34.5 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Tewas setelah Peluru Dilumuri Minyak Babi

Foto: Koleksi Frans Naeff. Termuat dalam buku Het aanzien Nederlands Indië: herinneringen aan een koloniaal verleden. Arak-arakan Si Patai.
Foto: Koleksi Frans Naeff. Termuat dalam buku Het aanzien Nederlands Indië: herinneringen aan een koloniaal verleden.
Arak-arakan Si Patai.

LEO Hulsman jauh-jauh datang dari Belanda ke Padang khusus untuk meliput Si Patai. Dalam ulasannya, wartawan Belanda itu menyamakan Si Patai dengan Robinhood.

Wenri Wanhar – jpnn

“Patai betul-betul telah menjadi tokoh legendaris,” tulis Leo Hulsman. “Tokoh yang bagaikan Robinhood ini, namanya telah terkenal sekali dan sangat populer,” sambungnya.

Dengan sangat puitis Hulsman melukiskan:
Namanya akan tetap dikenang. Di kala matahari terbenam di belakang jejeran gunung-gunung, dan orang di kampung duduk di depan rumah masing-masing, maka para kakek akan meneruskan pada anak cucunya cerita-cerita tentang Patai yang sendirian menentang pemerintahan Hindia Belanda.

Akan diceritakan pada cucu-cucu, bagaimana suatu malam Patai datang berkunjung. Bagaimana ia memberi lembaran uang dua puluh lima rupiah pada empunya sebuah rumah karena ia ingin menginap di serambi rumah itu.

Dan uang harus dipakai untuk makan bersama. Itu sebabnya rakyat senang padanya. Kalau pun mau diberi predikat penjahat, maka gelar paling tepat ialah penjahat gentleman.

Dia selalu tidur di serambi depan karena lebih gampang meloloskan diri bila dikepung.

Bandit Kerakyatan
Leo Hulsman tidak sedang mendongeng. Hanya saja, meski dalam tulisannya dia menulis, “pihak Belanda pun tidak semua menganggapnya penjahat belaka,” beberapa pekan setelah tulisan itu terbit, Si Patai terbunuh pada malam 3 Februari 1927.

“Kemarin satoe patroli jang dikepalai oleh sersan Menado Lindong soedah menangkap doea orang kawan Si Patai,” tulis kantor berita Aneta (nenek moyang kantor berita Antara), 4 Februari 1927.

Lalu, “mereka itoe dipaksa oleh militer menoendjoekkan tempat semboenji Si Patai. Apabila Si Patai melihat kedatangan patroli itoe, ia menjerang dengan pestol browning dan rentjong.”
Kemudian, lanjutan beritanya, “militer menembak Si Patai itoe, kena di kepalanja dan toeboehnya, hingga mati. Dalam perkelahian itoe seorang kawan Si Patai, Boejoeng namanja, mati ditembak.”
Tentara kompeni berpesta pora. Kepala Si Patai dipancung. Esok harinya, mereka berarak-arakan keliling Padang.

Foto: Koleksi Frans Naeff. Termuat dalam buku Het aanzien Nederlands Indië: herinneringen aan een koloniaal verleden. Arak-arakan Si Patai.
Foto: Koleksi Frans Naeff. Termuat dalam buku Het aanzien Nederlands Indië: herinneringen aan een koloniaal verleden.
Arak-arakan Si Patai.

LEO Hulsman jauh-jauh datang dari Belanda ke Padang khusus untuk meliput Si Patai. Dalam ulasannya, wartawan Belanda itu menyamakan Si Patai dengan Robinhood.

Wenri Wanhar – jpnn

“Patai betul-betul telah menjadi tokoh legendaris,” tulis Leo Hulsman. “Tokoh yang bagaikan Robinhood ini, namanya telah terkenal sekali dan sangat populer,” sambungnya.

Dengan sangat puitis Hulsman melukiskan:
Namanya akan tetap dikenang. Di kala matahari terbenam di belakang jejeran gunung-gunung, dan orang di kampung duduk di depan rumah masing-masing, maka para kakek akan meneruskan pada anak cucunya cerita-cerita tentang Patai yang sendirian menentang pemerintahan Hindia Belanda.

Akan diceritakan pada cucu-cucu, bagaimana suatu malam Patai datang berkunjung. Bagaimana ia memberi lembaran uang dua puluh lima rupiah pada empunya sebuah rumah karena ia ingin menginap di serambi rumah itu.

Dan uang harus dipakai untuk makan bersama. Itu sebabnya rakyat senang padanya. Kalau pun mau diberi predikat penjahat, maka gelar paling tepat ialah penjahat gentleman.

Dia selalu tidur di serambi depan karena lebih gampang meloloskan diri bila dikepung.

Bandit Kerakyatan
Leo Hulsman tidak sedang mendongeng. Hanya saja, meski dalam tulisannya dia menulis, “pihak Belanda pun tidak semua menganggapnya penjahat belaka,” beberapa pekan setelah tulisan itu terbit, Si Patai terbunuh pada malam 3 Februari 1927.

“Kemarin satoe patroli jang dikepalai oleh sersan Menado Lindong soedah menangkap doea orang kawan Si Patai,” tulis kantor berita Aneta (nenek moyang kantor berita Antara), 4 Februari 1927.

Lalu, “mereka itoe dipaksa oleh militer menoendjoekkan tempat semboenji Si Patai. Apabila Si Patai melihat kedatangan patroli itoe, ia menjerang dengan pestol browning dan rentjong.”
Kemudian, lanjutan beritanya, “militer menembak Si Patai itoe, kena di kepalanja dan toeboehnya, hingga mati. Dalam perkelahian itoe seorang kawan Si Patai, Boejoeng namanja, mati ditembak.”
Tentara kompeni berpesta pora. Kepala Si Patai dipancung. Esok harinya, mereka berarak-arakan keliling Padang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/