26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Super Moon Tertutup Awan

Sedangkan mengenai dampak dari gerhana bulan ini, dia mengaku belum bisa menjelaskan seperti apa. “Besok (hari ini) baru bisa kita informasikan hasil pemantauan di daerah pesisir pantai, apakah terjadi banjir rob dan ketinggian gelombangnya. Tapi, mudah-mudahan tidak terjadi banjir rob,” jarapnya.

Namun, kekecewaan masyarakat Kota Medan untuk menyaksikan gerhana bulan total terobati dengan menggunakan teleskop yang disediakan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Tadi malam, jamaah Salat Gerhana Bulan di Kampus Pasca Sarjama UMSU, Jalan Denai, Medan Denai, membludak. Masyarakat ingin menyaksikan gerhana bulan menggunakan teleskop.

Sejak sore, jamaah sudah datang dan mengambil posisi di tempat yang sudah disediakan. Mulai mendekati waktu salat hingga waktu khutbah, gerbang terpaksa ditutup dan jamaah dimasukkan secara bergantian.

Kepadatan semakin menjadi saat salat sunat gerhana bulan dan khutbah selesai dilaksanakan. Jamaah berlomba untuk dapat melihat gerhana bulan total menggunakan teleskop yang disediakan, dimana 6 unit teleskop disediakan untuk setiap orang diberi kesempatan 1 menit menggunakannya.

Kepala Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU Dr Arwin Juli Rakhmadi Butarbutar mengatakan, gerhana bulan total tak terlihat jelas akibat ditutupi awan hingga pukul 21.00 WIB. “Arah timur tempat munculnya gerhana bulan tertutup oleh awan, sehingga tidak bisa terlihat jelas secara kasat mata. Akan tetapi, dapat terlihat sedikit kemunculannya dengan warna kemerah-merahan. Namun, harus menggunakan teleskop khusus untuk penelitian,” tuturnya.

Sementara, masyarakat Kota Medan dan sekitarnya yang sangat antusias berdatangan ke kampus Pascasarjana UMSU tersebut sebagian besar mengaku kecewa. Pasalnya, mereka tak dapat melihat fenomena langka itu.

Indra, salah seorang pengunjung mengaku, sangat menyayangkan momen langka ini tak dapat dilihat oleh kasat mata. Namun, warga yang tinggal di Jalan Selamat Kecamatan Medan Denai ini mengaku senang bisa melaksanakan ibadah salat gerhana. “Kecewa sih pasti karena bulannya enggak kelihatan jelas, apalagi masuknya berdesak-desakan. Tapi mau bagaimana lagi, faktor cuaca kurang mendukung,” ucapnya.

Tak jauh beda disampaikan Nadila, warga Jalan Bromo. Menurut wanita yang mengenakan hijab berwarna merah muda ini, gerhana bulannya tak dapat dilihat. “Perasaannya agak kecewa sih, soalnya untuk masuk ke dalam aja susah. Pas sampai ke dalam, ternyata tak bisa melihat. Mungkin, gerhana bulannya malu-malu,” tuturnya sembari tertawa kecil.

Di luar kampus paskasarjana UMSU, kepadatan juga terjadi. Selain arus lalu lintas yang padat, mengingat kendaraan roda 2 atau 4 milik para jamaah parkir di pinggir jalan, masjid di sekitar seperti masjid Al-Quba dan Al-Falah dipadati jamaah shalat khusuf. Namun, situasi tetap berjalan aman dan lancar karena terlihat sejumlah personel polisi berjaga dan mengatur arus lalu lintas.

Sedangkan mengenai dampak dari gerhana bulan ini, dia mengaku belum bisa menjelaskan seperti apa. “Besok (hari ini) baru bisa kita informasikan hasil pemantauan di daerah pesisir pantai, apakah terjadi banjir rob dan ketinggian gelombangnya. Tapi, mudah-mudahan tidak terjadi banjir rob,” jarapnya.

Namun, kekecewaan masyarakat Kota Medan untuk menyaksikan gerhana bulan total terobati dengan menggunakan teleskop yang disediakan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Tadi malam, jamaah Salat Gerhana Bulan di Kampus Pasca Sarjama UMSU, Jalan Denai, Medan Denai, membludak. Masyarakat ingin menyaksikan gerhana bulan menggunakan teleskop.

Sejak sore, jamaah sudah datang dan mengambil posisi di tempat yang sudah disediakan. Mulai mendekati waktu salat hingga waktu khutbah, gerbang terpaksa ditutup dan jamaah dimasukkan secara bergantian.

Kepadatan semakin menjadi saat salat sunat gerhana bulan dan khutbah selesai dilaksanakan. Jamaah berlomba untuk dapat melihat gerhana bulan total menggunakan teleskop yang disediakan, dimana 6 unit teleskop disediakan untuk setiap orang diberi kesempatan 1 menit menggunakannya.

Kepala Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU Dr Arwin Juli Rakhmadi Butarbutar mengatakan, gerhana bulan total tak terlihat jelas akibat ditutupi awan hingga pukul 21.00 WIB. “Arah timur tempat munculnya gerhana bulan tertutup oleh awan, sehingga tidak bisa terlihat jelas secara kasat mata. Akan tetapi, dapat terlihat sedikit kemunculannya dengan warna kemerah-merahan. Namun, harus menggunakan teleskop khusus untuk penelitian,” tuturnya.

Sementara, masyarakat Kota Medan dan sekitarnya yang sangat antusias berdatangan ke kampus Pascasarjana UMSU tersebut sebagian besar mengaku kecewa. Pasalnya, mereka tak dapat melihat fenomena langka itu.

Indra, salah seorang pengunjung mengaku, sangat menyayangkan momen langka ini tak dapat dilihat oleh kasat mata. Namun, warga yang tinggal di Jalan Selamat Kecamatan Medan Denai ini mengaku senang bisa melaksanakan ibadah salat gerhana. “Kecewa sih pasti karena bulannya enggak kelihatan jelas, apalagi masuknya berdesak-desakan. Tapi mau bagaimana lagi, faktor cuaca kurang mendukung,” ucapnya.

Tak jauh beda disampaikan Nadila, warga Jalan Bromo. Menurut wanita yang mengenakan hijab berwarna merah muda ini, gerhana bulannya tak dapat dilihat. “Perasaannya agak kecewa sih, soalnya untuk masuk ke dalam aja susah. Pas sampai ke dalam, ternyata tak bisa melihat. Mungkin, gerhana bulannya malu-malu,” tuturnya sembari tertawa kecil.

Di luar kampus paskasarjana UMSU, kepadatan juga terjadi. Selain arus lalu lintas yang padat, mengingat kendaraan roda 2 atau 4 milik para jamaah parkir di pinggir jalan, masjid di sekitar seperti masjid Al-Quba dan Al-Falah dipadati jamaah shalat khusuf. Namun, situasi tetap berjalan aman dan lancar karena terlihat sejumlah personel polisi berjaga dan mengatur arus lalu lintas.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/