26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Pengendara di Sumut Suka Melapis Lajur Lawan

triadi wibowo/sumut pos
MACET: Kemacetan kendaraan terlihat di jalur Jamin Ginting Km 12.5, Medan. Kemacetan disebabkan padatnya jumlah kendaraan, ditambah kurang tertibnya pengendara melapisi lajur berlawanan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perilaku berkendara menjadi pemicu utama konflik lalu-lintas selama arus mudik dan arus balik libur Lebaran 2019. Saat kendaraan mengantre di tempat macet, pengendara kerap menerobos dan melapis kendaraannya ke lajur berlawanan. Sementara jalan raya di Indonesia terkhusus Sumut, rata-rata hanya dua lajur. Akibatnya arus lalu-lintas jadi stagnan.

KOORDINATOR Posko Pemantauan dan Pengawasan Angkutan Lebaran 2019 Dishub Sumut, Agustinus Panjaitan mengatakan, masalah kurang disiplinnya pengendara berlalu-lintas menjadi catatan tersendiri bagi Dishub dan Kepolisian di wilayah Sumatera Utara, untuk diperbaiki pada tahun-tahun mendatang.

“Pengendara yang menerobos masuk ke lajur berlawanan dan melapis kendaraan, menjadi problem kita. Harus kita akui itu,” katanya menjawab Sumut Pos, Senin (10/6).

Jalan raya di Indonesia terkhusus Sumut, rata-rata hanya dua lajur Ketika satu lajur di depan dipakai, akan terjadi konflik alias kemacetan lalu lintas. “Padahal kita sudah lakukan upaya sosialisasi setiap tahun. Ke depan kita akan lebih gencar lagi melakukan sosialisasi tertib lalu-lintas bersama pihak kepolisian. Mengubah sebuah budaya dan kebiasaan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena itu mesti diingatkan setiap saat dan dilakukan sosialisasi, agar masyarakat benar-benar memahami,” katanya.

Hasil pengamatan langsung di setiap kondisi kemacetan, seperti di jalan menuju kapal penyeberangan di kawasan Danau Toba, Parapat, di ruas Medan-Berastagi, dan pintu masuk jalan tol Tebingtinggi, pola kemacetan nyaris serupa.

“Pengendara suka melapis kendaraan dari arah berlawanan, begitupun sebaliknya. Padahal kalau sabar ngantre aja, mungkin akan lebih lancar dan terurai. Kalau sudah dilapis begitu, repotlah. Sama persis kondisinya seperti saat pengendara ingin keluar tol Tebingtinggi. Arus langsung stag karena di ujung akses jalan arteri sudah konflik,” kata Agustinus yang juga Kabid Pengembangan dan Perkeretaapian Dishub Sumut itu.

Untuk mengatasi kemacetan, pihaknya membuat rekayasa lalu lintas. Di mana kendaraan arah ke Tebing dari jalan arteri, jika tidak mau masuk tol, bisa masuk dahulu ke arah tol sedikit. Setelah itu dikasih bukaan dan bisa balik ke arah Medan. “Ini untuk mengurai konfliknya dari jalan yang keluar tol dengan jalan arteri,” sambungnya.

Ia mengakui jika hanya mengandalkan ruas jalan yang ada saat ini, kemacetan pasti akan terjadi akibat kapasitas kendaraan yang berlebih di hari-hari puncak arus mudik dan balik. “Mau bagaimanapun penanganannya, tetap akan ada macet. Kecuali memang ada jalan alternatif yang bisa dilalui,” katanya.

Potensi macet ini sebenarnya sudah dipetakan Dishub. Antara lain titik-titiknya seperti ruas Siantar-Parapat, Medan-Berastagi dan lokasi-lokasi wisata. “Jika saya lihat ketika kita keluar tol Tebingtinggi, titik macet tinggal di depan rumah makan saja. Sebab keluar masuk kendaraan terjadi di sana,” katanya.

Pada ruas Medan-Berastagi, sudah ada upaya antisipasi dengan pembatasan mobil barang pada puncak arus mudik dan puncak arus balik. Tetapi kemacetan tetap terjadi, bukan karena mobil barang, melainkan pergerakan orang ke lokasi wisata. “Titik macet karena kawasan wisata dan itu tidak terhindarkan. Karena kendaraan padat. Ditambah lagi prilaku pengendara yang suka melapis kendaraannya pada jalur berlawanan. Menyebabkan kemacetan makin parah,” ungkapnya.

Sama halnya seperti ruas Siantar-Parapat, juga sudah diantisipasi supaya mobil barang dilarang melintas tiga hari. Yakni pada saat puncak arus mudik maupun saat arus balik. “Selama 8-10 itu mobil barang tak boleh melintas. Ada tim monitoring kita bersama pihak kepolisian mengawasi ini,” katanya.

