27.8 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Serbaungu untuk Hormati Kebaikan Hati sang Putri

Foto: Zalzilatul Hikmia/Jawa Pos Para pegawai di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, mengenakan baju atau kaus ungu pada hari ulang tahun ke-60 sang putri, Kamis (2/4).
Foto: Zalzilatul Hikmia/Jawa Pos
Para pegawai di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, mengenakan baju atau kaus ungu pada hari ulang tahun ke-60 sang putri, Kamis (2/4).

Kamis (2/4) menjadi hari istimewa bagi Thailand. Hari itu Putri Mahkota Kerajaan Thailand Maha Chakri Sirindhorn berulang tahun ke-60. Berikut catatan wartawan Jawa Pos ZALZILATUL HIKMIA yang hari itu melihat betapa antusiasnya warga Bangkok menyambut perayaan sang putri.

Wajah Bangkok tampak berbeda dengan biasanya. Jalan-jalan ibu kota Thailand itu berhias bendera dan rumbai-rumbai serbaungu. Tidak hanya di trotoar-trotoar, hiasan serupa juga dipasang di sejumlah tempat umum seperti taman-taman kota serta gedung-gedung pemerintah.

Sejumlah gedung perwakilan negara sahabat juga turut memeriahkan suasana. Bahkan, pagar kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat secara khusus dicat ungu seluruhnya.

Yang lebih menarik, bukan hanya bendera dan hiasan ungu yang membuat Kota Bangkok menjadi “ungu”. Masyarakat kota itu juga kompak mengenakan baju atau aksesori dengan aksen warna violet pada hari berbahagia tersebut. Mulai anak-anak, para pedagang kaki lima, hingga para pegawai kantoran. Yang dikenakan pun macam-macam. Ada yang memakai kaus ungu, payung ungu, kemeja ungu, dasi ungu, serta topi ungu.

Penggunaan warna ungu tersebut merepresentasikan hari kelahiran Putri Mahkota Kerajaan Thailand Maha Chakri Sirindhorn yang jatuh pada hari Sabtu. Sirindhorn lahir pada 2 April 1955. Dia merupakan anak ketiga Raja Bhumibol Adulyadej atau King Rama IX dengan Ratu Sirikit.

Meski menjadi anak ketiga, Sirindhorn mendapat gelar putri mahkota sejajar dengan sang kakak, putra tunggal King Rama IX, Vajiralongkorn. Itu terjadi karena adanya perubahann konstitusi Thailand pada 1974 yang memperbolehkan ahli waris takhta seorang perempuan. Meski, dalam sejarah Negara Gajah Putih itu, belum pernah tercatat adanya seorang perempuan yang menjadi pemimpin Kerajaan Thailand.

“Ini untuk penghormatan kami kepada beliau (Maha Chakri Sirindhorn),” ungkap Vice President of International Marketing, Tourism Council of Thailand Pornthip Hirunkate di sela acara Thailand Connect The World 2015 di Plaza Athenee, Bangkok, Thailand, Kamis (2/4).

Menurut dia, penggunaan seluruh atribut ungu dilakukan masyarakat tanpa paksaan. Warga dengan sukarela melakukannya sebagai bentuk kecintaan kepada putri mahkota. Sirindhorn mendapat begitu banyak kasih sayang dari rakyat Thailand karena jiwa sosialnya yang begitu besar. Bahkan, jiwa sosial itu terlihat sejak sang putri masih anak-anak.

Pornthip kemudian menceritakan kembali kisah yang didengar dari pendahulunya. Suatu hari, sang putri mendapat sejumlah uang dari ayahanda. Saat ditanya peruntukan uang itu, sang putri menjawab untuk berkebun dan membantu para petani miskin di daerah perbatasan. Niat tersebut bukan hanya keinginan anak kecil yang biasanya akan hilang dengan sendirinya. Tapi, sang putri benar-benar mewujudkan keinginan itu.

“Hingga saat ini, Yang Mulia masih terus membantu orang-orang miskin. Dia juga membangun jalan agar para petani bisa memasarkan hasil pertaniannya,” tutur perempuan yang telah 30 tahun menggeluti industri pariwisata itu. Tidak hanya di bidang pertanian, kata Pornthip, Sirindhorn juga memberikan perhatian di sektor lain seperti pendidikan, kebudayaan, serta kesehatan.

