30 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Awas, Ada Malaria Baru di Sumut

Foto: Istimewa Malaria baru atau parasit Plasmodium knowlesi diduga telah masuk Sumut setelah sebelumnya ditemukan pada malaria di Kalimantan.
Foto: Istimewa
Malaria baru atau parasit Plasmodium knowlesi diduga telah masuk Sumut setelah sebelumnya ditemukan pada malaria di Kalimantan.

‪MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Sumatera Utara (Sumut) tampaknya harus lebih ekstrakeras menjaga lingkungan. Pasalnya, diduga malaria baru atau parasit Plasmodium knowlesi telah masuk Sumut setelah sebelumnya ditemukan pada malaria di Kalimantan.

Temuan ini dari hasil penelitian yang dilakukan oleh petugas analis Klinik Penyakit Tropik dan Infeksi dr Umar Zein Medan setelah meneliti Plasmodium falciparum atau protozoa parasit pada penderita malaria di salah satu daerah di Sumut. ‪Spesies ini didapatkan minggu lalu bekerjasama dengan peneliti bagian anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).

‪Melalui penelitian tersebut, analis berhasil menemukan parasit jenis Plasmodium falciparum yang merupakan spesies parasit jenis baru di Sumut. Plasmodium ini kemudian diduga knowlesi yang biasa menginfeksi monyet ekor panjang.

Hal ini disampaikan oleh Umar Zein, pemilik Klinik Penyakit Tropik dan Infeksi dr Umar Zein kepada wartawan saat ditemui di kliniknya Jalan Denai, Selasa (10/2). ‪”Kita masih menduga Plasmodium itu adalah knowlesi yang biasa menginfeksi monyet ekor panjang, tapi ada kemungkinan parasit yang lain. Meski begitu Plasmodium knowlesi selama ini belum pernah dilaporkan ada di Sumut, masih terdapat di Kalimantan,” ujarnya.

Untuk membuktikan apakah parasit tersebut memang benar jenis baru, pihaknya sudah mengirimkan sampel gambar dan darah dari pasien yang terinfeksi ke Fakultas Kedokteran Brawijaya, Malang yang selama ini bekerjasama dengan klinik yang dipimpin oleh dr Umar Zein. “Kita tinggal nunggu hasil saja ini, sekitar satu minggu,” katanya.

‪Sementara itu, saat ditanyai lebih detail terkait parasit Plasmodium knowlesi, Umar Zein menjelaskan bila parasit ini pertama kali ditemukan pada tahun 2004 oleh dokter asal Malaysia Balbir Singh, tepatnya di Serawak, Malaysia. Marfologi (bentuk secara mikroskopik) persis seperti Plasmodium malariae.

Lanjutnya, gejala dari Plasmodium knowlesi ini tidak ubahnya seperti malaria yang disebabkan oleh Plasmodium yang lain. Seperti demam, menggigil, sakit kepala dan bisa menyebabkan malaria berat, yakni, gangguan kesadaran.

‪”Sampai sekarang kita tidak tahu sudah berapa banyak pasien yang menderita malaria dari jenis Plasmodium knowlesi ini. Oleh karena itu, maka dibutuhkan penelitian lebih mendalam baik terhadap jenis parasitnya, vector maupun pasien yang terinfeksi parasit tersebut,” katanya.

‪Lanjutnya, untuk pengobatannya sesuai dengan program pemberian obat Artemisin Combination Therapy (ACT) sesuai dengan dosis. “Sama dengan jenis malaria lain, dengan penemuan spesies parasit baru ini, pola dan peta epidemiologi pun pasti berbeda. Karena itu, pola pengawasan juga berbeda dan pemerintah harus tanggap terkait penelitian ini,” katanya.

Tambahnya, sebagai pencegahan, perlu dilakukan pengendalian lingkungan perindukan nyamuk, penyemprotan, pemakaian kelambu dan pengobatan massal di daerah endemik untuk memutus rantai penularan dari manusia ke nyamuk. “Sebelum pengobatan massal, harus dilakukan Blood Mass Survey (MBS),” katanya.

Dijelaskannya, sampai saat ini jenis parasit malaria yang ada dan familiar di Indonesia baru tiga, yakni, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, dan Plasmodium valariae. Sementara di Afrika, malaria ini dikenal empat jenis, yakni Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.

‪”Untuk jenis Plasmodium ovale pernah ditemukan dari pasien yang sempat bekerja di Kamerun. Karena ditangani dengan cepat, pasien itu akhirnya sembuh. Walaupun cara penularan dan pengobatan masih sama seperti dengan parasit malaria lainnya, pola dan peta epidemiologi pun pasti berbeda. Karena itu, pola pengawasan juga berbeda dan pemerintah harus tanggap,” katanya.

