27.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Pasutri dan 2 Anaknya Dihabisi di Pulau Iblis

Pembunuhan-Ilustrasi
Pembunuhan-Ilustrasi

SUMUTPOS.CO – Kasus pembunuhan sadis ini terjadi Rabu 9 Oktober 2013 silam sekitar pukul 17.00 WIB. Sore itu tersangka Alamsyah alias Lilik (31) memerintahkan Rendy (21) untuk mencari lokasi yang tepat untuk menghabisi Misman dan keluarganya.

Setelah menemukan lokasi yang diangap tepat, Rendy melaporkan hal itu kepada Lilik. Selanjutnya, Rendy dan Lilik pergi bersama-sama mengecek lokasi dimaksud yang dikenal dengan sebutan Pulau Iblis yang berada di Dusun Pondok XI, Desa perkebunan Tj.Keliling, Kec. Salapian. Dari sana, Lilik lalu memberikan uang Rp30 ribu kepada Rendy untuk membeli racun serangga merek Baygon.

Setelah mendapatkan racun dimaksud, Rendy kembali mendatangi lokasi sendirian untuk menyembunyikan racun tersebut. Setelah itu, jelang pukul 20.30 WIB, Alamsyah dan Rendy kembali ke lokasi menggunakan pick up Daihatsu Grand Max BK 9250 RE Lilik.

Tak lama ditempat itu, tersangka lalu memutar arah mobil dengan posisi kepala menghadap ke depan jalan masuk. Setelah memarkirkan mobilnya sejenak, Lilik kemudian menyuruh Rendy untuk mengambil racun yang disimpan. Oleh Lilik, botol racun tersebut langsung dipotong dan isinya dicampurkan kedalam minuman mineral.

Tak berapa lama kemudian, muncullah dua oknum anggota TNI yakni Praka Pu dan Praka Sa mengendarai sepeda motor. Kedatangan keduanya setelah sebelumnya dihubungi Lilik melalui handphone. Seiring dengan itu, korban yang juga telah dijumpai tersangka, tak berapa lama kemudian muncul dengan sepeda motornya.

Waktu itu Misman (46), dan istrinya Suliah (42) berboncengan satu kereta, sedangkan kedua anaknya, Dedek Febriansyah (21) dan Tria Winanda Aulia (13) satu kereta. Korban yang datang sambil membawa peralatan berupa tikar, dua buah gelas serta satu batang kayu sebagai pancang lalu diajak tersangka duduk ditempat itu persisnya didepan mobil tersangka yang parkir.

Namun, baru beberapa menit duduk disitu, tersangka mengajak korban pindah dengan alasan kalau lokasi itu tidak tepat untuk dilakukan ritual pengangkatan barang-barang gaib. Sebagai lokasi pengganti yang tepat, tersangka mengajak korban bergeser sekitar 30 meter ke belakang mobil menyeberangi jembatan. Di lokasi kedua ini, keempat korban disuruh duduk berjejer diatas tikar yang dibawanya. Namun, untuk korban Tria Winanda tidak mau ikut duduk karena takut dan memilih menunggu orangtua dan saudaranya di dalam mobil. Sebelum ritual dilakukan, tersangka mengatakan kepada korban kalau mau berhasil para korban harus diikat lebih dulu. “Ini kalau mau terangkat barang gaibnya, kaki diikat, mata ditutup,” ujarnya meyakinkan para korban.

Tak curiga sedikitpun, ketiga korban mau saja diikat oleh pelaku. Orang pertama yang diikat oleh Lilik adalah Misman, sementara Rendy mengikat Dedek Pebrianto dan menutup matanya. Selanjutnya, Praka Pu mengikat kaki dan menutup mata Suliah. Korban diikat mengunakan lakban warna kuning. Begitu ketiga korban telah diikat, Lilik lalu bertanya kepada Misman. ”Mang, ini utangnya kapan dibayar, orang-orang ini udah nagih samaku semua,” kata Lilik. Mendengar itu, Misman malah membentaknya dengan nada tinggi. ”Kau asik utang-utang ajapun, nanti itu,” katanya sambil mendorong kepala Lilik.

Merasa kesal diperlakukan seperti itu, Lilik kemudian pergi menuju bak mobil dan mengambil cairan Baygon yang sebelumnya telah mereka persiapkan. Oleh pelaku, air mineral beracun tersebut kemudian dituang ke dalam gelas dan diberikan kepada korban.

