26.7 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

Dihantam Gelombang, Bayi Selamat di Reruntuhan Rumah

Berbagai Mukjizat di Balik Ganasnya Bencana Tsunami Jepang

Di tengah banyaknya korban jiwa dalam musibah gempa dahsyat dan tsunami di Jepang, ada juga cerita tentang mukjizat atau keajaiban.

Dua warga berhasil diselamatkan dan ditemukan dalam keadaan hidup setelah tertimbun selamat 96 jam. Stasiun televisi milik pemerintah Jepang, Nippon Hoso Kyokai (NHK), melaporkan bahwa seorang pria ditemukan hidup di Kota Ishimaki, Prefektur Miyagi, kemarin siang (15/3) setelah empat hari tertimbun puing-puing gempa dan tsunami yang terjadi pada Jumat lalu (11/3).

Pagi harinya, tiga warga lanjut usia (lansia) telah diselamatkan dalam tumpukan puing-puing mobil di kota kecil Natori, selatan Sendai, Prefektur Miyagi. Pada saat hampir bersamaan, seorang perempuan tua usia 70 tahun juga ditemukan dalam kondisi selamat di bawah reruntuhan bangunan di kota lain. Nenek itu langsung dilarikan ke rumah sakit karena hipotermia. Tetapi, NHK memastikan, nyawa sang nenek tidak sampai  terancam.

Penyelamatan tersebut terjadi setelah seorang bayi usia empat bulan ditemukan dalam kondisi selamat di bawah reruntuhan rumahnya di Kota Ishinomaki, Prefektur Miyagi, Senin lalu (14/3). Bayi itu terlepas dari gendongan orang tuanya ketika gelombang laut menerjang rumahnya.

Tim penyelamat dan tentara yang dikerahkan ke kota tersebut untuk membantu evakuasi para korban menemukan sang bayi. News.com memberitakan bahwa selanjutnya bayi itu dipersatukan dengan sang ayah.
Kaori Ohashi (39), juga termasuk yang selamat. Ibu dua anak itu bekerja di di sebuah panti perawatan di Sendai, Prefektur Miyagi. Saat tsunami menerjang, dia menyaksikan gelombang laut bercampur lumpur dan banyak puing menghantam rumah dan bangunan. Tak terkecuali tempatnya bekerja.

Dia juga melihat banyak mobil di jalan dijungkir-balikkan oleh gelombang laut. Sementara itu, para pengemudinya masih berada di dalam mobil. Warga lain berusaha menyelamatkan diri dengan menaiki pohon. “Saya mengira saya tidak akan selamat,” ujar Ohashi kepada Agence France-Presse (AFP). Dua malam dia terjebak di panti bersama 15 staf lainnya serta 200 warga lansia penderita demensia akut.

Saat ini, Ohashi tinggal di tempat penampungan sementara di ruang gimnasium sekolah di Sendai. Di tempat itu, juga tinggal 400 pengungsi lainnya.

Ketika tsunami datang, lantai satu tempat Ohashi bekerja dipenuhi air. Bersama para koleganya, dia membawa para lansia ke lantai dua dan tiga. “Saat itu listrik mati. Salju mulai turun. Saya merasakan suasana yang mencekam,” ceritanya.

Ohashi dan rekan-rekannya bertahan. Mereka tetap sibuk mengurus para lansia. Dalam kondisi gelap, mereka  melakukan aktivitas seperti biasa. Menyuapi dan membantu para lansia ke toilet serta memasang alas tidur di lantai buat mereka.

“Mereka (para lansia pasien demensia) ketakutan. Tetapi, saya rasa mereka tidak tahu terjadi tsunami. Mereka takut karena ruang gelap dan dingin. Mereka baru bisa tidur sekitar pukul 02.00 atau 03.00 pagi. Kami berusaha menenangkan mereka,” paparnya.

Di hari berikutnya, sebuah helikopter penyelamat melintas. Dua petugas meminta Ohashi tetap kuat dan sabar. Mereka menyatakan bantuan segera tiba. Pada Minggu lalu (13/3) tim penyelamat tiba. Ajaibnya, dia bersama para kolega dan semua pasien selamat.

Ohashi pun bersatu kembali dengan keluarganya di pengungsian pada Minggu lalu. Anak lelakinya yang berusia 12 tahun dan anak keduanya, perempuan usia 2 tahun, juga selamat. “Saya senang bertemu mereka lagi. Tidak ada kata-kata yang bisa keluar. Saya amat bahagia,” tuturnya.

