27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Ingin Umat Islam Kokoh di Perekonomian dan Perdagangan

Ketersediaan bahan pokok jelang Ramadan hingga Idul Fitri tiap tahunnya ternyata ada dalam jumlah yang cukup. Tapi harganya selalu melonjak dalam rentang waktu itu, seolah petani tak dapat memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi. Padahal hingga saat ini mereka tak dapat menikmati ‘kue’ hasil panen dengan cukup layak.

AKRAB: Kepala Kadin Sumut, Ivan Iskandar Batubara akrab bersama istri dan anak-anaknya  saat sahur bersama, belum lama ini.//andri ginting/sumut pos
AKRAB: Kepala Kadin Sumut, Ivan Iskandar Batubara akrab bersama istri dan anak-anaknya saat sahur bersama, belum lama ini.//andri ginting/sumut pos

Hal tersebut menjadi topik pembicaraan awal saat Tim Sahur Sumut Pos menyambangi kediaman Kepala Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut Ivan Iskandar Batubara di Jalan Sei Petani Medan, Jumat (4/7) dini hari lalu.

Sekira pukul 03.50 WIB, Tim Sahur Sumut Pos akhirnya tiba di rumah yang cukup asri tersebut. Padahal janjinya tim harus sampai pada pukul 03.00 WIB. Alhasil, begitu sampai tim pun lebih dulu menghaturkan maaf kepada pria berkacamata itu. Begitupun Ivan menerima tim dengan ramah dan langsung mempersilakan masuk ke ruang tamu yang begitu nyaman.

Lebih lanjut pembicaraan mengarah ke penasarannya tim dengan apa yang sebenarnya terjadi pada perekonomian Indonesia ini. Lahan subur, hasil tani dan kebun melimpah, namun harga tetap tinggi khususnya menjelang hari-hari besar keagamaan. Dan mirisnya lagi produsen yang selama ini berjerih payah, sama sekali tak menikmati hasilnya secara mapan.

Hal ini menurut Ivan, karena ada gap antara produsen dengan pasar. “Apa yang mendasari adanya gap ini?” tutur Ivan. “Tak lain yakni kartel, atau kelompok produsen independen yang bertujuan menetapkan harga, untuk membatasi suplai dan kompetisi,” tambahnya.

Namun, menurut Ivan hingga saat ini belum ada political will (kebijakan pemerintah) yang merambah ke ranah tersebut. “Kartel inilah yang merupakan masalah. Mereka kerap memiliki peluang untuk menimbun dan menerapkan harga sesuai keinginan mereka. Namun, petani yang tak mampu mengelola hasil taninya secara individu juga tak bisa disalahkan,” jelasnya.

Sebagai Kepala Kadin Sumut, Ivan kerap memantau keadaan ekonomi daerah. Dalam hal ini, Kadin berfungsi membangun komunikasi, konsultasi, dan advokasi dengan pemerintah dalam rangka mewakili kepentingan dunia usaha, serta mewakili dunia usaha dalam berbagai forum penentuan kebijaksanaan ekonomi. Kadin juga mendorong tumbuh kembang kewirausahaan dan wirausaha baru serta mengembangkan bisnis, baik dalam lingkup nasional, regional, maupun internasional.

Untuk itu, tak jarang pula Ivan menggelar kerja sama dengan pihak-pihak Kadin mancanegara demi membentuk iklim usaha yang bersih, transparan dan profesional, serta mewujudkan sinergi seluruh potensi ekonomi daerah.

Namun Ivan juga mengungkapkan, dari seluruh penduduk dunia ada 20 persen umat Islam, dan dari 20 persen itu hanya tujuh persen yang bergelut di dunia usaha serta menjadi pelaku perekonomian dan perdagangan. Karena itu pula, sebagai umat mayoritas di Indonesia umat Islam harusnya lebih memahami dan terlibat dengan perekonomian. “Banyak umat Islam tak paham Islam itu sendiri. Islam itu kompleks, karena Islam itu besar,” ungkapnya.

“Dengan paham perkonomian dan perdagangan, umat Islam bisa meraih rezeki lebih baik dan lebih banyak. Umat Islam harus kaya, karena ada keharusan untuk berzakat,” tambah Ivan lagi.

Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 04.30 WIB, dan di meja makan Ivan serta Tim Sahur Sumut Pos sudah ditunggu istri Ivan, Revita Lubis. Keempat buah hati mereka, si sulung Siti Soraya (Dara), Muhammad Hafidz (Tondi), Hasbi Maulana, dan si bungsu Siti Sofia, juga telah duduk rapi menunggu sahur bersama.