“Ini minum, jangan rasa baunya, memang beginilah dia,“ terang Lilik sehingga korban mau meminum air yang telah diberi racun tersebut. Meski telah diberi racun, tapi korban baik-baik saja, meski begitu tersangka kembali bertanya kepada korban kapan utangnya mau dibayar.

“Mang kapan sih kira-kira bayar utangnya, minta tolong aku,” tanyanya lagi.

“Kaupun dari tadi asyik itu-itu saja, kalau ada uangmu kau talangilah dulu,” jawab korban.

Emosi dengan jawaban korban Lilik langsung mengambil satu batang kayu yang dibawa korban tadi dan langsung menghantamkannya kebagian  belakang kepala korban Misman. Setelah itu, Lilik juga memukul bagian belakang kepala Dedek Pebrianto diikuti kepala Suliah. Ulah Lilik tadi juga diikuti adiknya Rendy yang ikut memukuli ketiga korban dengan kayu menyebabkan kayu ditanganya patah jadi dua bagian.

Korban Misman yang tiba-tiba sadar, berusaha bangkit. Namun, upaya Misman melakukan perlawanan sia-sia, sebab seperti orang kesetanan, Lilik langsung mencabut senjata tajam dari pingangnya dan membacokkannya kepada korban.

Tak cuma Misman yang jadi korban tebasan parang tersangka, anak dan istri Misman yang tergeletak tadi juga dihujani bacokan. Sadisnya, aksi tersangka Lilik diikuti juga oleh Rendy dan temannya Praka Pu. Kedua orang ini juga menikami tubuh tak berdaya para korban.

Setelah Lilik yakin ketiga korban tak bernyawa lagi, ia lalu pergi pergi menuju mobil untuk menemui korban Tria Winanda Aulia sambil mengambil pisau milik Rendy dan menyelipkanya di pingangnnya. Tria sempat disuruh Lilik pergi saja dari tempat itu, namun korban tidak mau tanpa kedua orangtua dan saudaranya.

“Aku sempat suruh dia keluar dari dalam mobil dan pergi saja dari lokasi itu, tapi dia ngak mau, katanya dia ngak mau pergi tanpa keluarganya,” urai Lilik.

Karena Tria tak mau pergi, Rendy lalu menyarankan abangnya untuk membunuh korban juga seperti keluarganya. “Udah bang, kalau ada saksi susah kita, “ katanya. Curiga dengan perkataan tersangka ini, Tria menoleh ke arah keluarganya yang sudah terkapar bersimbah darah. Waktu itulah secara spontan korban menjerit.

Mendengar itu tersangka jadi panik dan langsung menutup mulut salah seorang pelajar di SMPN Salapian ini dengan tangannya. Tak cuma itu, tersangka juga menghujami korban dengan tikaman senjata tajamnya hingga korban roboh ke tanah.

Ketika Tria terjerembab ke tanah, Praka Sa melihatnya masih hidup. Bukannya menyelamatkan, dengan teganya oknum TNI ini malah mengambil parang milik Rendy yang terjatuh di tanah dan membacok korban. Begitu juga dengan Rendy menghujani tubuh remaja ini dengan tusukan pisaunya hingga menghembuskan napas terahir.

Sewaktu menghabisi Tria, mereka mendengar suara ngorok dari salah seorang korban. Rupanya Dedek Pebrianto berusaha bangkit dan melarikan diri. Sayang upaya Dedek sia-sia, pelaku keburu  mendatanginya dan menarik baju korban dari belakang hingga korban terjatuh dan tak bergerak lagi.

Begitu keempat korban sudah meninggal dunia, para pelaku sepakat untuk membuang mayat korban. Dibantu Rendy, Praka Pu dan Praka Sa, membawa jasad ke empat korban menggunakan mobil pick up yang telah dialasi tikar milik korban. Setelah itu, jasad keempat korban langsung ditutup dengan terpal mobil.

Tak membuang-buang waktu, Lilik dan Rendy bergerak mengendarai mobil. Sementara kedua rekannya dengan sepeda motor.  Mayat para korban tadi selanjutnya dibawa ke kawasan Batang Serangan. Setibanya di lokasi yang sunyi dan ditumbuhi semak, pelaku memberhentikan mobilnya. Dibantu Rendy, Pu dan Sa lantas  mengangkat mayat Dedek Pebrianto dan membuangnya ke jalan kanan. Sedangkan mayat Tria Winanda dibuang tak jauh dari mayat abangnya Dedek. (dw/trg/deo)

Pembunuhan-Ilustrasi
Pembunuhan-Ilustrasi

SUMUTPOS.CO – Kasus pembunuhan sadis ini terjadi Rabu 9 Oktober 2013 silam sekitar pukul 17.00 WIB. Sore itu tersangka Alamsyah alias Lilik (31) memerintahkan Rendy (21) untuk mencari lokasi yang tepat untuk menghabisi Misman dan keluarganya.

