32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Siang Ini Umat Islam Turun ke Jalan

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Muslim Bersama Umat (AMMBU) mengelar aksi solidaritas untuk warga Rohingya di Jalan Gatot Subroto Medan, Rabu (6/9). Mereka mengutuk aksi kekerasan terhadap etnis muslim Rohingya dan mendesak PBB untuk memberikan sanksi tegas untuk pemerintah Myanmar yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kecaman dan kutukan terhadap Myanmar, terus disuarakan ormas Islam di Sumatera Utara. Sedikitnya, seribu massa akan turun ke jalan hari ini, Jumat (8/9). Masjid Agung Medan akan menjadi titik kumpul. Usai Salat Jumat, massa longmarch ke Vihara Borobudur, Jalan Imam Bonjol Medan.

Aksi ini bakal melibatkan banyak organisasi masyarakat Islam di Sumatera Utara, sebagai bentuk keprihatinan dan solidaritas terhadap Muslim Rohingya di Myanmar, serta memrotes rezim refresif Myanmar dan menekan organisasi Budha Sumut untuk bersikap serta meminta Pemerintah Indonesia turut membantu penyelesaian konflik sesuai dengan amanat UU.

Koordinator Gerakan Anti Penistaan Agama Islam (GAPAI) Sumut, Ustadz Heriansyah berharap, aksi hari ini akan berjalan damai karena hanya diisi dengan orasi dan penggalangan dana untuk bantuan kepada Muslim Rohingya. “Tuntutan kita, pertama meminta pemerintah putuskan hubungan diplomatik dengan Myanmar. Kedua, Umat Islam seluruh dunia supaya memobilisasi bantuan kepada Muslim Rohingya. Dan ketiga, mengimbau negara-negara Muslim agar membentuk aliansi militer untuk menghadapi negara-negara radikal seperti Myanmar itu,” kata Heriansyah.

Diakuinya, saat ini pembantaian sudah berhenti karena Umat Muslim Rohingya di Rakhine sudah tidak ada lagi. Mereka sudah melarikan diri dan kini sedang bertahan di penampungan pengungsian di perbatasan. Untuk itu, Heriansyah menyebut, perlu ada solusi permanen untuk Rohingya, yakni dengan memerdekakan Rakhine menjadi negara sendiri.

“Tadinya Rakhina memang Kesultanan Arkan milik Rohingya yang direbut dan diserahkan kepada Burma, jadi Myanmar sekarang. Jadi, kembalikan lagi ke fakta sejarah bahwa itu sebuah Negeri Muslim bernama Arkan. Kalau nggak begitu, nanti yang sakit diobati, yang lapar dikasih makan, itu hanya menunda saja. Nanti suatu saat akan disembelihin lagi sama orang-orang radikal itu. Makanya solusi permanennya, kasih negara mereka,” imbuh Heriansyah.

Dia juga berharap, ada penegakan hokum atas tindakan pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohongya. Selain itu, nobel perdamaian yang diberi kepada Aung San Su Kyie juga harus dicabut. Karena dinilainya, pemberian nobel itu tidak relevan lagi dan bertolak belakang dengan apa yang tejadi di Myanmar.

Sementara, Muhammadiyah Kota Medan yang ikut dalam aksi hari ini sudah menyuarakan kecaman dan mengutuk keras, tindakan biadab, kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) atas serangan yang dilakukan militer dan Umat Budha terhadap Muslim Rohingya di Myanmar.

“Lebih dari 2.600 rumah Muslim Rohingya telah dibakar di Rakhine Myanmar Barat, pekan lalu. Peristiwa ini merupakan serangan paling biadab yang melibatkan umat Muslim dalam beberapa dasawarsa terakhir,” kata Ketua PD Muhammadiyah Kota Medan Anwar Sembiring kepada wartawan, usai rapat PD Muhammadiyah Kota Medan, ihwal persiapan aksi masyarakat Kota Medan bela Muslim Rohingya, Kamis (7/9).

Menurutnya, sebagaimana informasi dari Badan Pengungsi PBB, UNHCR dari para pekerja bantuan kemanusiaan di sana, sekitar 58.600 Rohingya telah melarikan diri menuju ke perbatasan Bangladesh dari Myanmar. Terlebih tindakan serangan mematikan yang mengakibatkan korban ratusan sipil massal tewas.

“Apalagi laporan media muncul menyampaikan, pasukan keamanan Myanmar telah memindahkan ribuan penduduk desa-desa Muslim Rohingya, bahkan membakar rumah-rumah mereka dengan mortir dan senapan mesin. Ini sungguh suatu kekejaman dan perbuatan biadab yang tidak laik ditoleransi,” kecam dia didampingi Wakil Ketua dan Sekretaris PD Muhammadiyah Kota Medan Rafdinal, dan Hasrat Efendi Samosir.