Foto: Istimewa Malaria baru atau parasit Plasmodium knowlesi diduga telah masuk Sumut setelah sebelumnya ditemukan pada malaria di Kalimantan.
Foto: Istimewa
Malaria baru atau parasit Plasmodium knowlesi diduga telah masuk Sumut setelah sebelumnya ditemukan pada malaria di Kalimantan.

‪MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Sumatera Utara (Sumut) tampaknya harus lebih ekstrakeras menjaga lingkungan. Pasalnya, diduga malaria baru atau parasit Plasmodium knowlesi telah masuk Sumut setelah sebelumnya ditemukan pada malaria di Kalimantan.

Temuan ini dari hasil penelitian yang dilakukan oleh petugas analis Klinik Penyakit Tropik dan Infeksi dr Umar Zein Medan setelah meneliti Plasmodium falciparum atau protozoa parasit pada penderita malaria di salah satu daerah di Sumut. ‪Spesies ini didapatkan minggu lalu bekerjasama dengan peneliti bagian anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).

‪Melalui penelitian tersebut, analis berhasil menemukan parasit jenis Plasmodium falciparum yang merupakan spesies parasit jenis baru di Sumut. Plasmodium ini kemudian diduga knowlesi yang biasa menginfeksi monyet ekor panjang.

Hal ini disampaikan oleh Umar Zein, pemilik Klinik Penyakit Tropik dan Infeksi dr Umar Zein kepada wartawan saat ditemui di kliniknya Jalan Denai, Selasa (10/2). ‪”Kita masih menduga Plasmodium itu adalah knowlesi yang biasa menginfeksi monyet ekor panjang, tapi ada kemungkinan parasit yang lain. Meski begitu Plasmodium knowlesi selama ini belum pernah dilaporkan ada di Sumut, masih terdapat di Kalimantan,” ujarnya.

Untuk membuktikan apakah parasit tersebut memang benar jenis baru, pihaknya sudah mengirimkan sampel gambar dan darah dari pasien yang terinfeksi ke Fakultas Kedokteran Brawijaya, Malang yang selama ini bekerjasama dengan klinik yang dipimpin oleh dr Umar Zein. “Kita tinggal nunggu hasil saja ini, sekitar satu minggu,” katanya.

‪Sementara itu, saat ditanyai lebih detail terkait parasit Plasmodium knowlesi, Umar Zein menjelaskan bila parasit ini pertama kali ditemukan pada tahun 2004 oleh dokter asal Malaysia Balbir Singh, tepatnya di Serawak, Malaysia. Marfologi (bentuk secara mikroskopik) persis seperti Plasmodium malariae.

Lanjutnya, gejala dari Plasmodium knowlesi ini tidak ubahnya seperti malaria yang disebabkan oleh Plasmodium yang lain. Seperti demam, menggigil, sakit kepala dan bisa menyebabkan malaria berat, yakni, gangguan kesadaran.

‪”Sampai sekarang kita tidak tahu sudah berapa banyak pasien yang menderita malaria dari jenis Plasmodium knowlesi ini. Oleh karena itu, maka dibutuhkan penelitian lebih mendalam baik terhadap jenis parasitnya, vector maupun pasien yang terinfeksi parasit tersebut,” katanya.

‪Lanjutnya, untuk pengobatannya sesuai dengan program pemberian obat Artemisin Combination Therapy (ACT) sesuai dengan dosis. “Sama dengan jenis malaria lain, dengan penemuan spesies parasit baru ini, pola dan peta epidemiologi pun pasti berbeda. Karena itu, pola pengawasan juga berbeda dan pemerintah harus tanggap terkait penelitian ini,” katanya.

Tambahnya, sebagai pencegahan, perlu dilakukan pengendalian lingkungan perindukan nyamuk, penyemprotan, pemakaian kelambu dan pengobatan massal di daerah endemik untuk memutus rantai penularan dari manusia ke nyamuk. “Sebelum pengobatan massal, harus dilakukan Blood Mass Survey (MBS),” katanya.

Dijelaskannya, sampai saat ini jenis parasit malaria yang ada dan familiar di Indonesia baru tiga, yakni, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, dan Plasmodium valariae. Sementara di Afrika, malaria ini dikenal empat jenis, yakni Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.

‪”Untuk jenis Plasmodium ovale pernah ditemukan dari pasien yang sempat bekerja di Kamerun. Karena ditangani dengan cepat, pasien itu akhirnya sembuh. Walaupun cara penularan dan pengobatan masih sama seperti dengan parasit malaria lainnya, pola dan peta epidemiologi pun pasti berbeda. Karena itu, pola pengawasan juga berbeda dan pemerintah harus tanggap,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/