31.8 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Duh… 43,88 Persen Pelajar dan Mahasiswa Intoleran

Di sekolah, pendidikan agama justru mempengaruhi agar siswa dan mahasiswa itu tidak bergaul dengan pemeluk agama lain.

”Pelajar atau mahasiswa yang punya akses internet juga cenderung intoleran dan radikal daripada mereka yang tidak punya akses,” ujar doktor alumnus University of Hawaii at Manoa itu.

Selain itu, responden yang menyatakan kurang puas dengan kinerja pemerintah di bidang hukum dan ekonomi juga punya pandangan intoleran dan radikal. Dia memastikan hubungan dua hal itu bukan sebab akibat.

”Jadi bukan karena mereka tidak puas pada pemerintah lalu menjadi intoleran. Tapi, responden yang terindikasi intoleran ternyata juga menyatakan tidak puas dengan pemerintah,” tambah dia.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin menuturkan sudah melakukan langkah-langkah pencegahan pada paham radikal dan intoleran.

Diantaranya dengan melatih guru dan pengawas tentang pengarusutamaan moderasi. Selain itu, ada pula lomba baca kitab kuning yang berorientasi pada pemahaman keagamaan yang moderat.

”Di perguruan tinggi membuat pusat kajian moderasi dan toleransi di perguruan tinggi. lembaga kajian islam wasatiyah di setiap PTAIN,” ungkap dia.

Di lingkungan pesantren langkah untuk pencegahan terhadap paham radikal juga dilakukan. Kemenag akan membuat standarisasi pendidikan pesantren.

”Pesantren akan distandarisasi kurikulum, SDM, dan sarana prasarana. Tujuannya untuk menscreeninng paham-paham radikal,” ungkapnya. (jun)

Di sekolah, pendidikan agama justru mempengaruhi agar siswa dan mahasiswa itu tidak bergaul dengan pemeluk agama lain.

”Pelajar atau mahasiswa yang punya akses internet juga cenderung intoleran dan radikal daripada mereka yang tidak punya akses,” ujar doktor alumnus University of Hawaii at Manoa itu.

Selain itu, responden yang menyatakan kurang puas dengan kinerja pemerintah di bidang hukum dan ekonomi juga punya pandangan intoleran dan radikal. Dia memastikan hubungan dua hal itu bukan sebab akibat.

”Jadi bukan karena mereka tidak puas pada pemerintah lalu menjadi intoleran. Tapi, responden yang terindikasi intoleran ternyata juga menyatakan tidak puas dengan pemerintah,” tambah dia.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin menuturkan sudah melakukan langkah-langkah pencegahan pada paham radikal dan intoleran.

Diantaranya dengan melatih guru dan pengawas tentang pengarusutamaan moderasi. Selain itu, ada pula lomba baca kitab kuning yang berorientasi pada pemahaman keagamaan yang moderat.

”Di perguruan tinggi membuat pusat kajian moderasi dan toleransi di perguruan tinggi. lembaga kajian islam wasatiyah di setiap PTAIN,” ungkap dia.

Di lingkungan pesantren langkah untuk pencegahan terhadap paham radikal juga dilakukan. Kemenag akan membuat standarisasi pendidikan pesantren.

”Pesantren akan distandarisasi kurikulum, SDM, dan sarana prasarana. Tujuannya untuk menscreeninng paham-paham radikal,” ungkapnya. (jun)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/