Solusi jangka pendek memperlancar arus lalu-lintas pada ruas jalan Medan-Berastagi, yakni pelebaran jalan pada tahun 2020. “Ini sudah kita bahas sewaktu musrembang tingkat pusat. Untuk shot cut (pelebaran jalan) itu kalau tidak salah penangannnya 2020. Tapi bentuknya seperti apa, secara detil saya belum tahu. Mudah- mudahan dengan adanya shot cut melancarkan arus lalu-lintas pada ruas tersebut. Beberapa titik lainnya akan ikut menerima manfaat adanya shot cut itu,” katanya.

triadi wibowo/sumut pos
MACET: Kemacetan kendaraan terlihat di jalur Jamin Ginting Km 12.5, Medan. Kemacetan disebabkan padatnya jumlah kendaraan, ditambah kurang tertibnya pengendara melapisi lajur berlawanan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perilaku berkendara menjadi pemicu utama konflik lalu-lintas selama arus mudik dan arus balik libur Lebaran 2019. Saat kendaraan mengantre di tempat macet, pengendara kerap menerobos dan melapis kendaraannya ke lajur berlawanan. Sementara jalan raya di Indonesia terkhusus Sumut, rata-rata hanya dua lajur. Akibatnya arus lalu-lintas jadi stagnan.

KOORDINATOR Posko Pemantauan dan Pengawasan Angkutan Lebaran 2019 Dishub Sumut, Agustinus Panjaitan mengatakan, masalah kurang disiplinnya pengendara berlalu-lintas menjadi catatan tersendiri bagi Dishub dan Kepolisian di wilayah Sumatera Utara, untuk diperbaiki pada tahun-tahun mendatang.

“Pengendara yang menerobos masuk ke lajur berlawanan dan melapis kendaraan, menjadi problem kita. Harus kita akui itu,” katanya menjawab Sumut Pos, Senin (10/6).

Jalan raya di Indonesia terkhusus Sumut, rata-rata hanya dua lajur Ketika satu lajur di depan dipakai, akan terjadi konflik alias kemacetan lalu lintas. “Padahal kita sudah lakukan upaya sosialisasi setiap tahun. Ke depan kita akan lebih gencar lagi melakukan sosialisasi tertib lalu-lintas bersama pihak kepolisian. Mengubah sebuah budaya dan kebiasaan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena itu mesti diingatkan setiap saat dan dilakukan sosialisasi, agar masyarakat benar-benar memahami,” katanya.

Hasil pengamatan langsung di setiap kondisi kemacetan, seperti di jalan menuju kapal penyeberangan di kawasan Danau Toba, Parapat, di ruas Medan-Berastagi, dan pintu masuk jalan tol Tebingtinggi, pola kemacetan nyaris serupa.

“Pengendara suka melapis kendaraan dari arah berlawanan, begitupun sebaliknya. Padahal kalau sabar ngantre aja, mungkin akan lebih lancar dan terurai. Kalau sudah dilapis begitu, repotlah. Sama persis kondisinya seperti saat pengendara ingin keluar tol Tebingtinggi. Arus langsung stag karena di ujung akses jalan arteri sudah konflik,” kata Agustinus yang juga Kabid Pengembangan dan Perkeretaapian Dishub Sumut itu.

Untuk mengatasi kemacetan, pihaknya membuat rekayasa lalu lintas. Di mana kendaraan arah ke Tebing dari jalan arteri, jika tidak mau masuk tol, bisa masuk dahulu ke arah tol sedikit. Setelah itu dikasih bukaan dan bisa balik ke arah Medan. “Ini untuk mengurai konfliknya dari jalan yang keluar tol dengan jalan arteri,” sambungnya.

Ia mengakui jika hanya mengandalkan ruas jalan yang ada saat ini, kemacetan pasti akan terjadi akibat kapasitas kendaraan yang berlebih di hari-hari puncak arus mudik dan balik. “Mau bagaimanapun penanganannya, tetap akan ada macet. Kecuali memang ada jalan alternatif yang bisa dilalui,” katanya.

Potensi macet ini sebenarnya sudah dipetakan Dishub. Antara lain titik-titiknya seperti ruas Siantar-Parapat, Medan-Berastagi dan lokasi-lokasi wisata. “Jika saya lihat ketika kita keluar tol Tebingtinggi, titik macet tinggal di depan rumah makan saja. Sebab keluar masuk kendaraan terjadi di sana,” katanya.

Pada ruas Medan-Berastagi, sudah ada upaya antisipasi dengan pembatasan mobil barang pada puncak arus mudik dan puncak arus balik. Tetapi kemacetan tetap terjadi, bukan karena mobil barang, melainkan pergerakan orang ke lokasi wisata. “Titik macet karena kawasan wisata dan itu tidak terhindarkan. Karena kendaraan padat. Ditambah lagi prilaku pengendara yang suka melapis kendaraannya pada jalur berlawanan. Menyebabkan kemacetan makin parah,” ungkapnya.

Sama halnya seperti ruas Siantar-Parapat, juga sudah diantisipasi supaya mobil barang dilarang melintas tiga hari. Yakni pada saat puncak arus mudik maupun saat arus balik. “Selama 8-10 itu mobil barang tak boleh melintas. Ada tim monitoring kita bersama pihak kepolisian mengawasi ini,” katanya.

Solusi jangka pendek memperlancar arus lalu-lintas pada ruas jalan Medan-Berastagi, yakni pelebaran jalan pada tahun 2020. “Ini sudah kita bahas sewaktu musrembang tingkat pusat. Untuk shot cut (pelebaran jalan) itu kalau tidak salah penangannnya 2020. Tapi bentuknya seperti apa, secara detil saya belum tahu. Mudah- mudahan dengan adanya shot cut melancarkan arus lalu-lintas pada ruas tersebut. Beberapa titik lainnya akan ikut menerima manfaat adanya shot cut itu,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/