SUMUTPOS.CO – Sepasang remaja di Pakistan diduga dibunuh dengan sengatan listrik demi untuk menyelamatkan kehormatan keluarga.
Kepolisian menemukan bekas sengatan itu saat mengautopsi dua jenazah tersebut.
Sebulan setelah jenazah remaja perempuan bernama Bakht Jan (15 tahun) dan kekasihnya Rehman (17) dikuburkan, kepolisian memutuskan menggali makam mereka.
Polisi bersama hakim dan sejumlah dokter datang ke pemakaman itu untuk menyaksikan proses awal autopsi. Hasil uji post-mortem dikabarkan akan segera diumumkan.
Pejabat kepolisian menyebut pasangan kekasih itu awalnya berencana kabur dari kediaman mereka, tapi gagal. Tetua adat lantas memerintahkan pembunuhan atas pasangan muda itu.
Wartawan BBC di Islamabad, Ilyas Khan menyebut pembunuhan atas nama kehormatan keluarga jarang dilakukan dengan setruman listrik. Kejadian serupa sebelumnya terjadi tahun 2010 di ibu kota India, New Delhi.
Empat orang, termasuk dua ayah dari pasangan yang meninggal itu, ditangkap kepolisian. Aparat kini tengah memburu keberadaan tetua adat yang diduga kuat turut bertanggung jawab atas pembunuhan ini.
Kepala kepolisian setempat, Rao Anwaar, menyebut lembaganya mengetahui kasus pembunuhan ini dari pelapor. Ia berkata, dua jenazah pasangan muda yang dikuburkan di pemakaman Mauladad, Sherpao Colony, itu memiliki bekas sengatan listrik di bagian lengan, dada, dan kaki.
“Ada bekas sengatan listrik dan penganiayaan yang terlihat jelas di dua jenazah itu,” kata dokter bedah di rumah sakit umum Karachi, Qarar Ahmed Abbasi, seperti dilansir harian Dawn.
Kelompok pegiat HAM mencatat pembunuhan atas nama kehormatan terus meningkat di Pakistan. Mayoritas korban fenomena itu adalah perempuan yang tidak dapat menikah dengan laki-laki pilihannya tanpa persetujuan keluarga.
Suku Pashtun Safi di barat daya kawasan Mohmand merupakan kelompok yang menerapkan tradisi itu.
Zia Ur Rehman, reporter harian The News yang menulis kematian terbaru akibat keputusan adat itu, berkata kepada BBC bahwa keluarga pasangan Jan dan Rehman telah membuat penyesuaian atas tradisi tersebut.
“Penyesuaian itu mengatur, pasangan muda tersebut akan dinikahkan namun pihak laki-laki wajib mempersembahkan tangan dari dua anggota keluarga perempuan mereka kepada dua laki-laki di pihak perempuan sebagai penghormatan,
“Namun satu tetua adat yang sempat menyetujui penyesuaian tradisi itu justru menolak kesepakatan tersebut dan memerintahkan pembunuhan terhadap pasangan muda tersebut sebagai pelajaran bagi yang lain,” kata Zia.
Polisi bernama Aman Marwat berkata kepada BBC, sejumlah sanak saudara pasangan itu ditangkap. Mereka menyebut “dua korban itu dibius dan diikat ke guguk, lalu disengat listrik.”
Marwat menuturkan, Bakht Jan kabur dari kediamannya, 14 Agustus lalu. Tapi beberapa jam kemudian keluarga menemukannya tak jauh dari rumah saat sedang menunggu Rehman.
“Perempuan muda itu dibunuh 15 Agustus dan kekasihnya dibunuh sehari setelahnya,” kata Marwat.
Hingga berita ini diturunkan, para anggota adat belum dapat dihubungi. Kebanyakan dari mereka bersembunyi usai kejadian ini, sementara tak satupun anggota keluarga Bakht Jan mau angkat bicara.
Menurut catatan Komisi HAM Pakistan, setidaknya 1.100 perempuan dibunuh di negara itu pada 2015 oleh saudara mereka sendiri atas alasan memalukan keluarga. (dikutip dari bbc)