30.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Geser Tokyo & Osaka, Dibanjiri Ekspatriat Kaya

AFP PHOTO / ROSLAN RAHMAN Warga bersantai kursi pantai sepanjang Marina Bay di Singapore pada 4 Maret 2014. Singapore menjadi kota termahal dunia melampaui Tokyo, sesuai survey pada 4 Maret.
AFP PHOTO / ROSLAN RAHMAN
Warga bersantai kursi pantai sepanjang Marina Bay di Singapore pada 4 Maret 2014. Singapore menjadi kota termahal dunia melampaui Tokyo, sesuai survey pada 4 Maret.

Sebuah survei dari Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan Singapura kini kota termahal di dunia untuk dihuni para pekerja asing (ekspatriat). Kota yang disebut-sebut orang Indonesia sebagai ‘surga belanja’ itu justru dinobatkan sebagai kota yang mahal untuk membeli baju di seluruh dunia.

***

SALAH satu angka penyumbang mahalnya ongkos hidup di negeri yang bisa ditempuh dari Medan dengan waktu terbang sekitar 1 jam 25 menit ini lantaran beberapa produknya seperti mobil, serta biaya hidup sehari-hari lebih tinggi ketimbang negara lainnya.

Singapura menggantikan posisi Tokyo sebagai kota paling mahal di dunia menurut indeks yang disusun oleh EIU, salah satu divisi majalah The Economist yang menyurvei kota-kota termahal damn termurah di dunia.

Dalam tajuk Worldwide Cost Living Index, ‘naik kelas’-nya Singapura terutama disebabkan oleh melonjaknya biaya mobil dan utilitas lainnya, serta menguatnya mata uang negara kecil di seberang Pulau Batam tersebut.

Tokyo menurun posisinya seiring melemahnya yen terhadap dolar AS. Tokyo menduduki peringkat keenam, tempat yang sebelumnya diduduki Singapura.

Dalam daftar itu, empat tempat di bawah Singapura masing-masing diduduki Paris, Oslo, Zurich, dan Sydney. Melbourne ada di posisi keenam bersama Caracas, Jenewa, dan Tokyo.

Dengan demikian, artinya lebih murah untuk tinggal di Kopenhagen, Hongkong, atau New York City daripada tinggal di Negeri Singa.

Laporan itu mengatakan, sementara Asia kini berada dalam peringkat kesepuluh kota paling mahal di dunia, kota termurah di dunia juga berada di benua ini. Mumbai adalah kota termurah dalam indeks itu, diikuti Karachi dan New Delhi.

Indeks ini mendata 131 kota di seluruh dunia. Yang diukur meliputi harga kebutuhan pokok, sewa rumah, transportasi, biaya listrik, dan sekolah. Indeks tidak memperhitungkan harga real estate atau pajak penghasilan.

Dilansir dari stasiun berita Channel News Asia, Selasa (4/3), hasil survei ini juga dilakukan dengan membandingkan harga produk dan layanan seperti makanan, pakaian, ongkos transportasi dan asisten rumah tangga di antara 140 kota di seluruh dunia.

Dengan hasil ini, Singapura berhasil mengalahkan Tokyo dan Osaka yang pada tahun 2013 menempati posisi pertama dan kedua.

Alasan EIU memilih Singapura di tahun ini menjadi kota termahal bukan tanpa sebab. Berdasarkan survei EIU, Negeri Singa merupakan kota termahal bagi pemilik kendaraan. Sebab, untuk bisa memiliki kendaraan, diterapkan aturan kuota dan pajak yang tinggi.

Sebagai perbandingan, sebuah mobil dengan merk Toyota Corolla Altis, dijual dengan harga 110 ribu dolar AS atau Rp1,2 miliar. Sedangkan mobil dengan merk yang sama hanya dijual seharga 35 ribu dolar AS atau Rp407 juta di Malaysia.

Secara keseluruhan biaya transportasi di Singapura juga tiga kali jauh lebih mahal ketimbang di New York. Kendati begitu, survei itu tidak memasukkan biaya transportasi publik yang justru kerap digunakan sebagian besar warga Negeri Singa.

Singapura pun disebut EIU, sebagai kota yang mahal untuk membeli baju di seluruh dunia. Sebab, hampir semua pusat perbelanjaan yang berlokasi di Jalan Orchard, merupakan produk mewah dan diimpor langsung dari Benua Eropa.

Sebagai perbandingkan 131 kota di dunia, EIU menggunakan basis data standar hidup  di New York, AS.

Singapura yang memiliki luas wilayah lebih kecil dari New York, dilaporkan mengalami pertumbuhan harga rumah relatif tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini tak terlepas dari bertambahnya jumlah orang kaya dan masuknya pekerja asing.

Langkah ekspansi dari perusahaan keuangan multinasional telah membawa para eksekutif dan pekerja dengan jabatan tinggi bekerja di Singapura. Bahkan pendapatan para ekspatriat Singapura ini lebih tinggi dibandingkan Hongkong.