Secara terpisah, KBRI Tokyo menyatakan bahwa tujuh ABK yang semula dilaporkan hilang dipastikan selamat. Ketujuh WNI itu bekerja di kapal Shinko Maru 78. Mereka adalah Askurulloh (Tegal), Hasanudin (Cirebon), Hodir (Brebes), Sutoyo (Pemalang), Tatang (Majalengka), Suardi (Pati) dan Basril Effendy (Padang).

Tetapi, hingga kini pemerintah belum mengetahui keberadaan empat ABK kapal penangkap ikan tuna Kuni Maru No. 3 yang bermarkas di Tsukumi, Prefektur Oita. Otoritas setempat juga menyatakan bahwa empat WNI itu belum diketahui nasibnya. Mereka adalah Sunardi, Tonny Setiawan, Rudi Hartono, dan Arifin Siregar. Saat ini  mereka masih dalam pencarian tim SAR dan KBRI Tokyo.

Dua warga Magelang juga dilaporkan selamat di Jepang. Keduanya adalah kakak beradik Ihwan Rosyadi, 28, dan Mualfi Sodiq Hasan, 27, warga Dusun Tanjung Kulon Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang yang bekerja sebagai ABK kapal Yamato Maru No 36 di Miyagi.

Menurut Harun Rasyid, ayah kedua WNI itu, dua anaknya yang sempat diberitakan hilang ditemukan dalam kondisi selamat. “Kami sangat bersyukur. Mereka selamat. Kami langsung gelar tasyakuran ini. Kita berterima kasih kepada Tuhan dan teman-teman yang telah membantu kami,” kata Harun tadi malam.

“Informasi keselamatan kedua anaknya tersebut diperoleh Harun dari penyalur kerja, PT Budi Agung Bina Tara di Jakarta Selatan. “Tadi, sekitar pukul 4 sore, saya hendak berangkat ke Jakarta. Tapi, ada telepon “yang memberi tahu bahwa satu kapal semua selamat,” terangnya.

Meskipun begitu, dia belum dapat berkomunikasi langsung dengan kedua anaknya tersebut. Pasalnya, saat ini kapal Yamato Maru masih belum bersandar di dermaga. “Dermaga rusak. Sekarang mereka ada di Katsunuma, Jepang,” jelasnya. (zul/vie/ton/jpnn/dwi)

Berbagai Mukjizat di Balik Ganasnya Bencana Tsunami Jepang

Di tengah banyaknya korban jiwa dalam musibah gempa dahsyat dan tsunami di Jepang, ada juga cerita tentang mukjizat atau keajaiban.

Dua warga berhasil diselamatkan dan ditemukan dalam keadaan hidup setelah tertimbun selamat 96 jam. Stasiun televisi milik pemerintah Jepang, Nippon Hoso Kyokai (NHK), melaporkan bahwa seorang pria ditemukan hidup di Kota Ishimaki, Prefektur Miyagi, kemarin siang (15/3) setelah empat hari tertimbun puing-puing gempa dan tsunami yang terjadi pada Jumat lalu (11/3).

Pagi harinya, tiga warga lanjut usia (lansia) telah diselamatkan dalam tumpukan puing-puing mobil di kota kecil Natori, selatan Sendai, Prefektur Miyagi. Pada saat hampir bersamaan, seorang perempuan tua usia 70 tahun juga ditemukan dalam kondisi selamat di bawah reruntuhan bangunan di kota lain. Nenek itu langsung dilarikan ke rumah sakit karena hipotermia. Tetapi, NHK memastikan, nyawa sang nenek tidak sampai  terancam.

Penyelamatan tersebut terjadi setelah seorang bayi usia empat bulan ditemukan dalam kondisi selamat di bawah reruntuhan rumahnya di Kota Ishinomaki, Prefektur Miyagi, Senin lalu (14/3). Bayi itu terlepas dari gendongan orang tuanya ketika gelombang laut menerjang rumahnya.

Tim penyelamat dan tentara yang dikerahkan ke kota tersebut untuk membantu evakuasi para korban menemukan sang bayi. News.com memberitakan bahwa selanjutnya bayi itu dipersatukan dengan sang ayah.
Kaori Ohashi (39), juga termasuk yang selamat. Ibu dua anak itu bekerja di di sebuah panti perawatan di Sendai, Prefektur Miyagi. Saat tsunami menerjang, dia menyaksikan gelombang laut bercampur lumpur dan banyak puing menghantam rumah dan bangunan. Tak terkecuali tempatnya bekerja.

