh. Sebelum berjualan, sehari-hari Fonda sebagai ibu rumah tangga. Soal dugaan dia dipaksa dibawa ke Medan bagaimana kita bilang ya, kalau ada ditemukan sendalnya sebelah di lokasi dia berjualan di Binjai, pasti dipaksa,” kata Hariono.

Dia menegaskan, korban tidak dalam kondisi hamil. Namun dia menyebut, tubuh korban memang besar. Dia berharap, kepolisian segera mengungkap kasus tersebut dan menangkap pelaku.

Sementara itu, korban kesehariannya berjualan Es Teh Jumbo di depan Taman PGRI, Binjai.

Petugas kebersihan, Tengku Dewi sering melihat korban berjualan di sana. Sekitar pukul 13.00 WIB, Dewi masih melihat korban jualan. Saksi menaruh curiga kepada seorang pria yang duduk di taman.

“Saya enggak tahu itu siapa, namanya tempat umum. Mungkin itu pelakunya,” kata Dewi.

Keberadaan sosok pria ini juga terekam dalam CCTV milik Kantor PLN UP3 Binjai. Disebut-sebut rekaman CCTV tersebut sudah disita penyidik kepolisian.

Pria tersebut, kata Dewi, tidak ada berkomunikasi dengan korban.

“Tapi pria itu lama duduk di sini (Taman PGRI), dari pagi jam 8 sampai siang pria itu sudah ada di Taman PGRI,” kata dia.

“Ciri-cirinya badan tinggi, kulitnya putih, pakai baju sweater warna silver abu-abu, pakai celana jeans, pakai topi warna putih, pakai masker hitam, dan cuma matanya aja yang nampak,” sambung Dewi.

Dia tahu Fonda diduga jadi korban pembunuhan dari suaminya yang datang bertanya. Pasalnya, sendal dan kursi yang dipakai korban untuk berjualan, tinggal di pinggir jalan.

Informasinya penyidik sudah mengambil kursi yang tinggal di pinggir jalan tersebut. Begitu juga dengan tempat minum es teh pria yang mencurigakan.

“Tempat minum itu diambil polisi dari tong sampah. Karena sepertinya dia beli minuman es teh itu dari si korban,” ujar Dewi.

Korban baru sepekan belakangan berjualan Es Teh Jumbo di depan Taman PGRI.

“Saya juga ditanyai ciri-ciri laki-laki yang saya sebutkan, saya bilang ada melihatnya di sini, duduk sampai setengah hari,” pungkasnya. (ted/saz)

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Keluarga Fonda Harianingsih (50), masih belum dapat menerima kepergiannya. Luka mendalam masih tersisa dan membekas di hati keluarga.

Bagi keluarga, korban adalah sosok berkepribadian baik dan penyayang. Namun sang Khalik, lebih dulu memanggilnya.

Fonda meninggal dunia bukan karena sakit. Namun, diduga menjadi korban pembunuhan dan ditemukan dalam kondisi mengenaskan dalam mobil Toyota Avanza warna silver BK 1088 IW, di Jalan Klambir 5, Kelurahan Tanjunggusta, Medan Helvetia, Rabu (7/6) lalu.

Korban meninggalkan seorang anak dan 2 cucu yang bermukim di Medan. Sementara suaminya, Sapta, merupakan seorang mantri yang cukup dikenal masyarakat Kelurahan Kebun Lada, Binjai Utara.

Fonda pun diketahui istri muda atau istri kedua Sapta, yang berdomisili di Kwala Begumit, Kecamatan Binjai, Langkat. Kini, korban sudah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Islam, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kebun Lada, Binjai Utara.

Di lokasi pemakaman, suami korban tak kuasa menahan tangis atas kepergian istrinya. Bahkan terlihat, kondisi fisik Sapta seperti tak bedaya dan lemas pasca ikut meletakkan langsung jasad Fonda di dalam liang lahat.

“Kami sekeluarga terkejut dan tak sangka atas kepergian adik kami ini,” kata Abang Korban, Hariono (56) di rumah duka, Kamis (8/6).

