26.7 C
Medan
Friday, May 17, 2024

25 Persen Nakes Ogah Divaksin, IDI: Mungkin Ada Riwayat Komorbid

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pernyataan Gubernur Sumatera Utara bahwa 25 persen tenaga kesehatan (nakes) di Sumatera Utara (Sumut) tidak bersedia atau menolak mengikuti vaksinasi Covid-19, mendapat respon dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumatera Utara (Sumut). IDI Sumut meyakini, nakes tidak mungkin menolak vaksinasi.

Vaksinasi Covid-19: Vaksinasi Covid-19 di Sumut baru digelar di 7 kota/kabupaten. Selebihnya, masih proses distribusi vaksin.

“Tidak mungkin. Yang ada malah tidak semua dokter mempunyai kesempatan divaksin karena terindikasi tidak boleh divaksin. Seperti memiliki komorbid dan umur yang berada di luar ketentuan untuk divaksin. Karena banyak dokter yang umur 60-an masih berpraktik, dan banyak juga dokter yang punya riwayatn

penyakit tertentu,” ujar Hal itu disampaikan Ketua IDI Wilayah Sumut, dr Edy Ardiansyah SpOG, kepada wartawan, Rabu (3/2).

Pada prinsipnya, kata dr Edy, para nakes khususnya dokter siap (menerima vaksin). Sebab vaksin sangat berperan untuk meningkatkan imunitas tubuh. “Indikasi menolak juga tidak ada. Tapi kalau divaksin dengan komorbid, siapa yang berani? Dan yang menyuntik ‘kan juga tidak boleh,” tandasnya.

Tak jauh beda disampaikan Ketua IDI Cabang Medan, dr Wijaya Juwarna SpTHT-KL. Dikatakan dr Wijaya, vaksin sejatinya merupakan bagian dari dunia kesehatan. “Jadi nakes enggak mungkin menolak vaksin. Karena vaksin ‘kan bagian dari upaya di dunia kedokteran,” ungkapnya.

Wijaya menilai, menurut pengamatannya, memang ada beberapa nakes yang tertunda mendapatkan vaksin. Misalnya, karena sebelumnya mempunyai riwayat alergi vaksin atau ada komorbid. Selain itu, mungkin juga ada alasan lain. Misalnya ada beberapa nakes yang keinginannya mendapatkan vaksin dengan merk lain. “Yang jelas tidaklah menolak. ‘Kan menunda bukan berarti dia menolak, karena pada akhirnya juga akan vaksin keseluruhannya. Tapi by process lah,” tukasnya.

Senada, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumut, Mahsur Hazkiany menyatakan, pada prinsipnya para perawat juga tidak menolak vaksin. Namun dia enggan mengomentari lebih lanjut.

Sebelumnya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan, sejauh ini sudah sekitar 40% tenaga kesehatan di Sumut telah mengikuti vaksinasi Covid-19. Lalu sisanya 60% tenaga kesehatan masih menunggu jadwal untuk divaksin.

Namun kata dia, sebanyak 25% dari 60% tenaga kesehatan itu tidak bersedia atau menolak mengikuti vaksinasi. “Jadi 60% ini, kurang lebih 25% dari 60% itu yang masih antara mau, nanti, menunda,” katanya usai mengikuti vaksinasi Covid-19 tahap kedua di Ruma Dinas Gubernur Sumut, Selasa (2/2) sore. (ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pernyataan Gubernur Sumatera Utara bahwa 25 persen tenaga kesehatan (nakes) di Sumatera Utara (Sumut) tidak bersedia atau menolak mengikuti vaksinasi Covid-19, mendapat respon dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumatera Utara (Sumut). IDI Sumut meyakini, nakes tidak mungkin menolak vaksinasi.

Vaksinasi Covid-19: Vaksinasi Covid-19 di Sumut baru digelar di 7 kota/kabupaten. Selebihnya, masih proses distribusi vaksin.

“Tidak mungkin. Yang ada malah tidak semua dokter mempunyai kesempatan divaksin karena terindikasi tidak boleh divaksin. Seperti memiliki komorbid dan umur yang berada di luar ketentuan untuk divaksin. Karena banyak dokter yang umur 60-an masih berpraktik, dan banyak juga dokter yang punya riwayatn

penyakit tertentu,” ujar Hal itu disampaikan Ketua IDI Wilayah Sumut, dr Edy Ardiansyah SpOG, kepada wartawan, Rabu (3/2).

Pada prinsipnya, kata dr Edy, para nakes khususnya dokter siap (menerima vaksin). Sebab vaksin sangat berperan untuk meningkatkan imunitas tubuh. “Indikasi menolak juga tidak ada. Tapi kalau divaksin dengan komorbid, siapa yang berani? Dan yang menyuntik ‘kan juga tidak boleh,” tandasnya.

Tak jauh beda disampaikan Ketua IDI Cabang Medan, dr Wijaya Juwarna SpTHT-KL. Dikatakan dr Wijaya, vaksin sejatinya merupakan bagian dari dunia kesehatan. “Jadi nakes enggak mungkin menolak vaksin. Karena vaksin ‘kan bagian dari upaya di dunia kedokteran,” ungkapnya.

Wijaya menilai, menurut pengamatannya, memang ada beberapa nakes yang tertunda mendapatkan vaksin. Misalnya, karena sebelumnya mempunyai riwayat alergi vaksin atau ada komorbid. Selain itu, mungkin juga ada alasan lain. Misalnya ada beberapa nakes yang keinginannya mendapatkan vaksin dengan merk lain. “Yang jelas tidaklah menolak. ‘Kan menunda bukan berarti dia menolak, karena pada akhirnya juga akan vaksin keseluruhannya. Tapi by process lah,” tukasnya.

Senada, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumut, Mahsur Hazkiany menyatakan, pada prinsipnya para perawat juga tidak menolak vaksin. Namun dia enggan mengomentari lebih lanjut.

Sebelumnya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan, sejauh ini sudah sekitar 40% tenaga kesehatan di Sumut telah mengikuti vaksinasi Covid-19. Lalu sisanya 60% tenaga kesehatan masih menunggu jadwal untuk divaksin.

Namun kata dia, sebanyak 25% dari 60% tenaga kesehatan itu tidak bersedia atau menolak mengikuti vaksinasi. “Jadi 60% ini, kurang lebih 25% dari 60% itu yang masih antara mau, nanti, menunda,” katanya usai mengikuti vaksinasi Covid-19 tahap kedua di Ruma Dinas Gubernur Sumut, Selasa (2/2) sore. (ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/