Ada menu unik yang disajikan, dan menu ini khusus ada setiap kali Ramadan saja. Ya, menurut Revita, Ivan selalu meminta disediakan sate kerang dan bihun goreng untuk santap sahurnya. Lain lagi untuk keempat anak-anaknya. Si sulung, Dara, yang berkuliah di Taylor’s University Malaysia, kerap ingin menikmati air lemon dingin. Tondi yang masih menjalani pendidikan di satu SMA Kualalumpur, selalu ingin makanan yang semacam. “Untuk Tondi, harus ditanyakan dulu. Kalau tak cocok biasanya Ia tak mau makan. Dan ia tak suka makanan yang dicampur, misalnya ayam panggang, maka Ia akan makan nasi hanya dengan itu (ayam panggang, red). Karena kalau dicampur-campur rasanya tak karuan katanya,” ungkap Revita.

Sementara anak ketiga, Hasbi Maulana yang pada tahun pelajaran baru ini akan mengeyam pendidikan di SMA Juwita Medan, lebih sering dimasakkan sup-supan. Dan si bungsu Siti Sofia yang saat ini belum diwajibkan berpuasa, hanya sebentar menemani saat sahur di meja makan. “Dia masih ngantuk,” kata Revita lagi.

Di meja makan, Ivan bercerita mengenai orangtua perempuannya yang banyak meninggalkan kenangan indah bagi seisi rumah. “Ya, kami sangat kehilangan. Ompung anak-anak telah berpulang pada akhir 2013 lalu,” katanya.

Di sela-sela menikmati makan sahur, Ivan kembali menyelipkan pesan agar umat Islam harus lebih peduli dengan Islam itu sendiri, khususnya mengenai ekonomi dan perdagangan. “Dengan menguasai perdagangan niscaya umat Islam akan lebih makmur, insha Allah,” katanya, seraya diamini Tim Sahur Sumut Pos.

Sebelum tim berpamitan, Ivan sempat mengungkapkan harapannya kepada Sumut Pos, agar di harian yang memiliki slogan ‘Terpercaya, Koran Semua Komunitas’ ini, memberikan ruang atau kolom untuk entrepreneurship. “Harpan saya Sumut Pos juga ikut berpartisipasi mengembangkan kewirausahaan di daerah ini,” ujarnya.

Dan kumandang adzan yang terdengar jelas pun menyertai pamitnya Tim Sahur Sumut Pos dari kediaman Ivan. Karena masjid hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya. (*)

Ketersediaan bahan pokok jelang Ramadan hingga Idul Fitri tiap tahunnya ternyata ada dalam jumlah yang cukup. Tapi harganya selalu melonjak dalam rentang waktu itu, seolah petani tak dapat memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi. Padahal hingga saat ini mereka tak dapat menikmati ‘kue’ hasil panen dengan cukup layak.

AKRAB: Kepala Kadin Sumut, Ivan Iskandar Batubara akrab bersama istri dan anak-anaknya  saat sahur bersama, belum lama ini.//andri ginting/sumut pos
AKRAB: Kepala Kadin Sumut, Ivan Iskandar Batubara akrab bersama istri dan anak-anaknya saat sahur bersama, belum lama ini.//andri ginting/sumut pos

Hal tersebut menjadi topik pembicaraan awal saat Tim Sahur Sumut Pos menyambangi kediaman Kepala Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut Ivan Iskandar Batubara di Jalan Sei Petani Medan, Jumat (4/7) dini hari lalu.

Sekira pukul 03.50 WIB, Tim Sahur Sumut Pos akhirnya tiba di rumah yang cukup asri tersebut. Padahal janjinya tim harus sampai pada pukul 03.00 WIB. Alhasil, begitu sampai tim pun lebih dulu menghaturkan maaf kepada pria berkacamata itu. Begitupun Ivan menerima tim dengan ramah dan langsung mempersilakan masuk ke ruang tamu yang begitu nyaman.

Lebih lanjut pembicaraan mengarah ke penasarannya tim dengan apa yang sebenarnya terjadi pada perekonomian Indonesia ini. Lahan subur, hasil tani dan kebun melimpah, namun harga tetap tinggi khususnya menjelang hari-hari besar keagamaan. Dan mirisnya lagi produsen yang selama ini berjerih payah, sama sekali tak menikmati hasilnya secara mapan.

Hal ini menurut Ivan, karena ada gap antara produsen dengan pasar. “Apa yang mendasari adanya gap ini?” tutur Ivan. “Tak lain yakni kartel, atau kelompok produsen independen yang bertujuan menetapkan harga, untuk membatasi suplai dan kompetisi,” tambahnya.