Setelah menemukan lokasi yang diangap tepat, Rendy melaporkan hal itu kepada Lilik. Selanjutnya, Rendy dan Lilik pergi bersama-sama mengecek lokasi dimaksud yang dikenal dengan sebutan Pulau Iblis yang berada di Dusun Pondok XI, Desa perkebunan Tj.Keliling, Kec. Salapian. Dari sana, Lilik lalu memberikan uang Rp30 ribu kepada Rendy untuk membeli racun serangga merek Baygon.

Setelah mendapatkan racun dimaksud, Rendy kembali mendatangi lokasi sendirian untuk menyembunyikan racun tersebut. Setelah itu, jelang pukul 20.30 WIB, Alamsyah dan Rendy kembali ke lokasi menggunakan pick up Daihatsu Grand Max BK 9250 RE Lilik.

Tak lama ditempat itu, tersangka lalu memutar arah mobil dengan posisi kepala menghadap ke depan jalan masuk. Setelah memarkirkan mobilnya sejenak, Lilik kemudian menyuruh Rendy untuk mengambil racun yang disimpan. Oleh Lilik, botol racun tersebut langsung dipotong dan isinya dicampurkan kedalam minuman mineral.

Tak berapa lama kemudian, muncullah dua oknum anggota TNI yakni Praka Pu dan Praka Sa mengendarai sepeda motor. Kedatangan keduanya setelah sebelumnya dihubungi Lilik melalui handphone. Seiring dengan itu, korban yang juga telah dijumpai tersangka, tak berapa lama kemudian muncul dengan sepeda motornya.

Waktu itu Misman (46), dan istrinya Suliah (42) berboncengan satu kereta, sedangkan kedua anaknya, Dedek Febriansyah (21) dan Tria Winanda Aulia (13) satu kereta. Korban yang datang sambil membawa peralatan berupa tikar, dua buah gelas serta satu batang kayu sebagai pancang lalu diajak tersangka duduk ditempat itu persisnya didepan mobil tersangka yang parkir.

Namun, baru beberapa menit duduk disitu, tersangka mengajak korban pindah dengan alasan kalau lokasi itu tidak tepat untuk dilakukan ritual pengangkatan barang-barang gaib. Sebagai lokasi pengganti yang tepat, tersangka mengajak korban bergeser sekitar 30 meter ke belakang mobil menyeberangi jembatan. Di lokasi kedua ini, keempat korban disuruh duduk berjejer diatas tikar yang dibawanya. Namun, untuk korban Tria Winanda tidak mau ikut duduk karena takut dan memilih menunggu orangtua dan saudaranya di dalam mobil. Sebelum ritual dilakukan, tersangka mengatakan kepada korban kalau mau berhasil para korban harus diikat lebih dulu. “Ini kalau mau terangkat barang gaibnya, kaki diikat, mata ditutup,” ujarnya meyakinkan para korban.

Tak curiga sedikitpun, ketiga korban mau saja diikat oleh pelaku. Orang pertama yang diikat oleh Lilik adalah Misman, sementara Rendy mengikat Dedek Pebrianto dan menutup matanya. Selanjutnya, Praka Pu mengikat kaki dan menutup mata Suliah. Korban diikat mengunakan lakban warna kuning. Begitu ketiga korban telah diikat, Lilik lalu bertanya kepada Misman. ”Mang, ini utangnya kapan dibayar, orang-orang ini udah nagih samaku semua,” kata Lilik. Mendengar itu, Misman malah membentaknya dengan nada tinggi. ”Kau asik utang-utang ajapun, nanti itu,” katanya sambil mendorong kepala Lilik.

Merasa kesal diperlakukan seperti itu, Lilik kemudian pergi menuju bak mobil dan mengambil cairan Baygon yang sebelumnya telah mereka persiapkan. Oleh pelaku, air mineral beracun tersebut kemudian dituang ke dalam gelas dan diberikan kepada korban.

