25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Tigaras jadi Lautan Airmata

Foto: Gideon Aritonang/Metro Siantar/SMG
ISAK TANGIS: Isak tangis para keluarga korban di Pelabuhan Tigaras saat doa bersama dan peletakan batu pertama pembangunan monument, Selasa (3/7).

Dari sepuluh rekannya, hanya satu orang yang selamat dari tragedy tenggelamnya KM Sinar Bangun. Dialah yang membawa kabar kepada keluarga korban.

Korban meninggalkan seorang anak yang baru berusia 11 bulan, dari pernikahannya dengan boru Ginting. Sahat selama ini tinggal dan bekerja di Kota Medan. Sanak keluarga korban yang datang pada acara tabur bunga, berasal dari Berastagi dan Kabanjahe.

Duka mendalam juga terlihat pada keluarga dan kerabat Loncer Nainggolan, salah seorang penumpang kapal naas tersebut. Loncer Nainggolan adalah warga Desa Gajapokki Nagori Urung Purba Kecamatan Purba.

Menurut S Purba, tetangga korban, pada Senin (18/6) pagi,  Loncer berangkat ke Samosir bersama abangnya Ader Nainggolan, warga Sipinggan Kecamatan Purba. Mereka bersama salah seorang bibi korban warga Paresmian untuk menghadiri sebuah acara keluarga.

R Saragih, salah seorang kerabat dan tetangga korban bercerita, Loncer adalah sosok orang yang bermasyarakat dan berjiwa sosial tinggi. “Dia itu protokol atau Raja Parhata kalau ada pesta-pesta adat di kampung kami. Tidak pernah dia menolak atau mengeluh kalau diberikan tugas di dalam acara adat. Tapi kenapa harus begini imbalan yang dia dapatkan? Kami keluarga dan kerabat tidak tahu harus buat acara apa di kampung. Kenapa acara orang bisa dibereskan dia (korban) semuanya, sementara kami warga tidak bisa membalas jasanya di sini,” kata R Saragih dengan wajah berkaca-kaca, sembari menabur bunga.

Loncer Nainggolan meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak, si sulung Ando Nainggolan yang sedang menempuh bangku kuliah di Medan dan dua orang putri dari pernikahannya dengan boru Munthe.

“Cukuplah cuma kami dan keluarga korban yang lainnya, jangan ada lagi kejadian seperti ini. Semoga ini jadi pelajaran bagi semua pihak supaya jangan terulang. Sakitnya sungguh tak terceritakan,” tutur E Purba, keluarga korban lainnya dalam tabur bunga tersebut..(gid/esa/sug/adk)

 

 

Foto: Gideon Aritonang/Metro Siantar/SMG
ISAK TANGIS: Isak tangis para keluarga korban di Pelabuhan Tigaras saat doa bersama dan peletakan batu pertama pembangunan monument, Selasa (3/7).

Dari sepuluh rekannya, hanya satu orang yang selamat dari tragedy tenggelamnya KM Sinar Bangun. Dialah yang membawa kabar kepada keluarga korban.

Korban meninggalkan seorang anak yang baru berusia 11 bulan, dari pernikahannya dengan boru Ginting. Sahat selama ini tinggal dan bekerja di Kota Medan. Sanak keluarga korban yang datang pada acara tabur bunga, berasal dari Berastagi dan Kabanjahe.

Duka mendalam juga terlihat pada keluarga dan kerabat Loncer Nainggolan, salah seorang penumpang kapal naas tersebut. Loncer Nainggolan adalah warga Desa Gajapokki Nagori Urung Purba Kecamatan Purba.

Menurut S Purba, tetangga korban, pada Senin (18/6) pagi,  Loncer berangkat ke Samosir bersama abangnya Ader Nainggolan, warga Sipinggan Kecamatan Purba. Mereka bersama salah seorang bibi korban warga Paresmian untuk menghadiri sebuah acara keluarga.

R Saragih, salah seorang kerabat dan tetangga korban bercerita, Loncer adalah sosok orang yang bermasyarakat dan berjiwa sosial tinggi. “Dia itu protokol atau Raja Parhata kalau ada pesta-pesta adat di kampung kami. Tidak pernah dia menolak atau mengeluh kalau diberikan tugas di dalam acara adat. Tapi kenapa harus begini imbalan yang dia dapatkan? Kami keluarga dan kerabat tidak tahu harus buat acara apa di kampung. Kenapa acara orang bisa dibereskan dia (korban) semuanya, sementara kami warga tidak bisa membalas jasanya di sini,” kata R Saragih dengan wajah berkaca-kaca, sembari menabur bunga.

Loncer Nainggolan meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak, si sulung Ando Nainggolan yang sedang menempuh bangku kuliah di Medan dan dua orang putri dari pernikahannya dengan boru Munthe.

“Cukuplah cuma kami dan keluarga korban yang lainnya, jangan ada lagi kejadian seperti ini. Semoga ini jadi pelajaran bagi semua pihak supaya jangan terulang. Sakitnya sungguh tak terceritakan,” tutur E Purba, keluarga korban lainnya dalam tabur bunga tersebut..(gid/esa/sug/adk)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/