31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Bakrie Beli Klub Penyandang Juara Australia

JAKARTA-Ketika protes terkait format dan jumlah peserta kompetisi di Indonesia kian memanas, di saat itu pula keluarga Bakrie mengambil kebijakan yang penuh kontroversi.
Ini terkait dengan keputusan mereka membeli klub juara liga Australia, Brisbane Roar. Melalui PT Pelita Jaya Cronus disebutkan jika  Bakrie menguasai mayoritas saham Brisbane Roar sebesar 70 persen.

Kepastian tersebut disampaikan langsung oleh FFA (Federasi Sepakbola Australia), Jumat (7/10), melalui chief executive-nya, Ben Buckley. FFA sendiri menjadi pemilik dari sisa 30 persen saham di klub yang menjuarai A-League (Liga Utama Australia) musim 2010/11 itu.

“Kami telah bekerja keras untuk menemukan investor yang tepat. Kami percaya sekarang sudah menemukan pemilik baru yang fantastis, yakni Bakrie Group,” ucap Buckley di AFP.

Sebagai chairman, Bakrie Group menunjuk Dali Tahir, yang selama ini menjadi orang Indonesia yang berada dalam anggota Komite Etik FIFA. Ini bukanlah pertama kalinya mereka menguasai saham mayoritas sebuah klub asing. Pada 15 April 2011, klub sepakbola Royal Cercle Sportif Vise (CS Vise) asal Belgia juga resmi dimiliki. Disebutkan ketika itu, lebih dari 50 persen saham Vise telah dikuasai PT Pelita Jaya Cronus.

Sementara itu, Presiden PT. Pelita Jaya Cronus Aga Bakrie, mengungkapkan bahwa kelompok usaha keluarganya bakal berkomitmen jangka panjang dengan Brisbane Roar.
“Ini adalah kesempatan besar. Bukan hanya untuk mengembangkan sepakbola di Brisbane, tetapi juga untuk mempererat hubungan Australia dan Indonesia,” tukas Aga.

Di tempat terpisah Rahim Soekasah, kerabat dekat keluarga Bakrie membeberkan jika negosiasi dengan kubu Brisbane telah berlangsung selama lima bulan.  “Waktu itu kita memang dapat tawaran dari FFA, federasi sepakbolanya Australia, bahwa kalau memang mau beli klub di sini, bagusnya beli Brisbane Roar saja, yang notabene merupakan juara Liga Australia,” bilang Rahim.

“Karena sudah ada green light seperti itu, kita jajaki. Apalagi mereka ‘kan klub juara. Saya bersama pak Dali Tahir (kini ditunjuk menjadi Chairman Brisbane Roar, red) sempat ikut meeting di Sidney,” kenangnya.

“Setelah beberapa kali ketemu, tiga atau empat kali, bolak-balik, mereka sempat ke Jakarta juga, akhirnya kita setujui. Tapi kita tak mau 100persen. Kita mau 70persen dulu. Kita ingin belajar dulu situasinya.” “Baru nanti kalau sudah tahu situasinya, kita pikirkan akan diapakan yang 30persen lagi. Apakah akan dijual kepada pengusaha lokal, atau akan kita beli sekalian,” tukas Rahim. (bbs/jpnn)

JAKARTA-Ketika protes terkait format dan jumlah peserta kompetisi di Indonesia kian memanas, di saat itu pula keluarga Bakrie mengambil kebijakan yang penuh kontroversi.
Ini terkait dengan keputusan mereka membeli klub juara liga Australia, Brisbane Roar. Melalui PT Pelita Jaya Cronus disebutkan jika  Bakrie menguasai mayoritas saham Brisbane Roar sebesar 70 persen.

Kepastian tersebut disampaikan langsung oleh FFA (Federasi Sepakbola Australia), Jumat (7/10), melalui chief executive-nya, Ben Buckley. FFA sendiri menjadi pemilik dari sisa 30 persen saham di klub yang menjuarai A-League (Liga Utama Australia) musim 2010/11 itu.

“Kami telah bekerja keras untuk menemukan investor yang tepat. Kami percaya sekarang sudah menemukan pemilik baru yang fantastis, yakni Bakrie Group,” ucap Buckley di AFP.

Sebagai chairman, Bakrie Group menunjuk Dali Tahir, yang selama ini menjadi orang Indonesia yang berada dalam anggota Komite Etik FIFA. Ini bukanlah pertama kalinya mereka menguasai saham mayoritas sebuah klub asing. Pada 15 April 2011, klub sepakbola Royal Cercle Sportif Vise (CS Vise) asal Belgia juga resmi dimiliki. Disebutkan ketika itu, lebih dari 50 persen saham Vise telah dikuasai PT Pelita Jaya Cronus.

Sementara itu, Presiden PT. Pelita Jaya Cronus Aga Bakrie, mengungkapkan bahwa kelompok usaha keluarganya bakal berkomitmen jangka panjang dengan Brisbane Roar.
“Ini adalah kesempatan besar. Bukan hanya untuk mengembangkan sepakbola di Brisbane, tetapi juga untuk mempererat hubungan Australia dan Indonesia,” tukas Aga.

Di tempat terpisah Rahim Soekasah, kerabat dekat keluarga Bakrie membeberkan jika negosiasi dengan kubu Brisbane telah berlangsung selama lima bulan.  “Waktu itu kita memang dapat tawaran dari FFA, federasi sepakbolanya Australia, bahwa kalau memang mau beli klub di sini, bagusnya beli Brisbane Roar saja, yang notabene merupakan juara Liga Australia,” bilang Rahim.

“Karena sudah ada green light seperti itu, kita jajaki. Apalagi mereka ‘kan klub juara. Saya bersama pak Dali Tahir (kini ditunjuk menjadi Chairman Brisbane Roar, red) sempat ikut meeting di Sidney,” kenangnya.

“Setelah beberapa kali ketemu, tiga atau empat kali, bolak-balik, mereka sempat ke Jakarta juga, akhirnya kita setujui. Tapi kita tak mau 100persen. Kita mau 70persen dulu. Kita ingin belajar dulu situasinya.” “Baru nanti kalau sudah tahu situasinya, kita pikirkan akan diapakan yang 30persen lagi. Apakah akan dijual kepada pengusaha lokal, atau akan kita beli sekalian,” tukas Rahim. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/