Editor EIU, Jon Copestake, menilai naiknya status Singapura ini terutama dipicu berlanjutnya penguatan nilai tukar dolar Singapura.

“Namun hal ini diikuti naiknya harga-harga yang tak diragukan lagi dipicu ketergantungan yang tinggi pada impor,” katanya.

Tak cuma itu, lantaran kekurangan pasokan sumber daya alam dan energi, negara-kota itu berada di posisi ketiga untuk biaya listrik dan gas termahal. Ukuran rumah pun, di Singapura, jauh lebih kecil ketimbang di kota New York.

Belum lagi harga rumah di sana kerap melonjak dalam beberapa tahun terakhir, di tengah-tengah serbuan warga asing dan orang-orang kaya ke Singapura. Namun, EIU tidak memasukkan biaya untuk perumahan publik.

Sementara itu, di posisi berlawanan, beberapa kota besar di India seperti Mumbai dan New Delhi, malah dinilai merupakan kota yang paling murah untuk dihuni di seluruh dunia. Harga-harga produk di Mumbai tetap rendah dan tidak imbang dengan jumlah pemasukan.

Banyak para pekerja di kota-kota di India yang bergaji rendah lantas membiasakan diri untuk tidak terlalu boros. Kendati mereka telah disubsidi pemerintah, bukan berarti mereka menjadi boros.

Selain kota-kota di India, Damaskus yang menjadi ibukota di Suriah juga mengalami penurunan yang terbesar dibandingkan kota lainnya. Akibat konflik perang saudara yang hingga kini masih terjadi, Damaskus duduh di posisi keempat kota termurah di dunia untuk dihuni.

Untuk diketahui, Singapura memiliki komposisi jutawan tertinggi terhadap total populasi sebanyak 5,4 juta jiwa. Pendapatan per kapitanya saja lebih dari 51.000 dolar AS (Rp590 juta) pada tahun 2012.

Survei serupa juga pernah dilakukan oleh lembaga Mercer untuk mengetahui kota termahal yang dihuni oleh para ekspatriat. Hasilnya di tahun 2013 kemarin, Mercer menempatkan kota Luanda, Angola menjadi kota yang membuat dompet ekspatriat menjadi tipis lantaran biaya hidup di sana yang tinggi.

Sebab, untuk dapat menemukan tempat tinggal yang aman di sana cukup sulit. Belum lagi harga-harga makanan impor di sana juga mahal. Masih berminat tinggal di Singapura? (bbs/val)

AFP PHOTO / ROSLAN RAHMAN Warga bersantai kursi pantai sepanjang Marina Bay di Singapore pada 4 Maret 2014. Singapore menjadi kota termahal dunia melampaui Tokyo, sesuai survey pada 4 Maret.
AFP PHOTO / ROSLAN RAHMAN
Warga bersantai kursi pantai sepanjang Marina Bay di Singapore pada 4 Maret 2014. Singapore menjadi kota termahal dunia melampaui Tokyo, sesuai survey pada 4 Maret.

Sebuah survei dari Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan Singapura kini kota termahal di dunia untuk dihuni para pekerja asing (ekspatriat). Kota yang disebut-sebut orang Indonesia sebagai ‘surga belanja’ itu justru dinobatkan sebagai kota yang mahal untuk membeli baju di seluruh dunia.

***

SALAH satu angka penyumbang mahalnya ongkos hidup di negeri yang bisa ditempuh dari Medan dengan waktu terbang sekitar 1 jam 25 menit ini lantaran beberapa produknya seperti mobil, serta biaya hidup sehari-hari lebih tinggi ketimbang negara lainnya.

Singapura menggantikan posisi Tokyo sebagai kota paling mahal di dunia menurut indeks yang disusun oleh EIU, salah satu divisi majalah The Economist yang menyurvei kota-kota termahal damn termurah di dunia.

Dalam tajuk Worldwide Cost Living Index, ‘naik kelas’-nya Singapura terutama disebabkan oleh melonjaknya biaya mobil dan utilitas lainnya, serta menguatnya mata uang negara kecil di seberang Pulau Batam tersebut.

Tokyo menurun posisinya seiring melemahnya yen terhadap dolar AS. Tokyo menduduki peringkat keenam, tempat yang sebelumnya diduduki Singapura.

Dalam daftar itu, empat tempat di bawah Singapura masing-masing diduduki Paris, Oslo, Zurich, dan Sydney. Melbourne ada di posisi keenam bersama Caracas, Jenewa, dan Tokyo.

Dengan demikian, artinya lebih murah untuk tinggal di Kopenhagen, Hongkong, atau New York City daripada tinggal di Negeri Singa.

Laporan itu mengatakan, sementara Asia kini berada dalam peringkat kesepuluh kota paling mahal di dunia, kota termurah di dunia juga berada di benua ini. Mumbai adalah kota termurah dalam indeks itu, diikuti Karachi dan New Delhi.

