Di tempat terpisah, Humas UMSU Ribut Priadi mengatakan, pihaknya belum mengetahui persis karekter Roymardo yang nekat membunuh mantan dekan FKIP itu. Sebab, mahasiswa di kampus UMSU banyak sehingga tidak seluruhnya bisa diketahui.
“Kita akan meminta keterangan dari rekan-rekannya untuk mengetahui bagaimana kepribadiannya. Kemudian kita akan melakukan wawancara kepada dosen yang selalu mengajar pelaku untuk mencari tahu jejak akademisnya. Selain itu, keluarga pelaku juga kita gali keterangan,” ucapnya.
Menurut Ribut, pihaknya tidak mau mengeluarkan penyataan secepat mungkin karena pelaku masih dalam penyidikan. Karenanya, pihak kampus akan tetap berkoordinasi dengan kepolisian.
“Kita dan kepolisian juga tidak mau mendengar dari keterangan pelaku sendiri. Makanya kita gali keterangan dari orang lain, terdekat dan keluarganya,” kata Ribut.
Disinggung mengenai pernyataan polisi, pelaku nekat membunuh dosennya karena merasa diancam tak lulus, Ribut menyatakan tidak demikian. Sebab, dalam bahasa pendidikan bukan mengancam melainkan menasihati.
“Ancaman dalam kajian hukum. Kalau ditinjau dari segi pendidikan, bagaimana dibilang mengancam? Dosen itu tak lain guru yang selalu memberikan terbaik kepada anak didiknya agar berhasil kelak di kemudian hari,” cetusnya.
Disinggung lagi mengenai pengamanan yang dilakukan pihak kampus yang dinilai lengah hingga adanya mahasiswa membawa pisau, Ribut membantah. Sebab, selama ini kampus telah melakukan pengamanan semaksimal mungkin.
“Ketepatan saat kejadian merupakan Hardiknas, dimana sejumlah mahasiswa banyak melakukan kegiatan. Jadi memang saat itu bukan hanya mahasiswa UMSU saja yang berdatangan, melainkan mahasiswa-mahasiswa dari universitas lain. Pihak keamanan tidak mungkin melakukan pemeriksaan terhadap seluruh yang datang ke kampus,” paparnya.
Dalam segi pengamanan, sambung dia, pihak kampus telah memiliki standar pengamanan yang cukup. Mulai dari pemasangan CCTV di sudut-sudut gedung, security, pengamanan setiap gedung.
“Saya kira pengamanan sudah cukup standar, bahkan petugas kebersihan juga ikut serta menjaga keamanan. Namun walaupun demikian kita akan tetap mengevaluasi kembali,” ucapnya.
Untuk kedepannya, kata Ribut, dalam penerimaan mahasiswa baru, pihak kampus akan melakukan penyeleksian yang lebih ketat. Melakukan psikotes untuk melihat kepribadian, mengetes urine. Selain itu, memberikan mata kuliah kajian Islam kemuhammadiyahan untuk membangun karekter dan kepribadian mahasiswa. Bahkan, bila ke depan bila perlu diadakan tas psikologis. Namun ini harus dibahas dalam rapat evaluasi, apakah diterapkan atau tidak.
“Kita meminta kepada masyarakat agar tidak menggeneralisasikan mahasiswa lain dengan pelaku pembunuhan ini. Masyarakat saat ini sudah bijak dan pintar. Masyarakat juga telah memahami situasi. Jangan gara-gara satu orang dikaitkan dengan yang lain,” pungkasnya.
Pasca kejadian pembunuhan tersebut, Kampus UMSU yang terletak di Jalan Mukhtar Basri tampak sepi aktivitas. Pintu gerbang berwarna biru tampak ditutup rapat. Tak ada satupun aktivitas yang ada di kampus tersebut.
“Kita memang meliburkan mahasiswa selama dua hari. Hal itu dilakukan dalam berkabung dan berduka atas meninggalnya almarhumah,” ujarnya.