32.8 C
Medan
Saturday, April 27, 2024

Limbah Industri Cemari Sungai Bedera

Foto: Dok Sumut Pos
Pengerukan Sungai Bederah Medan terus dilanjutkan, Sungai akan dikembalikan sebagai ruang terbuka hijau di Medan.

MARELAN, SUMUTPOS.CO -Sejumlah nelayan tradisional Marelan dan Hamparan Perak yang mencari ikan, kepiting dan udang di Sungai Bedera mengeluhkan atas pencemaran limbah industri. Sebab, dampak limbah berwarna hitam tersebut, telah merugikan mereka karena hasil tangkapan tidak ada.”Nelayan disini sudah kehilangan mata pencaharian. Ini disebabkan limbah pabrik yang dibuang ke sungai,” keluh Zulfan (41), nelayan tradisional, Minggu (5/2) kemarin.

Menurut pria asal Jalan Baru Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ini, limbah industri mencemari Sungai Bedera terjadi sejak enam tahun lalu. Tapi, meski keluhan nelayan sudah pernah disampaikan ke pemerintah, tetap saja industri membuang limbahnya ke aliaran sungai.

“Dulu sebelum ada limbah penghasilan nelayan disini lumayan, bisa mendapat Rp70 ribu per hari. Kalau sekarang air sungainya sudah berwarna hitam, undang dan kepiting pun menghilang,” ungkapnya.

Hal serupa turut disampaikan, Sahdan (38) nelayan Desa Pauh Kecamatan Hamparan Perak. Dia menyebutkan, umumnya industri diantaranya pabrik pengolah sotong, udang, tahu serta usaha barang bekas membuang limbahnya ketika kondisi air sungai sedang naik (pasang).

“Selain warnanya hitam, air sungai juga bau dan berminyak. Kami tak tahu lagi mau ngadu kemana, tahun lalu juga sudah pernah demo,” sebut Sahdan.

Pun begitu, ia berharap pemerintah benar-benar menindak pelaku pembuang limbah, sehingga Sungai Bedera dapat kembali seperti dulu dan nelayan tidak lagi kesulitan mencari nafkah.”Harapan kami, sungai ini jangan dicemari lagi oleh limbah agar kami tidak sulit mencari udang dan kepiting, karena itu mata pencaharian nelayan disini,” katanya.

Sementara, Rahman Gafiqi aktivis nelayan di  Marelan sebelumnya mengatakan, soal limbah yang mencemari Sungai Bedera sudah pernah diprotes pihaknya. Bahkan, pria tergabung dalam Forum Nelayan Bersatu (FNB) sempat berunjukrasa di kantor Camat Marelan.

“Kasus limbah ini sudah sampai ke BLH Kota Medan, seharusnya pemerintah melakukan pengawasan, dan menindak industri yang sengaja membuang limbah ke sungai,” kata Rahman.(rul/ila)

Foto: Dok Sumut Pos
Pengerukan Sungai Bederah Medan terus dilanjutkan, Sungai akan dikembalikan sebagai ruang terbuka hijau di Medan.

MARELAN, SUMUTPOS.CO -Sejumlah nelayan tradisional Marelan dan Hamparan Perak yang mencari ikan, kepiting dan udang di Sungai Bedera mengeluhkan atas pencemaran limbah industri. Sebab, dampak limbah berwarna hitam tersebut, telah merugikan mereka karena hasil tangkapan tidak ada.”Nelayan disini sudah kehilangan mata pencaharian. Ini disebabkan limbah pabrik yang dibuang ke sungai,” keluh Zulfan (41), nelayan tradisional, Minggu (5/2) kemarin.

Menurut pria asal Jalan Baru Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ini, limbah industri mencemari Sungai Bedera terjadi sejak enam tahun lalu. Tapi, meski keluhan nelayan sudah pernah disampaikan ke pemerintah, tetap saja industri membuang limbahnya ke aliaran sungai.

“Dulu sebelum ada limbah penghasilan nelayan disini lumayan, bisa mendapat Rp70 ribu per hari. Kalau sekarang air sungainya sudah berwarna hitam, undang dan kepiting pun menghilang,” ungkapnya.

Hal serupa turut disampaikan, Sahdan (38) nelayan Desa Pauh Kecamatan Hamparan Perak. Dia menyebutkan, umumnya industri diantaranya pabrik pengolah sotong, udang, tahu serta usaha barang bekas membuang limbahnya ketika kondisi air sungai sedang naik (pasang).

“Selain warnanya hitam, air sungai juga bau dan berminyak. Kami tak tahu lagi mau ngadu kemana, tahun lalu juga sudah pernah demo,” sebut Sahdan.

Pun begitu, ia berharap pemerintah benar-benar menindak pelaku pembuang limbah, sehingga Sungai Bedera dapat kembali seperti dulu dan nelayan tidak lagi kesulitan mencari nafkah.”Harapan kami, sungai ini jangan dicemari lagi oleh limbah agar kami tidak sulit mencari udang dan kepiting, karena itu mata pencaharian nelayan disini,” katanya.

Sementara, Rahman Gafiqi aktivis nelayan di  Marelan sebelumnya mengatakan, soal limbah yang mencemari Sungai Bedera sudah pernah diprotes pihaknya. Bahkan, pria tergabung dalam Forum Nelayan Bersatu (FNB) sempat berunjukrasa di kantor Camat Marelan.

“Kasus limbah ini sudah sampai ke BLH Kota Medan, seharusnya pemerintah melakukan pengawasan, dan menindak industri yang sengaja membuang limbah ke sungai,” kata Rahman.(rul/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/