“Ini minum, jangan rasa baunya, memang beginilah dia,“ terang Lilik sehingga korban mau meminum air yang telah diberi racun tersebut. Meski telah diberi racun, tapi korban baik-baik saja, meski begitu tersangka kembali bertanya kepada korban kapan utangnya mau dibayar.

“Mang kapan sih kira-kira bayar utangnya, minta tolong aku,” tanyanya lagi.

“Kaupun dari tadi asyik itu-itu saja, kalau ada uangmu kau talangilah dulu,” jawab korban.

Emosi dengan jawaban korban Lilik langsung mengambil satu batang kayu yang dibawa korban tadi dan langsung menghantamkannya kebagian  belakang kepala korban Misman. Setelah itu, Lilik juga memukul bagian belakang kepala Dedek Pebrianto diikuti kepala Suliah. Ulah Lilik tadi juga diikuti adiknya Rendy yang ikut memukuli ketiga korban dengan kayu menyebabkan kayu ditanganya patah jadi dua bagian.

Korban Misman yang tiba-tiba sadar, berusaha bangkit. Namun, upaya Misman melakukan perlawanan sia-sia, sebab seperti orang kesetanan, Lilik langsung mencabut senjata tajam dari pingangnya dan membacokkannya kepada korban.

Tak cuma Misman yang jadi korban tebasan parang tersangka, anak dan istri Misman yang tergeletak tadi juga dihujani bacokan. Sadisnya, aksi tersangka Lilik diikuti juga oleh Rendy dan temannya Praka Pu. Kedua orang ini juga menikami tubuh tak berdaya para korban.

Setelah Lilik yakin ketiga korban tak bernyawa lagi, ia lalu pergi pergi menuju mobil untuk menemui korban Tria Winanda Aulia sambil mengambil pisau milik Rendy dan menyelipkanya di pingangnnya. Tria sempat disuruh Lilik pergi saja dari tempat itu, namun korban tidak mau tanpa kedua orangtua dan saudaranya.

“Aku sempat suruh dia keluar dari dalam mobil dan pergi saja dari lokasi itu, tapi dia ngak mau, katanya dia ngak mau pergi tanpa keluarganya,” urai Lilik.

Karena Tria tak mau pergi, Rendy lalu menyarankan abangnya untuk membunuh korban juga seperti keluarganya. “Udah bang, kalau ada saksi susah kita, “ katanya. Curiga dengan perkataan tersangka ini, Tria menoleh ke arah keluarganya yang sudah terkapar bersimbah darah. Waktu itulah secara spontan korban menjerit.

Mendengar itu tersangka jadi panik dan langsung menutup mulut salah seorang pelajar di SMPN Salapian ini dengan tangannya. Tak cuma itu, tersangka juga menghujami korban dengan tikaman senjata tajamnya hingga korban roboh ke tanah.

Ketika Tria terjerembab ke tanah, Praka Sa melihatnya masih hidup. Bukannya menyelamatkan, dengan teganya oknum TNI ini malah mengambil parang milik Rendy yang terjatuh di tanah dan membacok korban. Begitu juga dengan Rendy menghujani tubuh remaja ini dengan tusukan pisaunya hingga menghembuskan napas terahir.

Sewaktu menghabisi Tria, mereka mendengar suara ngorok dari salah seorang korban. Rupanya Dedek Pebrianto berusaha bangkit dan melarikan diri. Sayang upaya Dedek sia-sia, pelaku keburu  mendatanginya dan menarik baju korban dari belakang hingga korban terjatuh dan tak bergerak lagi.

Begitu keempat korban sudah meninggal dunia, para pelaku sepakat untuk membuang mayat korban. Dibantu Rendy, Praka Pu dan Praka Sa, membawa jasad ke empat korban menggunakan mobil pick up yang telah dialasi tikar milik korban. Setelah itu, jasad keempat korban langsung ditutup dengan terpal mobil.

Tak membuang-buang waktu, Lilik dan Rendy bergerak mengendarai mobil. Sementara kedua rekannya dengan sepeda motor.  Mayat para korban tadi selanjutnya dibawa ke kawasan Batang Serangan. Setibanya di lokasi yang sunyi dan ditumbuhi semak, pelaku memberhentikan mobilnya. Dibantu Rendy, Pu dan Sa lantas  mengangkat mayat Dedek Pebrianto dan membuangnya ke jalan kanan. Sedangkan mayat Tria Winanda dibuang tak jauh dari mayat abangnya Dedek. (dw/trg/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/