26.7 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Dari Gelandangan Naik Jadi Bintang Film

Kehidupan yang keras itu tidak membuat Solena patah semangat. Dia malah tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan disiplin. Perlahan tetapi pasti, karirnya mulai merangkak. Dari tukang cuci piring, naik menjadi pelayan alias waitress. Dari posisi itu, Solena mendapat banyak keberuntungan. Secara tidak sengaja, seorang kru film Hollywood makan di restoran tempat Solena bekerja. Dengan tiba-tiba, kru film itu menawarinya bermain film.

Orang tersebut mengira Solena berasal dari Puerto Rico. Dia memang butuh pemeran perempuan Puerto Rico. Solena kemudian menjelaskan bahwa dirinya adalah orang Indonesia. Tetapi, kru film tersebut keukeuh mengajak Solena bermain film.

“Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku iyakan saja. Logat kan bisa dilatih,” jelasnya.

Akting yang selama ini dijalankan sebagai seorang pria, tampaknya, mendapat saluran dengan bermain film. Solena pun tidak menemui kesulitan berarti. Dengan lancar, dia bisa menyelesaikan proyek film pertamanya yang berjudul Brooklyn”s Finest yang juga dibintangi Richard Gere pada 2010.

Peran kecil itu ternyata menjadi batu loncatan untuk karir Solena selanjutnya. Sebab, dia lantas mendapat banyak tawaran untuk berperan dalam film-film pendek serta film-film dokumenter di Jerman dan Spanyol. Dia juga kembali mendapat tawaran film Hollywood. Kali ini, Solena bermain bersama Katie Holmes dalam film The Extra Man.

Karir yang bagus di dunia akting membuat Solena ketagihan. Dia lalu menjadikannya sebagai mata pencaharian utama. Keseriusannya berkarir di Hollywood membuat Solena berhasil mendapat SAG alias Screen Actors Guild. Tidaklah mudah mendapatkan “SIM” membintangi film Hollywood itu. Namun, dewi fortuna sedang berada di dekat Solena. Dia bisa mendapatkannya hanya dengan dua kali membintangi film Hollywood.

Dengan memiliki SAG, seseorang akan punya kesempatan lebih besar untuk membintangi sebuah film Hollywood. “Line antrean casting-nya pun berbeda dengan yang tidak punya. Istilahnya, kita sudah punya lisensi,” tuturnya.

Di Amerika pula Solena mulai berani mengubah penampilannya. Tidak drastis, memang. Dia mengubahnya sedikit demi sedikit. Serangkaian operasi plastik juga dilakukan di AS. Mulai mempercantik bagian dahi, hidung, payudara, bahkan ganti kelamin. Dia baru melakukannya dua tahun lalu dan harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 1 miliar.

Seiring dengan berjalannya waktu, Solena mulai berpikir, semakin tua usianya, semakin sulit bersaing dengan para aktor muda. Dia pun merasa harus punya kemampuan lain yang bisa dijadikan pegangan hidup. Yakni, menjadi master barber. Solena menilai profesi itu begitu menjanjikan. Berbeda dengan hairstylist yang menangani rambut perempuan, master barber secara eksklusif menangani rambut pria. Dan itu masih sangat jarang. Bahkan di Amerika.

Guna memuluskan niat tersebut, Solena rela merogoh pundi-pundi dolar yang mulai bisa dikumpulkannya untuk belajar seluk-beluk rambut. London, Los Angeles, dan New York menjadi saksi kerja keras Solena dalam belajar seluk-beluk barber.

Sekolah-sekolah rambut ternama pun didatanginya. Sebut saja Toni & Guy. Menurut dia, untuk menjadi barber, seseorang harus punya 50 persen skill dan 50 persen personality. Dengan begitu, pelanggan akan nyaman dan keluar wajah puas. Suatu hari, mereka pun akan kembali.

Kehidupan yang keras itu tidak membuat Solena patah semangat. Dia malah tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan disiplin. Perlahan tetapi pasti, karirnya mulai merangkak. Dari tukang cuci piring, naik menjadi pelayan alias waitress. Dari posisi itu, Solena mendapat banyak keberuntungan. Secara tidak sengaja, seorang kru film Hollywood makan di restoran tempat Solena bekerja. Dengan tiba-tiba, kru film itu menawarinya bermain film.

Orang tersebut mengira Solena berasal dari Puerto Rico. Dia memang butuh pemeran perempuan Puerto Rico. Solena kemudian menjelaskan bahwa dirinya adalah orang Indonesia. Tetapi, kru film tersebut keukeuh mengajak Solena bermain film.

“Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku iyakan saja. Logat kan bisa dilatih,” jelasnya.

Akting yang selama ini dijalankan sebagai seorang pria, tampaknya, mendapat saluran dengan bermain film. Solena pun tidak menemui kesulitan berarti. Dengan lancar, dia bisa menyelesaikan proyek film pertamanya yang berjudul Brooklyn”s Finest yang juga dibintangi Richard Gere pada 2010.

Peran kecil itu ternyata menjadi batu loncatan untuk karir Solena selanjutnya. Sebab, dia lantas mendapat banyak tawaran untuk berperan dalam film-film pendek serta film-film dokumenter di Jerman dan Spanyol. Dia juga kembali mendapat tawaran film Hollywood. Kali ini, Solena bermain bersama Katie Holmes dalam film The Extra Man.

Karir yang bagus di dunia akting membuat Solena ketagihan. Dia lalu menjadikannya sebagai mata pencaharian utama. Keseriusannya berkarir di Hollywood membuat Solena berhasil mendapat SAG alias Screen Actors Guild. Tidaklah mudah mendapatkan “SIM” membintangi film Hollywood itu. Namun, dewi fortuna sedang berada di dekat Solena. Dia bisa mendapatkannya hanya dengan dua kali membintangi film Hollywood.

Dengan memiliki SAG, seseorang akan punya kesempatan lebih besar untuk membintangi sebuah film Hollywood. “Line antrean casting-nya pun berbeda dengan yang tidak punya. Istilahnya, kita sudah punya lisensi,” tuturnya.

Di Amerika pula Solena mulai berani mengubah penampilannya. Tidak drastis, memang. Dia mengubahnya sedikit demi sedikit. Serangkaian operasi plastik juga dilakukan di AS. Mulai mempercantik bagian dahi, hidung, payudara, bahkan ganti kelamin. Dia baru melakukannya dua tahun lalu dan harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 1 miliar.

Seiring dengan berjalannya waktu, Solena mulai berpikir, semakin tua usianya, semakin sulit bersaing dengan para aktor muda. Dia pun merasa harus punya kemampuan lain yang bisa dijadikan pegangan hidup. Yakni, menjadi master barber. Solena menilai profesi itu begitu menjanjikan. Berbeda dengan hairstylist yang menangani rambut perempuan, master barber secara eksklusif menangani rambut pria. Dan itu masih sangat jarang. Bahkan di Amerika.

Guna memuluskan niat tersebut, Solena rela merogoh pundi-pundi dolar yang mulai bisa dikumpulkannya untuk belajar seluk-beluk rambut. London, Los Angeles, dan New York menjadi saksi kerja keras Solena dalam belajar seluk-beluk barber.

Sekolah-sekolah rambut ternama pun didatanginya. Sebut saja Toni & Guy. Menurut dia, untuk menjadi barber, seseorang harus punya 50 persen skill dan 50 persen personality. Dengan begitu, pelanggan akan nyaman dan keluar wajah puas. Suatu hari, mereka pun akan kembali.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/