27.8 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Perbanyak Ruang Resapan Air, dan Warga… Pedulilah!

Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, Senin (12/3).
Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos
Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menyikapi ancaman banjir yang membayangi Kota Medan setiap musim penghujan, Pemko Medan diminta segera memperbanyak ruang resapan air.

“Di Kota Medan ini sudah jarang ada tempat-tempat resapan air. Makanya dari tahun ke tahun banjir terus,” kata Pengamat Tata Kota, Ir. Bhakti Alamsyah, MT, Ph.D.

Selain itu tambah Bhakti, banjir terjadi karena ketidak pedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan. Masalah banjir, kata dia, bukanlah semata-mata tanggung jawab pemerintahan, tapi masyarakat juga harus lebih peduli akan lingkungan di sekitarnya.

“Peduli, itulah kunci dari permasalahan ini. Masyarakat jangan hanya menuntut saja, tetapi pedulilah pada kebersihan lingkungan. Kalau lingkungan bersih, pasti tidak akan ada banjir,” ungkapnya.

Di samping itu pemko harus mencari cara untuk membuat atau merencanakan daerah resapan air, yang nantinya akan berfungsi menyerap air hingga tak menimbulkan genangan . “Caranya bisa dengan menanam pohon di lahan kosong. Janganlah semua ditimbun atau dipasangi dengan paving block atau coran semen, dengan alasan agar tidak becek,” ujarnya.

Hal ini diperparah lagi atas pembangunan perumahan, ruko maupun gedung-gedung saat juga tidak memperdulikan resapan air. “Kita lihat sekarang, bangunan ruko atau gedung lain. Halamannya itu gak ada yang tanah atau ada pohonnya. Semuanya sudah ditutupi dengan coran semen dan block. Ini juga sebagai salah satu tidak peduli terhadap lingkungan,” ungkapnya.

Selain itu menjaga kebersihan drainase dari setiap lingkungan juga harus digalakkan kembali oleh kepala lingkungan setempat.

“Kan sudah ada pengalaman di mana titik-titik banjir. Jadi di tempat itu, masyarakat atau warganya harus lebih aktif lagi melakukan gotong royong. Kalau saja setiap lingkungan gotong royong, membersihkan parit dan sungai, maka banjir pasti akan dapat ditangani. Sekarang ini hanya kepedulianlah jalan keluarnya,” tegasnya.

“Kalaulah ada kendala dalam melakukan kebersihan, seharusnya warga itu melapor. Seperti kalau pembersihan memerlukan alat berat atau gimana. Maka laporlah sama kepling, lurah atau camatnya. Kan disitu bisa mendapat bantuan dari dinas lain. Peran aktif masyarakat diperlukan,” tandasnya.

Hal senada juga dikatakan Camat Medan Amplas, Zulfakhri. Masyarakat katanya diharapkan mampu menahan diri untuk membuang sampah sembarangan dan mau bahu-membahu bergotong-royong membenahi saluran air.

“Diperlukan kerja sama yang baik dari berbagai pihak untuk mengatasi banjir di Kota Medan. Pemerintah tidak bisa sendiri,” ungkapnya.

Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, Senin (12/3).
Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos
Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menyikapi ancaman banjir yang membayangi Kota Medan setiap musim penghujan, Pemko Medan diminta segera memperbanyak ruang resapan air.

“Di Kota Medan ini sudah jarang ada tempat-tempat resapan air. Makanya dari tahun ke tahun banjir terus,” kata Pengamat Tata Kota, Ir. Bhakti Alamsyah, MT, Ph.D.

Selain itu tambah Bhakti, banjir terjadi karena ketidak pedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan. Masalah banjir, kata dia, bukanlah semata-mata tanggung jawab pemerintahan, tapi masyarakat juga harus lebih peduli akan lingkungan di sekitarnya.

“Peduli, itulah kunci dari permasalahan ini. Masyarakat jangan hanya menuntut saja, tetapi pedulilah pada kebersihan lingkungan. Kalau lingkungan bersih, pasti tidak akan ada banjir,” ungkapnya.

Di samping itu pemko harus mencari cara untuk membuat atau merencanakan daerah resapan air, yang nantinya akan berfungsi menyerap air hingga tak menimbulkan genangan . “Caranya bisa dengan menanam pohon di lahan kosong. Janganlah semua ditimbun atau dipasangi dengan paving block atau coran semen, dengan alasan agar tidak becek,” ujarnya.

Hal ini diperparah lagi atas pembangunan perumahan, ruko maupun gedung-gedung saat juga tidak memperdulikan resapan air. “Kita lihat sekarang, bangunan ruko atau gedung lain. Halamannya itu gak ada yang tanah atau ada pohonnya. Semuanya sudah ditutupi dengan coran semen dan block. Ini juga sebagai salah satu tidak peduli terhadap lingkungan,” ungkapnya.

Selain itu menjaga kebersihan drainase dari setiap lingkungan juga harus digalakkan kembali oleh kepala lingkungan setempat.

“Kan sudah ada pengalaman di mana titik-titik banjir. Jadi di tempat itu, masyarakat atau warganya harus lebih aktif lagi melakukan gotong royong. Kalau saja setiap lingkungan gotong royong, membersihkan parit dan sungai, maka banjir pasti akan dapat ditangani. Sekarang ini hanya kepedulianlah jalan keluarnya,” tegasnya.

“Kalaulah ada kendala dalam melakukan kebersihan, seharusnya warga itu melapor. Seperti kalau pembersihan memerlukan alat berat atau gimana. Maka laporlah sama kepling, lurah atau camatnya. Kan disitu bisa mendapat bantuan dari dinas lain. Peran aktif masyarakat diperlukan,” tandasnya.

Hal senada juga dikatakan Camat Medan Amplas, Zulfakhri. Masyarakat katanya diharapkan mampu menahan diri untuk membuang sampah sembarangan dan mau bahu-membahu bergotong-royong membenahi saluran air.

“Diperlukan kerja sama yang baik dari berbagai pihak untuk mengatasi banjir di Kota Medan. Pemerintah tidak bisa sendiri,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/