Dia juga melihat banyak mobil di jalan dijungkir-balikkan oleh gelombang laut. Sementara itu, para pengemudinya masih berada di dalam mobil. Warga lain berusaha menyelamatkan diri dengan menaiki pohon. “Saya mengira saya tidak akan selamat,” ujar Ohashi kepada Agence France-Presse (AFP). Dua malam dia terjebak di panti bersama 15 staf lainnya serta 200 warga lansia penderita demensia akut.

Saat ini, Ohashi tinggal di tempat penampungan sementara di ruang gimnasium sekolah di Sendai. Di tempat itu, juga tinggal 400 pengungsi lainnya.

Ketika tsunami datang, lantai satu tempat Ohashi bekerja dipenuhi air. Bersama para koleganya, dia membawa para lansia ke lantai dua dan tiga. “Saat itu listrik mati. Salju mulai turun. Saya merasakan suasana yang mencekam,” ceritanya.

Ohashi dan rekan-rekannya bertahan. Mereka tetap sibuk mengurus para lansia. Dalam kondisi gelap, mereka  melakukan aktivitas seperti biasa. Menyuapi dan membantu para lansia ke toilet serta memasang alas tidur di lantai buat mereka.

“Mereka (para lansia pasien demensia) ketakutan. Tetapi, saya rasa mereka tidak tahu terjadi tsunami. Mereka takut karena ruang gelap dan dingin. Mereka baru bisa tidur sekitar pukul 02.00 atau 03.00 pagi. Kami berusaha menenangkan mereka,” paparnya.

Di hari berikutnya, sebuah helikopter penyelamat melintas. Dua petugas meminta Ohashi tetap kuat dan sabar. Mereka menyatakan bantuan segera tiba. Pada Minggu lalu (13/3) tim penyelamat tiba. Ajaibnya, dia bersama para kolega dan semua pasien selamat.

Ohashi pun bersatu kembali dengan keluarganya di pengungsian pada Minggu lalu. Anak lelakinya yang berusia 12 tahun dan anak keduanya, perempuan usia 2 tahun, juga selamat. “Saya senang bertemu mereka lagi. Tidak ada kata-kata yang bisa keluar. Saya amat bahagia,” tuturnya.

Secara terpisah, KBRI Tokyo menyatakan bahwa tujuh ABK yang semula dilaporkan hilang dipastikan selamat. Ketujuh WNI itu bekerja di kapal Shinko Maru 78. Mereka adalah Askurulloh (Tegal), Hasanudin (Cirebon), Hodir (Brebes), Sutoyo (Pemalang), Tatang (Majalengka), Suardi (Pati) dan Basril Effendy (Padang).

Tetapi, hingga kini pemerintah belum mengetahui keberadaan empat ABK kapal penangkap ikan tuna Kuni Maru No. 3 yang bermarkas di Tsukumi, Prefektur Oita. Otoritas setempat juga menyatakan bahwa empat WNI itu belum diketahui nasibnya. Mereka adalah Sunardi, Tonny Setiawan, Rudi Hartono, dan Arifin Siregar. Saat ini  mereka masih dalam pencarian tim SAR dan KBRI Tokyo.

Dua warga Magelang juga dilaporkan selamat di Jepang. Keduanya adalah kakak beradik Ihwan Rosyadi, 28, dan Mualfi Sodiq Hasan, 27, warga Dusun Tanjung Kulon Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang yang bekerja sebagai ABK kapal Yamato Maru No 36 di Miyagi.

Menurut Harun Rasyid, ayah kedua WNI itu, dua anaknya yang sempat diberitakan hilang ditemukan dalam kondisi selamat. “Kami sangat bersyukur. Mereka selamat. Kami langsung gelar tasyakuran ini. Kita berterima kasih kepada Tuhan dan teman-teman yang telah membantu kami,” kata Harun tadi malam.

“Informasi keselamatan kedua anaknya tersebut diperoleh Harun dari penyalur kerja, PT Budi Agung Bina Tara di Jakarta Selatan. “Tadi, sekitar pukul 4 sore, saya hendak berangkat ke Jakarta. Tapi, ada telepon “yang memberi tahu bahwa satu kapal semua selamat,” terangnya.

Meskipun begitu, dia belum dapat berkomunikasi langsung dengan kedua anaknya tersebut. Pasalnya, saat ini kapal Yamato Maru masih belum bersandar di dermaga. “Dermaga rusak. Sekarang mereka ada di Katsunuma, Jepang,” jelasnya. (zul/vie/ton/jpnn/dwi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/