Namun, menurut Ivan hingga saat ini belum ada political will (kebijakan pemerintah) yang merambah ke ranah tersebut. “Kartel inilah yang merupakan masalah. Mereka kerap memiliki peluang untuk menimbun dan menerapkan harga sesuai keinginan mereka. Namun, petani yang tak mampu mengelola hasil taninya secara individu juga tak bisa disalahkan,” jelasnya.

Sebagai Kepala Kadin Sumut, Ivan kerap memantau keadaan ekonomi daerah. Dalam hal ini, Kadin berfungsi membangun komunikasi, konsultasi, dan advokasi dengan pemerintah dalam rangka mewakili kepentingan dunia usaha, serta mewakili dunia usaha dalam berbagai forum penentuan kebijaksanaan ekonomi. Kadin juga mendorong tumbuh kembang kewirausahaan dan wirausaha baru serta mengembangkan bisnis, baik dalam lingkup nasional, regional, maupun internasional.

Untuk itu, tak jarang pula Ivan menggelar kerja sama dengan pihak-pihak Kadin mancanegara demi membentuk iklim usaha yang bersih, transparan dan profesional, serta mewujudkan sinergi seluruh potensi ekonomi daerah.

Namun Ivan juga mengungkapkan, dari seluruh penduduk dunia ada 20 persen umat Islam, dan dari 20 persen itu hanya tujuh persen yang bergelut di dunia usaha serta menjadi pelaku perekonomian dan perdagangan. Karena itu pula, sebagai umat mayoritas di Indonesia umat Islam harusnya lebih memahami dan terlibat dengan perekonomian. “Banyak umat Islam tak paham Islam itu sendiri. Islam itu kompleks, karena Islam itu besar,” ungkapnya.

“Dengan paham perkonomian dan perdagangan, umat Islam bisa meraih rezeki lebih baik dan lebih banyak. Umat Islam harus kaya, karena ada keharusan untuk berzakat,” tambah Ivan lagi.

Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 04.30 WIB, dan di meja makan Ivan serta Tim Sahur Sumut Pos sudah ditunggu istri Ivan, Revita Lubis. Keempat buah hati mereka, si sulung Siti Soraya (Dara), Muhammad Hafidz (Tondi), Hasbi Maulana, dan si bungsu Siti Sofia, juga telah duduk rapi menunggu sahur bersama.

Ada menu unik yang disajikan, dan menu ini khusus ada setiap kali Ramadan saja. Ya, menurut Revita, Ivan selalu meminta disediakan sate kerang dan bihun goreng untuk santap sahurnya. Lain lagi untuk keempat anak-anaknya. Si sulung, Dara, yang berkuliah di Taylor’s University Malaysia, kerap ingin menikmati air lemon dingin. Tondi yang masih menjalani pendidikan di satu SMA Kualalumpur, selalu ingin makanan yang semacam. “Untuk Tondi, harus ditanyakan dulu. Kalau tak cocok biasanya Ia tak mau makan. Dan ia tak suka makanan yang dicampur, misalnya ayam panggang, maka Ia akan makan nasi hanya dengan itu (ayam panggang, red). Karena kalau dicampur-campur rasanya tak karuan katanya,” ungkap Revita.

Sementara anak ketiga, Hasbi Maulana yang pada tahun pelajaran baru ini akan mengeyam pendidikan di SMA Juwita Medan, lebih sering dimasakkan sup-supan. Dan si bungsu Siti Sofia yang saat ini belum diwajibkan berpuasa, hanya sebentar menemani saat sahur di meja makan. “Dia masih ngantuk,” kata Revita lagi.

Di meja makan, Ivan bercerita mengenai orangtua perempuannya yang banyak meninggalkan kenangan indah bagi seisi rumah. “Ya, kami sangat kehilangan. Ompung anak-anak telah berpulang pada akhir 2013 lalu,” katanya.

Di sela-sela menikmati makan sahur, Ivan kembali menyelipkan pesan agar umat Islam harus lebih peduli dengan Islam itu sendiri, khususnya mengenai ekonomi dan perdagangan. “Dengan menguasai perdagangan niscaya umat Islam akan lebih makmur, insha Allah,” katanya, seraya diamini Tim Sahur Sumut Pos.

Sebelum tim berpamitan, Ivan sempat mengungkapkan harapannya kepada Sumut Pos, agar di harian yang memiliki slogan ‘Terpercaya, Koran Semua Komunitas’ ini, memberikan ruang atau kolom untuk entrepreneurship. “Harpan saya Sumut Pos juga ikut berpartisipasi mengembangkan kewirausahaan di daerah ini,” ujarnya.

Dan kumandang adzan yang terdengar jelas pun menyertai pamitnya Tim Sahur Sumut Pos dari kediaman Ivan. Karena masjid hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/