Indeks ini mendata 131 kota di seluruh dunia. Yang diukur meliputi harga kebutuhan pokok, sewa rumah, transportasi, biaya listrik, dan sekolah. Indeks tidak memperhitungkan harga real estate atau pajak penghasilan.

Dilansir dari stasiun berita Channel News Asia, Selasa (4/3), hasil survei ini juga dilakukan dengan membandingkan harga produk dan layanan seperti makanan, pakaian, ongkos transportasi dan asisten rumah tangga di antara 140 kota di seluruh dunia.

Dengan hasil ini, Singapura berhasil mengalahkan Tokyo dan Osaka yang pada tahun 2013 menempati posisi pertama dan kedua.

Alasan EIU memilih Singapura di tahun ini menjadi kota termahal bukan tanpa sebab. Berdasarkan survei EIU, Negeri Singa merupakan kota termahal bagi pemilik kendaraan. Sebab, untuk bisa memiliki kendaraan, diterapkan aturan kuota dan pajak yang tinggi.

Sebagai perbandingan, sebuah mobil dengan merk Toyota Corolla Altis, dijual dengan harga 110 ribu dolar AS atau Rp1,2 miliar. Sedangkan mobil dengan merk yang sama hanya dijual seharga 35 ribu dolar AS atau Rp407 juta di Malaysia.

Secara keseluruhan biaya transportasi di Singapura juga tiga kali jauh lebih mahal ketimbang di New York. Kendati begitu, survei itu tidak memasukkan biaya transportasi publik yang justru kerap digunakan sebagian besar warga Negeri Singa.

Singapura pun disebut EIU, sebagai kota yang mahal untuk membeli baju di seluruh dunia. Sebab, hampir semua pusat perbelanjaan yang berlokasi di Jalan Orchard, merupakan produk mewah dan diimpor langsung dari Benua Eropa.

Sebagai perbandingkan 131 kota di dunia, EIU menggunakan basis data standar hidup  di New York, AS.

Singapura yang memiliki luas wilayah lebih kecil dari New York, dilaporkan mengalami pertumbuhan harga rumah relatif tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini tak terlepas dari bertambahnya jumlah orang kaya dan masuknya pekerja asing.

Langkah ekspansi dari perusahaan keuangan multinasional telah membawa para eksekutif dan pekerja dengan jabatan tinggi bekerja di Singapura. Bahkan pendapatan para ekspatriat Singapura ini lebih tinggi dibandingkan Hongkong.

Editor EIU, Jon Copestake, menilai naiknya status Singapura ini terutama dipicu berlanjutnya penguatan nilai tukar dolar Singapura.

“Namun hal ini diikuti naiknya harga-harga yang tak diragukan lagi dipicu ketergantungan yang tinggi pada impor,” katanya.

Tak cuma itu, lantaran kekurangan pasokan sumber daya alam dan energi, negara-kota itu berada di posisi ketiga untuk biaya listrik dan gas termahal. Ukuran rumah pun, di Singapura, jauh lebih kecil ketimbang di kota New York.

Belum lagi harga rumah di sana kerap melonjak dalam beberapa tahun terakhir, di tengah-tengah serbuan warga asing dan orang-orang kaya ke Singapura. Namun, EIU tidak memasukkan biaya untuk perumahan publik.

Sementara itu, di posisi berlawanan, beberapa kota besar di India seperti Mumbai dan New Delhi, malah dinilai merupakan kota yang paling murah untuk dihuni di seluruh dunia. Harga-harga produk di Mumbai tetap rendah dan tidak imbang dengan jumlah pemasukan.

Banyak para pekerja di kota-kota di India yang bergaji rendah lantas membiasakan diri untuk tidak terlalu boros. Kendati mereka telah disubsidi pemerintah, bukan berarti mereka menjadi boros.

Selain kota-kota di India, Damaskus yang menjadi ibukota di Suriah juga mengalami penurunan yang terbesar dibandingkan kota lainnya. Akibat konflik perang saudara yang hingga kini masih terjadi, Damaskus duduh di posisi keempat kota termurah di dunia untuk dihuni.

Untuk diketahui, Singapura memiliki komposisi jutawan tertinggi terhadap total populasi sebanyak 5,4 juta jiwa. Pendapatan per kapitanya saja lebih dari 51.000 dolar AS (Rp590 juta) pada tahun 2012.

Survei serupa juga pernah dilakukan oleh lembaga Mercer untuk mengetahui kota termahal yang dihuni oleh para ekspatriat. Hasilnya di tahun 2013 kemarin, Mercer menempatkan kota Luanda, Angola menjadi kota yang membuat dompet ekspatriat menjadi tipis lantaran biaya hidup di sana yang tinggi.

Sebab, untuk dapat menemukan tempat tinggal yang aman di sana cukup sulit. Belum lagi harga-harga makanan impor di sana juga mahal. Masih berminat tinggal di Singapura? (bbs/val)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/