32.8 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Warga Masak di Jembatan

Foto: sumut pos/fachrul
Memasak : Warga korban banjir memasak di dapur umum yang didirikan di jembatan Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor Medan Labuhan, Rabu (9/8) kemarin.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO -Diare yang telah merenggut dua nyawa, membuat korban banjir di Simpang Kantor Medan Labuhan, cemas. Alhasil, warga mendirikan dapur umum dan memasak di atas jembatan karena buruknya sanitasi di permukiman mereka, Rabu (9/8) kemarin.

Dari amatan Sumut Pos, dapur umum yang didirikan warga di jembatan Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor Medan Labuhan menyebabkan jalan terblokir. Akibatnya, kendaraan yang datang dari arah Marelan maupun

Belawan harus jauh memutar dari Jalan Young Panah Hijau dan Jalan Ileng untuk menuju ke Jalan KL Yos Sudarso.

Sumiati (39), warga setempat mengaku, genangan banjir yang meluap disebabkan drainase tidak berfungsi, dirasakan warga sudah hamper empat bulan. Akibatnya, air bersih di rumah mereka tercemar karena terendam air dan limbah tinja.”Kami buat dapur umum karena tak ada pilihan. Memasak di rumah terendam dan lingkungan kotor, makanta kami masak di atas jembatan,” ucapnya.

Dampak banjir yang semakin tinggi sebut ibu dua anak ini, juga menyebabkan virus penyakit menjangkiti warga. Umumnya, diare dan gatal-gatal pada kulit dialami sebagian dari ratusan warga setempat.”Yang sakit diare anak-anak dan orangtua. Tiga hari lalu ada dua warga meninggal dunia karena diare,” tutur Sumiati.

Warga lainnya, Abdul Manan (45) menuturkan, dampak banjir memang sangat meresahkan mereka. Akan tetapi ia menyayangkan karena pemerintah belum juga tergugah hatinya dengan nasib dan kesehatan masyarakat yang terancam.”Coba lihat, posko kesehatan tidak ada, padahal berbulan-bulan kami kebanjiran. Yang tewas juga sudah ada, dapur ini saja didirikan warga,” katanya.

Bukan hanya posko kesehatan, yang buat warga kecewa belum adanya pelaksanaan perbaikan infrastruktur saluran drainase dan jalan rusak terendam air. Sementara, warga sudah berulang kali mengeluhkan itu.”Belum juga dikerjakan. Kalau memang alasannya dihambat preman atau

OKP yang minta jatah fee 10 persen dari nilai proyek, tentu bisa dilaporkan. Apalagi, kantor polisi dekat,” ungkap Manan.

Camat Medan Labuhan, Arrahman Pane ketika dihubungi terkait warganya membuat dapur umum di jembatan karena resah atas wabah diare yang telah merenggut dua korban jiwa, belum mau menjawab.

Sehari sebelumnya, aksi blokir Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor Medan Labuhan juga dilakukan, Selasa (8/8) lalu. Puluhan warga yang mendesak perbaikan infrastruktur drainase dan akses jalan duduk ramai-ramai di tengah ruas jalan tersebut. Dalam aksi itu, turut diramaikan sejumlah bcah yang berenang di jalan rusak tergenang air. Warga juga sempat mendatangi Polsek Medan Labuhan minta polisi menindak jika ada oknum yang berani memungut pungli pihak kontraktor proyek saat akan melakukan pengerjaan.

Diberitakan sebelumnya, Samsul Bahri Nasution (63) dan Iriani Boru Nasution (57) dua warga korban banjir di Simpang Kantor Medan Labuhan, meninggal dunia pada Senin (7/8) lalu. Kedua abang beradik ini dikabarkan tewas akibat mengalami penyakit diare. Kejadian tersebut membuat warga setempat cemas.

Foto: sumut pos/fachrul
Memasak : Warga korban banjir memasak di dapur umum yang didirikan di jembatan Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor Medan Labuhan, Rabu (9/8) kemarin.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO -Diare yang telah merenggut dua nyawa, membuat korban banjir di Simpang Kantor Medan Labuhan, cemas. Alhasil, warga mendirikan dapur umum dan memasak di atas jembatan karena buruknya sanitasi di permukiman mereka, Rabu (9/8) kemarin.

Dari amatan Sumut Pos, dapur umum yang didirikan warga di jembatan Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor Medan Labuhan menyebabkan jalan terblokir. Akibatnya, kendaraan yang datang dari arah Marelan maupun

Belawan harus jauh memutar dari Jalan Young Panah Hijau dan Jalan Ileng untuk menuju ke Jalan KL Yos Sudarso.

Sumiati (39), warga setempat mengaku, genangan banjir yang meluap disebabkan drainase tidak berfungsi, dirasakan warga sudah hamper empat bulan. Akibatnya, air bersih di rumah mereka tercemar karena terendam air dan limbah tinja.”Kami buat dapur umum karena tak ada pilihan. Memasak di rumah terendam dan lingkungan kotor, makanta kami masak di atas jembatan,” ucapnya.

Dampak banjir yang semakin tinggi sebut ibu dua anak ini, juga menyebabkan virus penyakit menjangkiti warga. Umumnya, diare dan gatal-gatal pada kulit dialami sebagian dari ratusan warga setempat.”Yang sakit diare anak-anak dan orangtua. Tiga hari lalu ada dua warga meninggal dunia karena diare,” tutur Sumiati.

Warga lainnya, Abdul Manan (45) menuturkan, dampak banjir memang sangat meresahkan mereka. Akan tetapi ia menyayangkan karena pemerintah belum juga tergugah hatinya dengan nasib dan kesehatan masyarakat yang terancam.”Coba lihat, posko kesehatan tidak ada, padahal berbulan-bulan kami kebanjiran. Yang tewas juga sudah ada, dapur ini saja didirikan warga,” katanya.

Bukan hanya posko kesehatan, yang buat warga kecewa belum adanya pelaksanaan perbaikan infrastruktur saluran drainase dan jalan rusak terendam air. Sementara, warga sudah berulang kali mengeluhkan itu.”Belum juga dikerjakan. Kalau memang alasannya dihambat preman atau

OKP yang minta jatah fee 10 persen dari nilai proyek, tentu bisa dilaporkan. Apalagi, kantor polisi dekat,” ungkap Manan.

Camat Medan Labuhan, Arrahman Pane ketika dihubungi terkait warganya membuat dapur umum di jembatan karena resah atas wabah diare yang telah merenggut dua korban jiwa, belum mau menjawab.

Sehari sebelumnya, aksi blokir Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor Medan Labuhan juga dilakukan, Selasa (8/8) lalu. Puluhan warga yang mendesak perbaikan infrastruktur drainase dan akses jalan duduk ramai-ramai di tengah ruas jalan tersebut. Dalam aksi itu, turut diramaikan sejumlah bcah yang berenang di jalan rusak tergenang air. Warga juga sempat mendatangi Polsek Medan Labuhan minta polisi menindak jika ada oknum yang berani memungut pungli pihak kontraktor proyek saat akan melakukan pengerjaan.

Diberitakan sebelumnya, Samsul Bahri Nasution (63) dan Iriani Boru Nasution (57) dua warga korban banjir di Simpang Kantor Medan Labuhan, meninggal dunia pada Senin (7/8) lalu. Kedua abang beradik ini dikabarkan tewas akibat mengalami penyakit diare. Kejadian tersebut membuat warga setempat cemas.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/