25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Auman Harimau Sumatera Tak Lagi Bikin Ngeri

Populasi Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) yang kian terancam, membuat auman si raja hutan ini tak lagi menakutkan. Aumannya justru ditunggu, dicari, dan diburu hingga keceruk hutan yang tak bertepi.

Foto: RIAU POS/JPNN Harimau di kebun binatang Bukittinggi.
Foto: RIAU POS/JPNN
Harimau di kebun binatang Bukittinggi.

GEMA SETARA – ERWAN SANI

Perburuan liar dan pembukaan areal perkebunan yang menghancurkan habitat hidup mereka disinyalir menjadi penyebab utama semakin kritisnya jumlah harimau di Riau maupun di Sumatera.

Nun di ujung pelosok sebuah kampung yang bernama Tasik Serai, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis beberapa waktu lalu heboh dan masyarakatnya gundah gulana. Betapa tidak, harimau sumatera yang sebelumnya tidak pernah muncul di kampung itu, tiba-tiba menampakkan dirinya.

Kondisi ini mengkhawatirkan masyarakat setempat. Betapa tidak, munculnya harimau itu mengakibatkan segala aktivitas pekerjaan mereka terganggu. Mereka khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat mereka melakukan aktivitas di luar rumah, apakah di kebun atau di mana saja.

Memang kampung ini dikelilingi hutan dan perkebunan yang cukup luas. Hutan yang bersempadan dengan kampung itu memang telah diketahui masyarakat sebagai tempat tinggal harimau sumatera.

Melihat kondisi itu, masyarakat berembuk dan akhirnya mendapatkan kesimpulan munculnya hewan yang ditakuti itu karena selama ini mereka lupa menggelar acara belokampung.

Kegiatan ini sebagai bentuk rasa persahabatan yang dibina masyarakat setempat dengan segala macam makhluk ciptaan Sang Khalik, terutama harimau.

Jika melihat geografis kampung itu memang tidak dipungkiri hewan-hewan buas yang ada di kawasan hutan bisa sekehendak hatinya datang tanpa diundang ke kampung itu. Dan sesuai kesepakatan masyarakat, akhirnya acarabelo kampung digelar.

Ritual belo kampung hari itu dipimpin Zulkifli. Semerbak aroma kemenyan menyeruak menusuk hidung. Seekor kambing disembelih dan bagian-bagian tertentu dari kambing tadi seperti kepala, kaki bagian depan dan belakang dipisahkan. Sementara bagian lainnya dimasak untuk selanjutnya dimakan masyarakat sekampung.

Usai mengubur kepala kambing, Zulkifli memisahkan kaki kambing menjadi dua bagian dan dimasukkan ke dalam dua dulang yang berbeda. Masing-masing dulang sudah berisi dua piring nasi pulut yang di atasnya terdapat telur ayam kampung, satu sisir pisang kapok dan satu gelas air putih.

“Yang bagian tangan (kaki kambing bagian depan, red) laut sedangkan bagian kaki untuk bagian darat,” kata Zulkifli saat itu.

Populasi Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) yang kian terancam, membuat auman si raja hutan ini tak lagi menakutkan. Aumannya justru ditunggu, dicari, dan diburu hingga keceruk hutan yang tak bertepi.

Foto: RIAU POS/JPNN Harimau di kebun binatang Bukittinggi.
Foto: RIAU POS/JPNN
Harimau di kebun binatang Bukittinggi.

GEMA SETARA – ERWAN SANI

Perburuan liar dan pembukaan areal perkebunan yang menghancurkan habitat hidup mereka disinyalir menjadi penyebab utama semakin kritisnya jumlah harimau di Riau maupun di Sumatera.

Nun di ujung pelosok sebuah kampung yang bernama Tasik Serai, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis beberapa waktu lalu heboh dan masyarakatnya gundah gulana. Betapa tidak, harimau sumatera yang sebelumnya tidak pernah muncul di kampung itu, tiba-tiba menampakkan dirinya.

Kondisi ini mengkhawatirkan masyarakat setempat. Betapa tidak, munculnya harimau itu mengakibatkan segala aktivitas pekerjaan mereka terganggu. Mereka khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat mereka melakukan aktivitas di luar rumah, apakah di kebun atau di mana saja.

Memang kampung ini dikelilingi hutan dan perkebunan yang cukup luas. Hutan yang bersempadan dengan kampung itu memang telah diketahui masyarakat sebagai tempat tinggal harimau sumatera.

Melihat kondisi itu, masyarakat berembuk dan akhirnya mendapatkan kesimpulan munculnya hewan yang ditakuti itu karena selama ini mereka lupa menggelar acara belokampung.

Kegiatan ini sebagai bentuk rasa persahabatan yang dibina masyarakat setempat dengan segala macam makhluk ciptaan Sang Khalik, terutama harimau.

Jika melihat geografis kampung itu memang tidak dipungkiri hewan-hewan buas yang ada di kawasan hutan bisa sekehendak hatinya datang tanpa diundang ke kampung itu. Dan sesuai kesepakatan masyarakat, akhirnya acarabelo kampung digelar.

Ritual belo kampung hari itu dipimpin Zulkifli. Semerbak aroma kemenyan menyeruak menusuk hidung. Seekor kambing disembelih dan bagian-bagian tertentu dari kambing tadi seperti kepala, kaki bagian depan dan belakang dipisahkan. Sementara bagian lainnya dimasak untuk selanjutnya dimakan masyarakat sekampung.

Usai mengubur kepala kambing, Zulkifli memisahkan kaki kambing menjadi dua bagian dan dimasukkan ke dalam dua dulang yang berbeda. Masing-masing dulang sudah berisi dua piring nasi pulut yang di atasnya terdapat telur ayam kampung, satu sisir pisang kapok dan satu gelas air putih.

“Yang bagian tangan (kaki kambing bagian depan, red) laut sedangkan bagian kaki untuk bagian darat,” kata Zulkifli saat itu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/