Dia mengetahui sang adik sudah tak bernyawa pada Rabu (7/6) sore. Dia melihat langsung jenazah adiknya yang ditemukan banyak bekas darah.

“Ada tetesan darah di dalam mobil. Saya menyaksikan langsung dan saya pastikan itu adik saya,” kata Hariono.

Hariono menambahkan, korban sempat menghubunginya sebelum akhirnya tewas mengenaskan. Dalam obrolannya, korban ingin pindah jualan es teh ke Helvetia, Kota Medan.

“Pada saat itu dia menghubungi saya, katanya mau pindah tempat jualan esnya ke Helvetia. Cuma tidak jadi,” ujar Hariono.

Korban sendiri belum lama jualan minuman dingin dengan mengendarai mobil di sekitaran Binjai. Menurut Hariono, hari inilah korban seharusnya jualan di Helvetia.

“Tapi kalau misalnya semalam dia jualan di sana, insya Allah kejadian ini tidak akan terjadi. Allah berkata lain, hari ini dia sudah berpindah tempat ke pemakaman,” ujar Hariono.

Soal musuh korban, dia tidak mengetahuinya.

“Saya kurang tahu, (karena) saya tinggal di Medan, dia di Binjai. Dan intinya kita tidak mau mencampuri urusan rumah tangga dia seperti apa,” bebernya.

Hingga kini, keluarga besar korban belum tahu apa motif pelaku menghabisi nyawa korban begitu sadis.

“Sampai saat ini kami belum tahu karena apa, tapi yang pasti dia dibunuh. Sebelum berjualan, sehari-hari Fonda sebagai ibu rumah tangga. Soal dugaan dia dipaksa dibawa ke Medan bagaimana kita bilang ya, kalau ada ditemukan sendalnya sebelah di lokasi dia berjualan di Binjai, pasti dipaksa,” kata Hariono.

Dia menegaskan, korban tidak dalam kondisi hamil. Namun dia menyebut, tubuh korban memang besar. Dia berharap, kepolisian segera mengungkap kasus tersebut dan menangkap pelaku.

Sementara itu, korban kesehariannya berjualan Es Teh Jumbo di depan Taman PGRI, Binjai.

Petugas kebersihan, Tengku Dewi sering melihat korban berjualan di sana. Sekitar pukul 13.00 WIB, Dewi masih melihat korban jualan. Saksi menaruh curiga kepada seorang pria yang duduk di taman.

“Saya enggak tahu itu siapa, namanya tempat umum. Mungkin itu pelakunya,” kata Dewi.

Keberadaan sosok pria ini juga terekam dalam CCTV milik Kantor PLN UP3 Binjai. Disebut-sebut rekaman CCTV tersebut sudah disita penyidik kepolisian.

Pria tersebut, kata Dewi, tidak ada berkomunikasi dengan korban.

“Tapi pria itu lama duduk di sini (Taman PGRI), dari pagi jam 8 sampai siang pria itu sudah ada di Taman PGRI,” kata dia.

“Ciri-cirinya badan tinggi, kulitnya putih, pakai baju sweater warna silver abu-abu, pakai celana jeans, pakai topi warna putih, pakai masker hitam, dan cuma matanya aja yang nampak,” sambung Dewi.

Dia tahu Fonda diduga jadi korban pembunuhan dari suaminya yang datang bertanya. Pasalnya, sendal dan kursi yang dipakai korban untuk berjualan, tinggal di pinggir jalan.

Informasinya penyidik sudah mengambil kursi yang tinggal di pinggir jalan tersebut. Begitu juga dengan tempat minum es teh pria yang mencurigakan.

“Tempat minum itu diambil polisi dari tong sampah. Karena sepertinya dia beli minuman es teh itu dari si korban,” ujar Dewi.

Korban baru sepekan belakangan berjualan Es Teh Jumbo di depan Taman PGRI.

“Saya juga ditanyai ciri-ciri laki-laki yang saya sebutkan, saya bilang ada melihatnya di sini, duduk sampai setengah hari,” pungkasnya. (ted/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/