Pihaknya menyerukan segenap umat Muslim melakukan jihad dengan cara apapun untuk bela Muslim Rohingya dari pembantaian kafir musyrik Budha dan militer Myanmar. “Maka kita mendesak Pemerintah Rl mengusir duta Besar Myanmar dari Indonesia dan tarik pulang dubes RI dari Myanmar. Putuskan hubungan diplomatik dan keluarkan dari keanggotaan ASEAN Myanmar,” katanya.

Muhammadiyah Kota Medan juga meminta Pemerintah RI mampu  membuka jalur dan memberikan bantuan untuk warga dan pengungsi Rohingya, dengan menyiapkan tempat atau satu daerah yang dulu pernah dilakukan terhadap pengungsi Vietnam di daerah pulau Galang.

Hasrat Efendi Samosir menambahkan, dari hasil rapat PD Muhammadiyah Kota Medan, majelis dan lembaga beserta organisasi otonom Muhammadiyah, sepakat melakukan gelora infak saat sebelum atau sesudah Salat Jumat guna membantu mengatasi penderitaan Muslim Rohingya.

Sementara itu Rafdinal, yang sekaligus koordinator aksi utusan Muhammadiyah menyampaikan, kegiatan aksi damai bela Muslim Rohingya, ormas dan masyarakat Kota Medan dilakukan pada hari ini, usai Salat Jumat. “Lebih dari 30 ormas atau direncanakan sekira 5.000 orang, Jumat ini berencana melakukan aksi unjuk rasa sebagai reaksi atas penindasan Muslim etnis Rohingya di Myanmar. Aksi unjuk rasa bertajuk ‘Selamatkan Muslim Rohingnya’ itu rencananya berpusat di depan Vihara Borobudur Jalan Imam Bonjol, dengan titik kumpul untuk warga Muhammadiyah di halaman Kantor PD. Muhammadiyah Kota Medan,” ucapnya.

Ikut hadir dalam rapat persiapan aksi bela Muslim Rohingya itu, Wakil Ketua PD Muhammadiyah Medan Adri K dan M Shafei, Ketua Majelis Tabligh Tanwir Siagian, Ketua Lazis Mu H Zakirman Sutan Sinaro, Ketua Majelis Pembinaan Sosial H Mansyur, Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Isa Anshari, Utusan Majelis Dikdasmen beserta Sejumlah Ketua dan Fungsionaris Ortom Tingkat Kota Medan antara lain Hizbul Wathan, PS Tapak Suci, Pemuda Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Muslim Bersama Umat (AMMBU) mengelar aksi solidaritas untuk warga Rohingya di Jalan Gatot Subroto Medan, Rabu (6/9). Mereka mengutuk aksi kekerasan terhadap etnis muslim Rohingya dan mendesak PBB untuk memberikan sanksi tegas untuk pemerintah Myanmar yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kecaman dan kutukan terhadap Myanmar, terus disuarakan ormas Islam di Sumatera Utara. Sedikitnya, seribu massa akan turun ke jalan hari ini, Jumat (8/9). Masjid Agung Medan akan menjadi titik kumpul. Usai Salat Jumat, massa longmarch ke Vihara Borobudur, Jalan Imam Bonjol Medan.

Aksi ini bakal melibatkan banyak organisasi masyarakat Islam di Sumatera Utara, sebagai bentuk keprihatinan dan solidaritas terhadap Muslim Rohingya di Myanmar, serta memrotes rezim refresif Myanmar dan menekan organisasi Budha Sumut untuk bersikap serta meminta Pemerintah Indonesia turut membantu penyelesaian konflik sesuai dengan amanat UU.

Koordinator Gerakan Anti Penistaan Agama Islam (GAPAI) Sumut, Ustadz Heriansyah berharap, aksi hari ini akan berjalan damai karena hanya diisi dengan orasi dan penggalangan dana untuk bantuan kepada Muslim Rohingya. “Tuntutan kita, pertama meminta pemerintah putuskan hubungan diplomatik dengan Myanmar. Kedua, Umat Islam seluruh dunia supaya memobilisasi bantuan kepada Muslim Rohingya. Dan ketiga, mengimbau negara-negara Muslim agar membentuk aliansi militer untuk menghadapi negara-negara radikal seperti Myanmar itu,” kata Heriansyah.

Diakuinya, saat ini pembantaian sudah berhenti karena Umat Muslim Rohingya di Rakhine sudah tidak ada lagi. Mereka sudah melarikan diri dan kini sedang bertahan di penampungan pengungsian di perbatasan. Untuk itu, Heriansyah menyebut, perlu ada solusi permanen untuk Rohingya, yakni dengan memerdekakan Rakhine menjadi negara sendiri.

