Irwansyah Putra
Lahir dari keluarga kurang mampu menjadikan Irwansyah Putra (41) sosok pekerja. Baginya, kehidupan tidak bisa dibiarkan seperti air mengalir. Mengubah penghidupan harus dengan usaha. Dan, dia mampu membuktikannya.
Kesan biasa langsung masuk dalam otak ketika bertemu dengan lelaki kelahiran 41 tahun yang lalu ini. Bahkan, cenderung melihatnya sebagai seorang karyawan biasa yang tidak memiliki apa-apa. Tetapi tahukah Anda? Bahwa pria dengan postur tubuh pendek ini merupakan seorang pekerja keras yang memiliki prinsip untuk selalu disiplin dan konsentrasi dalam kehidupannya, hingga di usianya yang masih muda, pria ini memiliki beberapa usaha sekaligus.
Terlahir dari keluarga yang kurang mampu, Irwansyah Putra pria kelahiran Rantau Prapat 4 Januari 1971, pria ini kini memiliki usaha Rapy Ray (usaha yang bergerak dalam kaca), Ray Developer (bergerak dalam bidang developer), BMT dan TK Ulul Ilmi. Padahal, pria ini awalnya adalah seorang pria yang melamar ke berbagai perusahaan sejak dirinya selesai menyelesaikan bangku SMEA 1 di Medan. “Berbagai perusahaan saya coba, tetapi saya tidak pernah diterima,” ucap Irwan.
Bermodal uang Rp1,250 juta pada tahun 1992, Irwansyah mencoba membangun usaha yang bergerak dalam bidang kaca, padahal dirinya tidak memiliki back ground pendidikan ekonomi apalagi usaha. “Saya pilih kaca karena usaha ini memiliki modal kecil,” ucap Irwansyah.
Bermodal dengan tekad kuat, berbagai toko kaca didatangi oleh Irwansyah agar dapat bekerja sama dengannya. Usaha tersebut berbuah manis, dalam waktu 2 tahun, Irwan dapat membeli ruko dan membuat toko kaca sendiri.
Berbagai rintangan diterima pria ini ketika mulai merintis usaha, mulai susah mendapatkan kredit dari bank, antrean untuk mendapatkan kaca dari pabrik (kala itu Irwan hanya mampu membeli dalam skala kecil), hingga pasar yang dikuasai oleh pengusaha keturunan.
Lalu, dia pun memikirkan sebuah trik untuk merebut pasar, yakni harus menjatuhkan harga kaca di pasaran. “Bahkan keuntungan untuk 1 lembar kaca hanya saya terima Rp500 hingga Rp700. Namun, saya percaya, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan,” ujarnya.
Untuk menambah keuntungan dari penjualan kaca, Irwan bercoba kreatif dengan menggolah kaca sisa, “Biasanya saya olah untuk menjadi produk lain, seperti kaca untuk lampu semprong,” ujar Irwan.
Tahun berganti, tawaran pekerjaan mulai berdatangan kepadanya. “Terbersit untuk menerima (tawaran pekerjaan) karena penghasilan sebagai karyawan pasti lebih besar dari pada kerjaan saya saat itu. Saya tolak, meski sulit merintis usaha masih terasa saat itu. Saya bukan dari keluarga berada, sejak dulu saya sudah terbiasa untuk mencari uang sendiri untuk membayar uang sekolah dan kebutuhan sendiri,” lanjut irwan.
Hasil jerih payah tersebut dapat dilihat dengan berbagai usaha yang telah dimilikinya. Karena itu, walaupun dirinya pemilik usaha, tetapi dirinya tetap digaji berdasarkan kinerjanya. Akhir tahun setelah audit buku dan hitungan untuk perusahaan dan karyawan lain, baru diketahui keuntungan perusahaan. Keuntungan tersebutlah yang kemudian diputar kembali oleh Irwan untuk membangun usaha yang lain. Ketika modal cukup, Irwan kembali berpikir untuk mengembangkan usaha baru, dan pilihannya jatuh pada pengembangan rumah, “Saya pernah menghitung, untuk sebuah rumah membutuhkan kaca yang banyak, seperti kaca jendela,” ucapnya.
Menjadi developer pun dipilihnya, sementara usaha kaca yang dirintisnya telah mandiri dengan 22 outlet yang tersebar diseluruh Sumut. Dari ke 22 outlet tersebut, semuanya dikelola oleh mantan karyawan Irwan yang telah mengabdi selama bertahun-tahun. Dan dari membantu modal karyawan ini pulalah Irwansyah membuka usaha BMT pada tahun 2007. (mag-9)