Foto: Zalzilatul Hikmia/Jawa Pos Para pegawai di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, mengenakan baju atau kaus ungu pada hari ulang tahun ke-60 sang putri, Kamis (2/4).
Foto: Zalzilatul Hikmia/Jawa Pos
Para pegawai di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, mengenakan baju atau kaus ungu pada hari ulang tahun ke-60 sang putri, Kamis (2/4).

Kamis (2/4) menjadi hari istimewa bagi Thailand. Hari itu Putri Mahkota Kerajaan Thailand Maha Chakri Sirindhorn berulang tahun ke-60. Berikut catatan wartawan Jawa Pos ZALZILATUL HIKMIA yang hari itu melihat betapa antusiasnya warga Bangkok menyambut perayaan sang putri.

Wajah Bangkok tampak berbeda dengan biasanya. Jalan-jalan ibu kota Thailand itu berhias bendera dan rumbai-rumbai serbaungu. Tidak hanya di trotoar-trotoar, hiasan serupa juga dipasang di sejumlah tempat umum seperti taman-taman kota serta gedung-gedung pemerintah.

Sejumlah gedung perwakilan negara sahabat juga turut memeriahkan suasana. Bahkan, pagar kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat secara khusus dicat ungu seluruhnya.

Yang lebih menarik, bukan hanya bendera dan hiasan ungu yang membuat Kota Bangkok menjadi “ungu”. Masyarakat kota itu juga kompak mengenakan baju atau aksesori dengan aksen warna violet pada hari berbahagia tersebut. Mulai anak-anak, para pedagang kaki lima, hingga para pegawai kantoran. Yang dikenakan pun macam-macam. Ada yang memakai kaus ungu, payung ungu, kemeja ungu, dasi ungu, serta topi ungu.

Penggunaan warna ungu tersebut merepresentasikan hari kelahiran Putri Mahkota Kerajaan Thailand Maha Chakri Sirindhorn yang jatuh pada hari Sabtu. Sirindhorn lahir pada 2 April 1955. Dia merupakan anak ketiga Raja Bhumibol Adulyadej atau King Rama IX dengan Ratu Sirikit.

Meski menjadi anak ketiga, Sirindhorn mendapat gelar putri mahkota sejajar dengan sang kakak, putra tunggal King Rama IX, Vajiralongkorn. Itu terjadi karena adanya perubahann konstitusi Thailand pada 1974 yang memperbolehkan ahli waris takhta seorang perempuan. Meski, dalam sejarah Negara Gajah Putih itu, belum pernah tercatat adanya seorang perempuan yang menjadi pemimpin Kerajaan Thailand.

“Ini untuk penghormatan kami kepada beliau (Maha Chakri Sirindhorn),” ungkap Vice President of International Marketing, Tourism Council of Thailand Pornthip Hirunkate di sela acara Thailand Connect The World 2015 di Plaza Athenee, Bangkok, Thailand, Kamis (2/4).

Menurut dia, penggunaan seluruh atribut ungu dilakukan masyarakat tanpa paksaan. Warga dengan sukarela melakukannya sebagai bentuk kecintaan kepada putri mahkota. Sirindhorn mendapat begitu banyak kasih sayang dari rakyat Thailand karena jiwa sosialnya yang begitu besar. Bahkan, jiwa sosial itu terlihat sejak sang putri masih anak-anak.

Pornthip kemudian menceritakan kembali kisah yang didengar dari pendahulunya. Suatu hari, sang putri mendapat sejumlah uang dari ayahanda. Saat ditanya peruntukan uang itu, sang putri menjawab untuk berkebun dan membantu para petani miskin di daerah perbatasan. Niat tersebut bukan hanya keinginan anak kecil yang biasanya akan hilang dengan sendirinya. Tapi, sang putri benar-benar mewujudkan keinginan itu.

“Hingga saat ini, Yang Mulia masih terus membantu orang-orang miskin. Dia juga membangun jalan agar para petani bisa memasarkan hasil pertaniannya,” tutur perempuan yang telah 30 tahun menggeluti industri pariwisata itu. Tidak hanya di bidang pertanian, kata Pornthip, Sirindhorn juga memberikan perhatian di sektor lain seperti pendidikan, kebudayaan, serta kesehatan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/