“Tadinya Rakhina memang Kesultanan Arkan milik Rohingya yang direbut dan diserahkan kepada Burma, jadi Myanmar sekarang. Jadi, kembalikan lagi ke fakta sejarah bahwa itu sebuah Negeri Muslim bernama Arkan. Kalau nggak begitu, nanti yang sakit diobati, yang lapar dikasih makan, itu hanya menunda saja. Nanti suatu saat akan disembelihin lagi sama orang-orang radikal itu. Makanya solusi permanennya, kasih negara mereka,” imbuh Heriansyah.

Dia juga berharap, ada penegakan hokum atas tindakan pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohongya. Selain itu, nobel perdamaian yang diberi kepada Aung San Su Kyie juga harus dicabut. Karena dinilainya, pemberian nobel itu tidak relevan lagi dan bertolak belakang dengan apa yang tejadi di Myanmar.

Sementara, Muhammadiyah Kota Medan yang ikut dalam aksi hari ini sudah menyuarakan kecaman dan mengutuk keras, tindakan biadab, kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) atas serangan yang dilakukan militer dan Umat Budha terhadap Muslim Rohingya di Myanmar.

“Lebih dari 2.600 rumah Muslim Rohingya telah dibakar di Rakhine Myanmar Barat, pekan lalu. Peristiwa ini merupakan serangan paling biadab yang melibatkan umat Muslim dalam beberapa dasawarsa terakhir,” kata Ketua PD Muhammadiyah Kota Medan Anwar Sembiring kepada wartawan, usai rapat PD Muhammadiyah Kota Medan, ihwal persiapan aksi masyarakat Kota Medan bela Muslim Rohingya, Kamis (7/9).

Menurutnya, sebagaimana informasi dari Badan Pengungsi PBB, UNHCR dari para pekerja bantuan kemanusiaan di sana, sekitar 58.600 Rohingya telah melarikan diri menuju ke perbatasan Bangladesh dari Myanmar. Terlebih tindakan serangan mematikan yang mengakibatkan korban ratusan sipil massal tewas.

“Apalagi laporan media muncul menyampaikan, pasukan keamanan Myanmar telah memindahkan ribuan penduduk desa-desa Muslim Rohingya, bahkan membakar rumah-rumah mereka dengan mortir dan senapan mesin. Ini sungguh suatu kekejaman dan perbuatan biadab yang tidak laik ditoleransi,” kecam dia didampingi Wakil Ketua dan Sekretaris PD Muhammadiyah Kota Medan Rafdinal, dan Hasrat Efendi Samosir.

Pihaknya menyerukan segenap umat Muslim melakukan jihad dengan cara apapun untuk bela Muslim Rohingya dari pembantaian kafir musyrik Budha dan militer Myanmar. “Maka kita mendesak Pemerintah Rl mengusir duta Besar Myanmar dari Indonesia dan tarik pulang dubes RI dari Myanmar. Putuskan hubungan diplomatik dan keluarkan dari keanggotaan ASEAN Myanmar,” katanya.

Muhammadiyah Kota Medan juga meminta Pemerintah RI mampu  membuka jalur dan memberikan bantuan untuk warga dan pengungsi Rohingya, dengan menyiapkan tempat atau satu daerah yang dulu pernah dilakukan terhadap pengungsi Vietnam di daerah pulau Galang.

Hasrat Efendi Samosir menambahkan, dari hasil rapat PD Muhammadiyah Kota Medan, majelis dan lembaga beserta organisasi otonom Muhammadiyah, sepakat melakukan gelora infak saat sebelum atau sesudah Salat Jumat guna membantu mengatasi penderitaan Muslim Rohingya.

Sementara itu Rafdinal, yang sekaligus koordinator aksi utusan Muhammadiyah menyampaikan, kegiatan aksi damai bela Muslim Rohingya, ormas dan masyarakat Kota Medan dilakukan pada hari ini, usai Salat Jumat. “Lebih dari 30 ormas atau direncanakan sekira 5.000 orang, Jumat ini berencana melakukan aksi unjuk rasa sebagai reaksi atas penindasan Muslim etnis Rohingya di Myanmar. Aksi unjuk rasa bertajuk ‘Selamatkan Muslim Rohingnya’ itu rencananya berpusat di depan Vihara Borobudur Jalan Imam Bonjol, dengan titik kumpul untuk warga Muhammadiyah di halaman Kantor PD. Muhammadiyah Kota Medan,” ucapnya.

Ikut hadir dalam rapat persiapan aksi bela Muslim Rohingya itu, Wakil Ketua PD Muhammadiyah Medan Adri K dan M Shafei, Ketua Majelis Tabligh Tanwir Siagian, Ketua Lazis Mu H Zakirman Sutan Sinaro, Ketua Majelis Pembinaan Sosial H Mansyur, Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Isa Anshari, Utusan Majelis Dikdasmen beserta Sejumlah Ketua dan Fungsionaris Ortom Tingkat Kota Medan antara lain Hizbul Wathan, PS Tapak Suci, Pemuda Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/